Bagikan artikel ini :

Mission in the marketplace

Marketplace atau dunia kerja adalah sebuah “ladang penginjilan” yang harus digarap demi kemuliaan Tuhan. Ketika Tuhan Yesus memberikan Amanat Agung-Nya untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya, “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” maka tugas dan tanggung jawab kita adalah menjadikan orang-orang yang ada di dunia kerja kita sebagai “mereka” yang membutuhkan keselamatan dari Kristus. Karena itu, dalam pekerjaan misi, kata “pergi” tidak hanya mengacu kepada tempat atau negara yang jauh, tetapi mengajak kita untuk beraksi di mana pun setiap hari kita berada, termasuk di dunia pekerjaan masing-masing.

Marketplace menjadi “ladang penginjilan” karena mereka yang ada di dalamnya sebagian besar belum percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat. Karena itu, marketplace menjadi ladang penginjilan yang sudah menguning dan siap untuk dituai. Rick Ezell dalam tulisannya Your Mission in the Marketplace berkata: “People in the marketplace are in the largest mission field in the world. You rub shoulders everyday with people who need the power and grace of the gospel of Jesus Christ” (terj. Orang-orang di marketplace menjadi ladang misi terbesar di dunia. Setiap hari Anda bersinggungan dengan orang-orang yang membutuhkan kuasa dan anugerah Injil Yesus Kristus).Di tulisan What is Marketplace Ministry, Chris Patton menyatakan: “First of all, in the secular marketplace, the majority of the people you work with are lost and need Jesus.” (terj. Pertama-tama, di marketplace sekular, kebanyakan orang yang bekerja dengan Anda terhilang dan membutuhkan Yesus). Pertanyaannya, bagaimana kita dapat menjadi utusan Injil di dunia kerja? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjawab pertanyaan itu.

Pertama, milikilah hati yang mau bermisi.

Pekabaran injil tanpa memiliki hati di dalamnya sama saja dengan orang yang berpacaran atau menikah tanpa adanya cinta di dalamnya, tidak ada gairah. Jika kita memiliki hati bermisi, maka kita akan memiliki semangat bermisi di mana pun kita berada. Kita perlu memandang orang di sekitar kita dengan “mata Yesus” yang “melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (Mat. 9:36). Tanpa hati penuh belas kasihan, bermisi hanya menjadi beban yang membuat kita gelisah, takut dan kuatir ditolak bahkan takut menerima resiko bermisi. Karena itu, mintalah kepada Tuhan Yesus hati yang penuh belas kasihan dan peka akan kebutuhan orang lain, sebab Injil tidak hanya berbicara tentang kabar baik tetapi juga bagaimana orang percaya menjadi gembala bagi yang belum percaya, melayani mereka yang memiliki pergumulan hidup, yang lapar dan haus, yang berduka dan tak berpengharapan. Injil menjadi jawaban bagi mereka dan kita harus menjadi utusan yang membawa Injil tersebut di dalam hidup mereka.

Kedua, milikilah integritas.

Integritas berhubungan dengan pola pikir bagaimana kita memandang pekerjaan di dunia. Jika kita memandang pekerjaan hanya bersifat duniawi, maka kita bisa menjadi orang yang BERBEDA di gereja dengan di dunia kerja. Di gereja kita bisa tampil sebagai orang yang baik, jujur, murah hati, rela berkorban, setia dan mengasihi orang lain, tetapi kita menjadi orang yang kejam, tak mau mengampuni, mengejar keuntungan diri sendiri dengan memakai segala cara, egois, bersaing dengan tidak sehat dan mencari aman diri sendiri di dunia kerja. Penampilan yang BERBEDA tidak dapat membawa orang belum percaya tertarik untuk mengikut Kristus. Waktu kita hidup untuk bermisi di marketplace, kita justru harus menampilkan sosok Kristus yang sebenarnya.

Darren Shearer dalam tulisannya yang berjudul 7 Reasons Why the Marketplace is a Great Place for Christians mengatakan bahwa marketplaceadalah laksana tempat uji coba kendaraan. Di situ akan dibuktikan apakah kendaraan yang dipakai berfungsi dengan baik. Di marketplace, kita harus memperlihatkan bagaimana iman bekerja menghadapi tekanan yang ada. Di sini kita dapat menampilkan sosok otentik, apakah kita memiliki iman yang sejati atau tidak. Jadi, marketplace bukanlah dunia yang berbeda dengan gereja. Di mana pun kita ada, di tempat itulah “arena” di mana kita berusaha menang bersama Kristus dalam hal apa pun. Christ Patton menyatakan bahwa iman kita harus tetap sama, di gereja maupun di marketplace.Hidup kita harus berintegritas, yakni adanya kesatuan antara apa yang kita katakan dan lakukan, di dalam hati maupun melalui tingkah laku, di dunia apapun kita hidup, tetapi hidup kita harus berbeda dengan dunia, seperti dikatakan Paulus: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Patton juga menyatakan: “Commit that you will no longer attempt to separate your business life from your spiritual life—instead acknowledging they are one and the same!” (terj. Bertekadlah agar Anda tidak lagi mencoba memisahkan hidup usaha Anda dari hidup rohani Anda – sebaliknya, akuilah bahwa keduanya satu dan sama).

Ketiga, milikilah etos kerja dan sikap yang baik.

Seorang Kristen dapat menjadi saksi apabila dia menunjukkan bahwa dia serius dengan pekerjaannya, penuh dengan etos kerja yang baik. Seorang yang memiliki etos kerja yang baik akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik sehingga dia dapat menjadi teladan dalam pekerjaannya. Rick Warren menyatakan bahwa orang Kristen terpanggil untuk menjadi seorang yang kompeten sehingga memiliki kinerja yang berkualitas. Tentu saja semuanya bukan demi prestasi pribadi tetapi untuk kemuliaan Tuhan seperti yang dikatakan Paulus: “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita” (Titus 2:9-10). Bukan hanya kita, tetapi pimpinan, rekan kerja bahkan bawahan kita dapat memuji dan memuliakan Allah karena hasil pekerjaan kita yang baik.

Keempat, pakailah kesempatan yang ada untuk menyampaikan berita Injil.

Misi tanpa berita Injil Yesus tidak ada artinya. Karena itu, jika ada kesempatan beritakanlah Kristus kepada orang lain dengan hikmat dari Tuhan. Di dalam Kolose 4:5, Paulus menasihati kita untuk penuh hikmat terhadap orang-orang luar dan menggunakan kesempatan yang ada untuk melakukan pemberitaan Injil. Jika mereka bertanya tentang iman kita atau meminta pendapat tentang pergumulan hidup mereka, maka ini menjadi kesempatan untuk menyatakan Injil Kristus. Lebih lanjut Paulus mengingatkan kita akan sikap waktu memberitakan Injil: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6). Di pihak lain, rasul Petrus memberikan nasihat agar kita “siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggung jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertangungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni” (1 Pet. 3:15). Karena itu, jangan menunda pemberitaan Injil jika ada kesempatan. Bagikan Kristus yang hidup kepada mereka yang membutuhkan air kehidupan tersebut di manapun, termasuk di marketplace kita.