Bagikan artikel ini :

Menyebrangi Sungai Yordan

“Segera sesudah para pengangkat tabut itu sampai ke sungai Yordan, dan para iman pengangkat tabut itu mencelupkan kakinya ke dalam air ditepi sungai itu – sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya……………maka berhentilah air itu mengalir. Air yang turun dari hulu melonjak menjadi bendungan” (Yosua 3:15-16a)

KISAH SPEKTAKULER

Kalau kisah ini terjadi pada zaman “now”, maka pasti menjadi berita yang sangat menghebohkan. Pasti akan menjadi “headline” dan “hotnews” di surat kabar-surat kabar, baik yang berskala regional, nasional bahkan sampai internasional. Ditambah lagi, karena zaman “now” sudah ada gawai, maka akan banyak terjadi pemotretan bahkan sampai dilakukan selfi berkali kali. Kenapa demikian? Alasannya sederhana, ini adalah peristiwa langka, bahkan mungkin terjadi sekali untuk seumur hidup; sehingga tidak boleh dilewatkan. Sangat spektakuler!

Walaupun peristiwa ini tidak terjadi pada zaman “now”, tetapi pada zaman Perjanjian Lama, tetap menjadi kisah yang spektakuler. Mengapa demikian? Karena kalau tidak spektakuler, maka tidak akan ditulis di dalam Alkitab menjadi suatu kesaksian. Justru karena ditulis di Alkitab inilah, umat Israel yang pada saat itu mengalaminya serta umat sekarang yang tidak mengalaminya, pasti sama-sama menjadi terpesona, terkagum-kagum bahkan sampai dibuat takjub. Ada demontrasi kemustahilan bagi manusia, tetapi bagi Allah sendiri tidak. Tidak! Karena hanya Dialah, satu-satunya yang sanggup dan dapat membelah sungai Yordan.

SISTEM KEBENARAN IMAN

Yang pasti, di dalam sistem iman, penekanan utama pada pribadi Allah, bukan manusia dan ciptaan-ciptaan-Nya yang lain. Manusia dan ciptaan-ciptaan-Nya yang lain, menjadi pembuktian konkret untuk menyatakan siapa Allah yang sesungguhNya. Memang tidak bisa dipungkiri apalagi sampai ditolak, yaitu bahwa Allah adalah Pencipta yang berkuasa, berhikmat serta berdaulat atas segala hal yang ada dan terjadi di dalam kehidupan di dunia ini.

Sistem iman, khususnya iman Kristen, selalu memahami Allah di dalam perspektif, yaitu:

  1. Allah yang transenden, yaitu Allah yang jauh karena keberadaan-Nya yang suci, benar, besar dan tak terjangkau. Karena Dia adalah keberadaan yang berbeda sama sekali (Wholly different) dan yang tersembunyi (Wholly hidden) sehinga Allah dan manusia terpisah, ditambah lagi dengan kehadiran dosa.
  2. Allah yang imanen, yaitu Allah yang merelakan diri-Nya untuk mendekati dan hadir ditengah-tengah ciptaan. Konsepnya jelas, bahwa Allah adalah Allah yang selalu “berelasi” dengan ciptaan-Nya baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena sebagai pencipta, Dia tidak mungkin membiarkan ciptaan-Nya tanpa mengalami anugerah pertolongan-Nya, pada saat menghadapi persoalan yang menghimpit, mengancam dan menghancurkan. Apalagi, kalau seperti bangsa Israel yang memiliki ikatan perjanjian: Allah menjadi Allah bagi bangsa Israel dan bangsa Israel menjadi umat Allah (Yeremia 31:33b). Inilah kebenaran yang luar biasa, yaitu ada “relasi” antara Allah dan umat, yang menjadi orang pilihan dan yang dikasihiNya.

BUKTI KEBENARAN IMAN

Ada 3 bukti kebenaran iman melalui peristiwa penyeberangan sungai Yordan. Tiga kebenaran ini, berkenaan dengan konsep imanensi Allah, yaitu:

  1. Allah adalah Allah penguasa tunggal yang tidak tertandingi. Penguasaan Allah ini, jelas terjadi pada saat pembelahan sungai Yordan itu dilakukan. Apa yang Allah perbuat ini tidak bisa ditiru dan dilakukan oleh siapapun, termasuk Iblis sekalipun.
  2. Allah adalah Allah penyelamat yang berotoritas. Otoritas penyelamatan Allah jelas tidak bisa dilawan oleh kekuatan manusia maupun oleh kekuatan alam khususnya bentangan sungai Yordan yang besar, dalam, luas dan deras airnya. Semuanya tunduk, dikalahkan oleh Allah untuk memberikan keselamatan yang membebaskan dan melepaskan bangsa Israel dari kebinasaan.
  3. Allah adalah Allah yang memanggil dan memimpin kepada pengharapan baru. Peristiwa pembelahan sungai Yordan, jelas dilatar belakangi oleh pelepasan umat Israel dari tanah perbudakan di Mesir, untuk di bawa masuk ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan yang berlimpah gandum dan susu. Jelas ini pengharapan baru, yang Tuhan sedang genapi dan sempurnakan di dalam kehidupan umat Israel.

Mempercayai Tuhan itu benar dan memberikan jaminan pasti. Tak mungkin bisa digantikan dengan yang lain. Soli Deo Gloria.(LHP)