Bagikan artikel ini :

Orang percaya dan perubahan

Seorang filsuf Yunani bernama Heraclitus pernah mengatakan bahwa segala sesuatu itu berubah; karena itu, kita tidak dapat mencelupkan kaki kita dua kali ke sungai yang sama. Dengan perkataan lain, esensi dasar kehidupan adalah perubahan. Setiap saat kita melihat berbagai perubahan di sekeliling kita bahkan pada diri kita.

Perubahan di bidang teknologi dan komunikasi membawa perubahan sedemikian besar pada cara orang berelasi, gaya hidup dan sebagainya. Perubahan dalam bidang moralitas dapat kita saksikan melalui gaya hidup bebas pria-wanita yang dan merebaknya gaya hidup LGBTQ secara terbuka. Perubahan dalam bidang politik terlihat melalui pergeseran-pergeseran kekuatan yang ada, baik keruntuhan ideologi komunis, munculnya kekuatan baru Tiongkok dan sebagainya. Perubahan dalam bidang bisnis terjadi karena disruptionsebagai akibat perkembangan teknologi sehingga menjadikan sebagian pebisnis lama gulung tikar dan munculnya pebisnis generasi baru. Perubahan dalam keluarga juga terlihat dari pola hubungan dan komunikasi anggota keluarga. Kita sendiri juga berubah karena penambahan umur, pengetahuan, perubahan tingkat ekonomi, dan sebagainya.

Ada perubahan ada yang besar dan menyeluruh, ada pula yang kecil dan hampir-hampir tidak teramati. Ada perubahan yang mengarah kepada sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat bagi kemanusiaan tetapi ada yang merusak kesejahteraan manusia. Di dalam dunia seperti inilah kita hidup dan suka tidak suka, kita pun mengalami dan dipengaruhi oleh perubahan itu. Bagaimanakah sikap kita menghadapi berbagai perubahan ini?

Kita meyakini, bukan hanya perubahan yang tak pernah berubah, tetapi Allah juga tidak berubah. Dia tetap sama, dulu sekarang dan selama-lamanya. Namun kita tidak hanya mengenal kekekalan Allah dari jauh, karena orang percaya mengenal Dia sebagai Pribadi yang dekat, yang telah menebus dan mengasihi kita. Allah bukan diam menatap perubahan dari tempat yang jauh (= surga), tetapi Dia juga hadir terus menerus menopang, memelihara dan mengizinkan segala perubahan yang ada.

Demikian juga dengan firman-Nya, tidak berubah dan tetap untuk selama-lamanya. 1 Petrus 1:24b-25 mengatakan: “...rumput menjadi kering dan bunga gugur, tetapi Firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya”. Standar moral dan tuntutan terhadap manusia sebagaimana dikehendaki Allah tidak berubah; jalan keselamatan maupun jalan untuk menyenangkan Allah tidak berubah. Inilah yang menjadi landasan kokoh ketika kita diperhadapkan kepada berbagai perubahan eksternal maupun internal.

Oleh karena firman Allah menjadi pedoman bagi hidup kita, maka kita tidak boleh dengan serta merta menyambut semua hal yang baru sebagai hal yang lebih baik dari sebelumnya. Bisa jadi yang baru lebih baik, tetapi bisa juga menjadikan manusia dan dunia lebih buruk. Kita tidak bisa mengambil alih begitu saja apa yang baru hanya karena alasan supaya bisa ‘masuk’ ke dalam dunia dan memberitakan penginjilan. Setiap perubahan yang ada perlu dicermati dengan baik dan dinilai menurut kerangka nilai Firman Tuhan dan pengajaran gereja yang telah berlangsung berabad-abad. Misalnya, merebaknya ketegangan antar etnis dan antar agama membawa sebagian orang mengembangkan pola pikir bahwa semua agama sama atau ada jalan lain kepada keselamatan selain kepada Kristus atau tidak perlu membicarakan agama dalam ranah publik. Hal-hal seperti ini sebetulnya tidak sesuai dengan pandangan Alkitab yang menyatakan jalan keselamatan hanya melalui Kristus dan kita harus bersaksi kepada dunia tentang pengharapan yang ada pada kita (1 Petrus 3:15).

Di sisi lain ada pandangan ekstrem yang mengajak orang Kristen untuk menghindar dari dunia di sekelilingnya karena mengganggap dunia ini kotor dan tercemar oleh dosa. Atas alasan itu, orang Kristen didorong untuk berhubungan dengan sesama Kristen saja, membentuk masyarakat Kristen yang cukup pada dirinya sendiri dan tidak mengikuti perkembangan yang ada, bahkan kalau perlu kembali kepada gaya hidup seperti di zaman Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Hal ini sepertinya baik karena orang percaya dicegah untuk tercemar oleh dunia. Namun hal ini hampir tidak mungkin dan tidak praktis. Hal ini bertentangan dengan panggilan Tuhan Yesus agar kita hidup di tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa untuk menyatakan diri sebagai garam dan terang dunia. Di dalam doa-Nya, Tuhan Yesus tidak meminta kita agar ditarik dari dunia ini, tetapi dilindungi oleh Bapa sementara kita diutus ke tengah dunia.

Sebagian orang Kristen lain berusaha untuk melawan perubahan dan menganggap semua perubahan hanya membawa orang menjauhi Allah dan mengganggu penghayatan iman Kristen. Mereka melihat dunia di sekeliling mereka, yang memiliki pandangan yang berbeda dengan mereka, sebagai musuh yang harus dikalahkan. Di masa lalu, mereka yang berpandangan seperti ini melarang anak muda untuk menonton film di bioskop atau melarang berselancar di dunia maya. Maksud perlawanan ini tentu baik, tetapi apa yang dilakukan adalah membuang semuanya, bukan membuang hanya yang buruk dari perubahan yang terjadi. Terus menerus melakukan hal ini hanya akan membuat hidup kita seperti katak dalam tempurung dan selalu penuh kegetiran terhadap kemajuan zaman. Pada akhirnya, pemikiran Kristen hanya akan diolok-olok dunia.

Cara yang terbaik adalah setiap orang percaya berinteraksi dengan segala perubahan dengan menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman menilai perubahan itu. Kita mengambil manfaat dari perubahan itu dan membuang dampak negatifnya. Dunia memang telah rusak karena dosa, tetapi Allah tetap mengizinkan dunia bergerak maju sesuai rencana-Nya. Pada waktu kita mengarungi perubahan bersama Tuhan, Dia bisa memberikan hikmat agar sisi positif perubahan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan misi Tuhan. Misalnya, alih-alih melihat internet sebagai sesuatu yang berbahaya dan dapat mengancammoralitas, kita menggunakannya sebagai sebuah sarana untuk menyampaikan kabar baik, saling berkolaborasi antar lembaga misi, gereja, memperkaya pemahaman akan Alkitab, memberi akses besar kepada jemaat untuk mempelajari teologia, bahkan mendapatkan gelar teologi secara online.

Untuk melakukan ini semua, kita dipanggil untuk terus meng-update diri sejauh mungkin terhadap perubahan yang ada, memelajari Alkitab dengan serius agar kita dapat memberikan penilaian yang tepat, serta hidup dalam persekutuan intim dengan Tuhan yang akan menjaga kita dari yang jahat. *** [TDK]