Bagikan artikel ini :

Orang Kristen dan Harta Kekayaan

Pendahuluan

Tajuk kita kali ini bersentuhan dengan ranah pengudusan di dalam hidup orang Kristen. Thomas Kempis, seorang penulis buku devosi klasik terkenal, The Imitation of Christ menyimpulkan bahwa mengubah kebiasaan yang buruk merupakan hal yang teramat sulit, bahkan bagi orang Kristen. Perubahan hidup di masa pertobatan dulu sudah terjadi, namun belum diikuti oleh perubahan hidup yang nyata dari hari ke hari. Dari sekian banyak aspek yang perlu dikikis oleh kuasa Roh Kuds, keterikatan orang Kristen terhadap aspek health-wealth-happiness (kesehatan- kekayaan-kebahagiaan) merupakan tantangan yang cukup sulit bagi orang Kristen zaman now. Pembahasan tulisan ini akan berfokus pada aspek wealth (harta kekayaan) saja.

Opini gereja-gereja Injili terhadap hal ini terpecah menjadi dua: ada gereja-gerja yang menjadi penganjur teologi ‘kemakmuran,’ yang mengajarkan agar orang Kristen mengklaim berkat materi dari Allah (Mzm. 112). Ada pula gereja-gereja Injili yang merasa tidak nyaman, namun tidak terlalu jelas di mana kesalahannya.

Takut akan Tuhan

Mari kita amati Mazmur 112 sejenak. Di dalam Mazmur ini, Allah jelas-jelas menjadikan berkat materi bagi mereka yang takut akan Dia, bahwa keturunan mereka akan perkasa di bumi, dan di rumah mereka akan ada harta dan kekayaan (Mzm. 112:1-2).

Namun, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan ‘takut akan Tuhan’ itu? Kualifikasi yang diberikan dalam perikop ini adalah mereka yang ‘sangat suka’ (Hb. chapetds meod) kepada ‘segala‘’ perintah Allah. Dengan perkataan lain, kecenderungan naluri orang ini selalu ingin melakukan perintah Allah di dalam keutuhannya. Di dalam perspektif nabi Maleakhi, naluri semacam ini mempengaruhi segenap kapasitas orang tersebut, yang meliputi sikap hati, tindak-tanduk, tutur perkataan, serta visi misi hidup (Mal.1:1-7). Doa rasul Paulus memberitahu jemaat di Filipi bahwa takut dan gentar dalam mengerjakan keselamatan hanya dapat terjadi oleh Roh Allah yang mengerjakan baik kemauan maupun pekerjaan di dalam orang percaya, menurut kerelaan-Nya (Flp.2: 12-13). Dengan perkataan lain, takut akan Allah adalah hal supernatural yang hanya dapat dihasilkan oleh pekerjaan Roh Kudus.

Takut akan Tuhan dan Harta Kekayaan

Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya di atas bukit dengan jelas memaparkan poin-poin berharga sebagai berikut:

Pertama, orang Kristen harus berhenti mengumpulkan harta di bumi, karena bersifat sementara dan bisa hilang, dan harus mengumpulkan harta di surga yang sifatnya kekal dan tetap. Cita-cita untuk menjadi kaya di muka bumi adalah suatu kebodohan dan harus ditinggalkan.

Kedua, orang Kristen harus berhati-hati terhadap harta kekayaan yang begitu memikat hati, karena di mana harta mereka berada, di situ juga hati mereka berada (Mat. 6:21). Ada empat dampak negatif yang dihasilkan dari keterikatan terhadap harta kekayaan: pertama kekuatiran tentang masa depan (Mat. 6:25); ke-dua, terganggunya prioritas pengabdian yang murni kepada Allah (Mat.6:23; Luk. 12:13). Setiap hari orang Farisi mengikrarkan shemah (Ul. 6:4) bersama dengan orang Israel lainnya untuk menyatakan bahwa Tuhan Allah itu esa, dan sepatutnyalah mereka mengasihi Tuhan, Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan kekuatan. Namun ketika mereka mendengar tuntutan Tuhan Yesus akan pengabdian yang tunggal kepada Allah saja, dan

tidak kepada Allah dan Mamon, mereka spontan marah dan mulai mencemooh Tuhan Yesus, karena memang mereka adalah ‘hamba-hamba uang’ (Mamon) (Lk.16:14).

Ketiga, mereka akan dibenci Allah. Tuhan Yesus dengan keras mengecam: ‘Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah (Luk. 16:15).

Keempat, mereka mencelakakan diri sendiri, karena kegelapan yang dahsyat akan meliputi mereka. Tuhan Yesus berkata: ‘Mata adalah pelita tubuh. .. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu’ (Mat. 6:222-3). Dari konteks budaya bangsa Israel, orang yang bermata jahat artinya orang yang kikir, egois, dan tidak tulus (Am. 23:6-8). Mereka pasti dimiskinkan Allah (Am. 28:22), dan akan buta rohani, karena diserahkan kepada kegelapan yang dahsyat, (Mat. 6:23).

Orang Kristen dan Harta Kekayaan

Orang Kristen sebagai anak-anak terang, harus meneladani strategi bendahara tidak jujur yang cerdik dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Lk. 18), karena dapat mempergunakan Mamon yang tidak jujur untuk memperoleh berkat non-materi yang lebih besar. Orang Kristen yang cerdik juga harus menghindarkan diri terjerat dan tergulung di dalam investasi memburu uang yang mengorbankan hidup yang berharga

Di dalam koridor yang sama, Paulus juga menasihatkan Timotius bahwa: pertama, akar segala kejahatan adalah cinta uang, karena itu larilah dari pemburuan akan uang. Banyak orang sudah menyimpang dari iman dan menyiksa diri dengan berbagai duka karena hal ini; kedua, manusia Allah seharusnya mengejar sifat-sifat ilahi, serta fokus dalam pertandingan iman untuk merebut hidup kekal (1 Tim. 6:12).

Takut akan Tuhan dan Klaim Berkat Materi

Kembali kepada pertanyaan kita semula: Bolehkan orang Kristen mengklaim janji berkat materi dari Allah? Orang Kristen yang sungguh-sungh takut dan gentar akan Tuhan tidak mungkin melakukannya; keinginan seperti itupun tidak ada. Keinginan memburu berkat materi itu hanya dimiliki oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (Mat. 6:31-32). Sebaliknya orang Kristen yang sungguh-sungguh takut dan gentar akan Allah tahu jelas bahwa: pertama hidup mereka lebih berharga dari berkat materi; kedua, Allah menjanjikan pemeliharaan berupa makanan, minuman, dan pakaian yang cukup untuk kelangsungan hidup, sama seperti Allah memeliharakan burung di udara, dan bunga di padang (Mat. 6:25-30). Sorot mata mereka memandang lembut dan penuh syukur kepada Bapa yang memelihara hidup mereka.

Lalu bagaimana tentang janji berkat materi di Mazmur 112? Karena baik hidup maupun berkat materi keduanya adalah titipan dari Allah untuk dikelola, dengan baik, maka titipan berkat materi titipan Allah (sedikit ataupun banyak) adalah milik Allah yang Allah berikan kepada orang yang berbeda sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya. Tujuan dari penitipan ini adalah untuk dipergunakan seefektif mungkin untuk perluasan kerajaan sorga.

Penutup

Kiranya Bapa di surga memberikan kita akal budi yang cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati untuk menjadi pengelola berkat materi yang Allah siapkan bagi kita. Kiranya Roh Kudus Allah yang mengerjakan proses pengudusan di dalam kita menjauhkan kecenderungan hati kita kepada dunia dan apa yang ada di dalamnya, yang menghilangkan kasih kita akan Bapa di sorga (1 Yoh. 2:15). Amin.** (IT).