Bagikan artikel ini :

Sekepak Sayap Kupu-kupu

Kita tahu tujuan Allah menyelamatkan dunia ini melalui Anak-Nya, Yesus Kristus, adalah untuk merestorasi seluruh ciptaan-Nya (tidak semata manusia saja) dari penjajahan Iblis, dosa, dan maut untuk menjadi ciptaan baru. Rencana ini dikonsumasi (digenapkan) dalam kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali. Saat itulah, “langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu… sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” dan “kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga” (Why. 21:1,2,4). Inilah Langit dan Bumi yang baru, dimana Allah sendiri “akan diam bersama-sama dengan mereka” (Why. 21:3).

Pertanyaannya adalah, setelah Tuhan Yesus naik ke surga, bagaimana rencana ini dijalankan? Apakah dengan mengirimkan dua belas laksa malaikat? Atau dengan mukjizat-mukjizat yang wow? Tidak! Allah memakai ciptaan yang, di dalam kata-kata filsuf dan ilmuwan terkemuka Blaise Pascal, “…hanyalah sebatang buluh, terlemah di seluruh alam semesta, namun ia adalah buluh yang berpikir.” Mengapa Allah memakai manusia? Sama halnya dengan mengapa Allah memilih Adam dan Hawa untuk menjadi penguasa atas seluruh ciptaan-Nya, yakni karena mereka adalah gambar dan rupa-Nya.

Itulah sebabnya manusia menjadi objek pertama keselamatan. Ketika saya menyebut “manusia” di sini, saya tidak menunjuk kepada “manusia” secara kolektif, tetapi “manusia” secara pribadi. Anda, saya, dan saudara-saudari seiman. Memang, Allah memulai dari sesuatu yang kecil, yakni Anda, tetapi ini tidak berarti bahwa apa yang Anda kerjakan tidak ada artinya.

Salah satu contoh di Alkitab adalah seorang mantan Farisi bernama Paulus. Kisah Para Rasul 9:1-18 merupakan titik balik hidupnya, dan Anda tahu kelanjutan kisahnya. Paulus, meski tidak termasuk dua belas murid Tuhan Yesus, menjadi salah satu rasul yang paling terkenal, dan menulis paling banyak kitab di dalam Perjanjian Baru. Betapa banyaknya orang yang bertobat dan diubahkan baik oleh kisah hidup maupun surat-surat Paulus. Reformasi yang dihadirkan oleh Martin Luther bermula dari pertobatannya ketika ia membaca Surat Roma, yang mana ia kemudian merumuskan doktrin yang kini kita kenal dengan justification by faith (“keselamatan oleh iman”).

Demikianlah manusia. Di dalam chaos theory terdapat sebuah konsep yang terkenal yang disebut butterfly effect (“efek kupu-kupu”). “Dikatakan bahwa sesuatu sekecil kepakan sayap kupu-kupu dapat menyebabkan puting beliung di belahan lain dunia.” Memang, chaos theory merupakan cabang ilmu matematika yang justru mempresuposisikan bahwa alam semesta bersifat deterministik. Dengan kata lain, tidak ada kehendak bebas. Namun, prinsipbutterfly effect agaknya juga berlaku di dalam kehidupan kita sebagai manusia, khususnya manusia modern. Di era digital ini, Anda tersambung dengan ratusan bahkan ribuan orang, dan ratusan atau ribuan orang itu tersambung pula dengan ratusan bahkan ribuan orang lain. Inilah sebabnya satu kebohongan, satu hoax, begitu cepat menyebar.

Sebuah film Natal tahun 1946 berjudul It’s a Wonderful Life menceritakan seorang pria yang ingin hidupnya dapat berdampak. Namun ia melihat bahwa hidupnya tidak berpengaruh apapun, dan dalam keputusasaannya, berpikir untuk membunuh diri. Saat itulah, ia diberi kesempatan untuk melihat apa yang terjadi semisalkan ia tidak pernah lahir. Rupanya semuanya berbeda. Kota tempat tinggalnya, kini tanpa dirinya, menjadi sebuah kota yang dipenuhi dengan kriminalitas, orang-orang jahat, dan sarang tempat-tempat hiburan yang kotor. Sesudah melihat hal itu, pria tersebut meminta agar ia boleh menarik keputusannya untuk bunuh diri. Kini ia melanjutkan hidupnya dengan pengenalan bahwa, meski kecil dan tidak berarti, apa yang ia lakukan berdampak.

Apa jadinya jika Paulus berpikir seperti orang-orang nihilis zaman sekarang, bahwa apapun yang ia kerjakan tidak akan ada artinya, dan lantas ongkang-ongkang kaki? Mungkin Perjanjian Baru akan jauh menjadi lebih pendek. Mungkin pertumbuhan pesat kekristenan di Roma, dari 1.000 orang percaya di tahun 40 M menjadi 34.000.000 di tahun 350 M, tidak akan pernah terjadi. Kalaupun terjadi, apakah Reformasi akan terjadi? Mungkin tidak. Dan sekarang pun Anda tidak akan membaca artikel ini, tidak hanya karena kita tidak akan mengenal Paulus, tetapi juga karena Anda tidak bisa membaca dan saya tidak bisa menulis (bagaimanapun, Reformasi merupakan cikal-bakal dunia modern, yang mana buta huruf menjadi langka dan hampir semua orang memiliki akses untuk pendidikan).DO

Pesan ini mungkin terdengar cliché bagi Anda. Menjadi agen perubahan. Namun ini adalah pesan Alkitab. Kalau memang apa yang kita lakukan tidak berarti, lebih baik kita ongkang-ongkang kaki di gereja menunggu Tuhan Yesus datang lagi saja. Tetapi ini tidak benar. Memang manusia adalah setitik debu, sebatang buluh, dan sekepak sayap kupu-kupu. Tetapi Anda juga merupakan bagian dari rencana kosmik Allah. Pertanyaannya adalah, apakah Anda bersedia melakukan hal-hal yang berarti? *(DO)