Bagikan artikel ini :

Murka Allah

Di dalam dunia kekristenan saat ini, konsep tentang murka Allah kadang menimbulkan reaksi yang kurang positif. Beberapa pihak menunjukkan keengganan ketika mencoba membahas doktrin tentang murka Allah karena doktrin ini dianggap bisa menyebabkan keresahan dan bersifat tidak toleran. Di zaman ini, kita lebih sering dan lebih terbiasa mendengar tentang Allah yang kasih, baik, dan peduli terhadap manusia. Jadi, bagaimanakah kita bisa memahami pandangan tentang murka Allah? Apakah doktrin ini bisa tetap relevan di jaman sekarang? Ataukah doktrin ini berlaku bagi orang-orang zaman dulu atau zaman Perjanjian Lama saja?

Secara definisi, murka Allah bisa diartikan sebagai kemarahan dan hukuman Allah. Namun konsep murka Allah ini tidak dapat disamakan dengan konsep perasaan marah seperti lazimnya pada manusia. Murka Allah bukanlah murka yang sewenang-wenang dan tanpa sebab, tetapi ditujukan kepada dosa, kejahatan, kefasikan, ketidaktaatan, dan ketidakadilan manusia. Allah murka terhadap dosa karena dosa adalah pemberontakan terhadap natur dan sifat Allah itu sendiri.

Sangatlah penting bagi kita untuk memahami murka Allah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sifat Allah yang kudus dan juga adil. Murka Allah adalah kemarahan Allah yang didasari pertimbangan yang benar-benar matang yang memancar dari kekudusanNya. Murka Allah bukanlah sesuatu yang dipicu oleh dendam, melainkan oleh kemarahan yang kudus. Murka Allah bukanlah permusuhan yang timbul dari hati yang jahat, melainkan kemarahan yang benar dan pada tempatnya. Kita tidak boleh mereduksi murka Allah menjadi hanya keinginan untuk menghukum, namun murka Allah perlu dilihat sebagai ekspresi positif dari ketidakpuasan Allah akan dosa. Dan karena Allah tidak bisa mengingkari kekudusan dan keadilan-Nya, Allah harus menjatuhkan hukuman atas dosa.

Di dalam Perjanjian Lama, konsep murka Allah digambarkan sebagai sesuatu yang sangat dahsyat. Yeremia 30:23, sebagai contoh, menggambarkan murka Allah seperti demikian: "Lihatlah, angin badai TUHAN, yakni kehangatan murka, telah keluar menyambar, --angin puting beliung--dan turun menimpa kepala orang-orang fasik." Banyak sekali ayat-ayat serupa yang menggambarkan kedahsyatan murka Allah. Namun penting juga bagi kita untuk melihat bahwa di dalam Perjanjian Lama pun ditemukan penggambaran tentang Allah yang murkanya hanya sesaat (Mazmur 30:6), Allah yang menahan amarahnya dan mengasihani manusia (Yesaya 48:9), serta Allah yang menginginkan manusia untuk menyadari dosanya dan berbalik dari kejahatan mereka (Yeremia 36:7).

Di lain pihak, Perjanjian Baru juga dengan jelas menyatakan tentang murka Allah. Rasul Paulus dalam Roma 1:18 menyebutkan, "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman." Rasul Yohanes menggambarkan murka Allah seperti demikian: "Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa." (Wahyu 19:15) Ayat-ayat ini sejalan dengan ekspresi Yohanes Pembaptis (Matius 3:7) dan Yesus (Markus 3:5, Yohanes

3:36) tentang murka Allah. Dalam hal ini, Perjanjian Baru konsisten dengan Perjanjian Lama dalam mendukung konsep tentang murka Allah yang menghakimi dosa. Dan oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa konsep tentang murka Allah bukan hanya konsep yang berlaku dalam Perjanjian Lama.

Selain itu, Perjanjian Baru juga konsisten dengan Perjanjian Lama dalam menyatakan Allah yang berbelas kasihan dan menginginkan manusia untuk berbalik dari jalan mereka yang jahat. Allah menyediakan jalan bagi manusia untuk bertobat. Satu-satunya jalan keselamatan yang disediakan oleh Allah untuk tidak mengalami murka-Nya adalah melalui Yesus, Sang Domba Allah. Yesus merelakan diriNya menjadi korban, menjalani hukuman yang seharusnya dijalani oleh manusia yang berdosa dan layak menerima murka Allah. Jadi bagaimanakah kita bisa lolos dari murka Allah? Hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus. Yohanes 3:46 menyatakan tentang hal ini: "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." Begitu pula dalam Roma 5:9 ditegaskan bahwa: "Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah." Dalam hal ini dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa pengertian tentang murka Allah tidaklah dapat dipisahkan dengan kebenaran bahwa Allah juga telah menyediakan jalan keselamatan untuk bebas dari murka-Nya.

Lalu, apa signifikansi dari doktrin murka Allah bagi kehidupan orang Kristen? Pengertian akan doktrin murka Allah seharusnya membuat kita menyadari betapa seriusnya dosa di mata Allah. Murka Allah membawa kita melihat bahwa Allah berespon secara intens terhadap dosa serta begitu terlibat dalam peperangan melawan kejahatan. Oleh karena itu kita sebagai umat Allah tidak bisa menganggap enteng dosa. Ketika manusia mengesampingkan murka Allah, manusia sedang menganggap remeh dosa dan kejahatan yang merajalela dan menggerogoti ciptaan Allah. Manusia seharusnya takut dan gentar akan konsekuensi dosa. Karena kekudusan dan keadilan-Nya, Allah tidak berkompromi terhadap dosa, begitu pula seharusnya kita ciptaan-Nya.

Kesadaran akan murka Allah juga seharusnya menumbuhkan apresiasi yang lebih mendalam akan kasih dan pengampunan Allah. Secara natur kita selayaknya menerima murka Allah (Efesus 2:3), tetapi Allah telah mengasihi kita meski kita masih menjadi seteru-Nya (Roma 5:10). Yesus Kristus telah menjadi korban untuk menyelamatkan manusia dari murka Allah. Pengertian kita akan murka Allah menyadarkan kita bahwa semua manusia memerlukan pengampunan dan pembebasan dari hukuman Allah atas dosa.Dalam hal ini, doktrin murka Allah seharusnya menjadi pendorong bagi kita untukmemberitakan Injilkepada orang-orang di sekitar kita. Mari kita membagikan kepada mereka tentang murka Allah yang nyata dan harus dianggap serius, dan bahwa ada jalan keluar yang Allah sediakan untuk terbebas dari murka Allah. (YS)