Lima indra penginjilan
Allah memanggil orang Kristen untuk menjadi saksi hidup dan menyatakan kasih Allah dalam Yesus Kristus kepada dunia. Pertanyaannya, bagaimana cara kita bersaksi? Fransiskus dari Asisi pernah berkata, ‘Di segala waktu beritakan Injil; jika perlu gunakan kata-kata.’ Ini berarti memberitakan Injil bisa melalui perkataan tetapi juga perbuatan. Paul Borthwick dalam bab akhir bukunya Great Commission Great Compassion menyebut hal ini sebagai Penginjilan Indrawi. Allah memanggil kita untuk menjadi saksi Yesus Kristus dalam hidup kita yang ‘berbicara’ kepada kelima indra manusia.
Pertama, indra pendengaran. Roma 10:17 menyebutkan: “… iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.”Injil harus diberitakan supaya orang-orang bisa mendengarnya. Tentunya pemberitaan itu harus diekspresikan dalam kasih sehingga kata-kata tidak menjadi ‘gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing’ (1 Kor 13:1). Kita mengatakan kebenaran dalam kasih (Ef 4:15).
Inilah alasan mengapa kita perlu mendapat pelatihan tentang bagaimana menginjili: memulai percakapan penginjilan, melakukan PA penginjilan, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan sebagainya. Kita perlu mendorong teman-teman kita untuk mendengar khotbah dalam KKR, ibadah Natal, Paskah, dan sebagainya. Kita juga perlu mendukung berbagai pelayanan seperti pelayanan melalui media seperti di Youtube atau pelayanan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa lokal supaya orang dapat mendengar Injil dalam bahasa asli mereka.
Kedua, indra pengecap. Matius 5:13 mencatat perkataan Yesus: “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”Tuhan Yesus mengatakan bahwa murid-murid-Nya adalah garam. Analogi ini bisa mengandung beberapa arti: Garam dipakai sebagai pengawet, maka orang Kristen berfungsi untuk menekan kejahatan dan ‘mengawetkan’ kebaikan dalam dunia ini. Garam juga digunakan sebagai sebuah ekspresi untuk kemurnian: kebeningan garam menjadikannya menarik untuk diberikan sebagai persembahan dalam ibadah. Orang Kristen berfungsi sebagai pemurni dalam dunia yang telah tercemar ini. Tetapi mungkin penggunaan utama dari garam yang Tuhan Yesus rujuk adalah sebagai peningkat rasa. Orang Kristen berfungsi sebagai menambah rasa pada kehidupan. Komunitas Kristen seharusnya menjalani hidup sedemikian rupa sehingga hidup menjadi memiliki rasa dan layak dihidupi, sebuah hidup yang mewujudkan karakter Kristus. Di dalam Alkitab versi The Message, ayat ini diterjemahkan, “Kamu di sini untuk menjadi garam penambah rasa sehingga rasa-Allah bisa nyata dalam dunia ini.”
Hidup yang seperti ini adalah hidup yang bersukacita dan dibangun di atas fondasi pengharapan untuk meningkatkan kualitas hidup orang lain. Orang Kristen yang hidup seperti ini akan berusaha mencari beragam cara untuk menambahkan sesuatu, misalnya sesekali membawa makanan ringan ke tempat kerja mereka, membantu ekonomi orang lain melalui pelatihan usaha kecil dan sebagainya.
Ketiga, indra penglihatan. Yesus mengatakan, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:14-16). Terang berfungsi untuk menerangi, memberi bimbingan, mengingatkan kita akan bahaya. Itu berarti orang Kristen berperan untuk mengenyahkan kegelapan. Kita datang sebagai terang ke dalam dunia yang gelap karena dosa. Alkitab versi the Message mengatakan: “Allah bukan rahasia yang perlu disimpan. Kita perlu menyatakannya ke semua orang, seperti halnya kota di atas bukit … Bersinarlah! Bukalah rumahmu, bermurah-hatilah dalam hidupmu. Dengan terbuka kepada orang lain, Anda bisa membuat banyak orang terbuka kepada Allah, Bapa di surga yang murah hati.”Oswald Chambers mengatakan bahwa menjadi terang berarti menjadi orang Kristen yang menyolok, mengizinkan orang banyak melihat iman kita. Terang mewujud melalui perbuatan kasih yang terlihat.
Keempat, indra peraba. Matius 25:40 mencatat perkataan Yesus, “… Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”Tuhan Yesus menegaskan bahwa kita perlu menggunakan indra peraba untuk melayani kebutuhan manusia. Kita dipanggil untuk menjadi tangan belas kasihan Allah kepada dunia dan manusia yang sedang terluka. Tuhan Yesus mengatakan, “semua sentuhan dan pelayanan yang kamu lakukan bagi salah seorang yang paling hina ini, kamu sedang menyentuh Aku.”
Sebagai contoh, ada seorang dokter gigi yang memberi satu bulan dalam setahun untuk memberikan pelayanan gratis di tempat misi dan itu memberinya banyak kesempatan bersaksi di tempat kerja asalnya. Seperti pelayanan Tuhan Yesus di dunia maka pelayanan kita perlu melibatkan sentuhan, bukan hanya kepada orang yang nyaman dipandang atau bisa berterima kasih atau meningkatkan derajat kita, tetapi juga kepada orang-orang yang tidak berdaya, najis, yang dibuang oleh masyarakat, dan yang miskin.
Kelima, indra penciuman. Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Kor 2:14-16, “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian?” Ia mengajarkan bahwa kita harus menjadi bau yang harum dari Kristus, baik dalam perilaku, sikap, kebiasaan kerja, relasi, pelayanan terhadap orang lain. Semuanya harus menyebar laksana parfum yang menyenangkan. Namun jangan lupa bahwa bau harum kita tidak selalu diterima dengan baik. Bagi sebagian orang, kita adalah ‘bau kematian’ karena perilaku kita yang seperti Kristus membuat mereka merasa dihakimi.Menjadi bau harum dari Kristus dalam dunia berarti berkarya nyata yang dapat meninggalkan bau kasih Kristus sehingga orang lain bisa merenungkannya.
Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi. Karena itu kita perlu menjadi saksi yang lengkap dengan memanfaatkan semua indra yang ada. Inilah tantangan bagi kita untuk selalu bertanya: Bagaimana saya bersuara hari ini? Bagaimana saya menambah rasa hari ini? Bagaimana saya terlihat hari ini? Siapa yang bisa saya jamah hari ini? Bagaimana saya bisa meninggalkan bau harum Kristus hari ini?