Bagikan artikel ini :

Semua diterima-Nya

"Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: 'Ia menumpang di rumah orang berdosa.'" (Lukas 19: 7). Itulah respon para pemuka agama Yahudi terhadap sikap Tuhan Yesus terhadap Zakheus. Sikap yang di luar dugaan mereka. Respon mereka tampaklah wajar. Zakheus adalah pemungut cukai, ia bekerja untuk bangsa Roma yang menjajah bangsanya. Ia menarik upeti dan pajak kepada bangsanya sendiri untuk disetorkan kepada penjajah. Karena itu wajarlah jika kebanyakan orang sebangsanya tidak suka pada Zakheus. Pada masyarakat Yahudi para pemungut cukai menempati posisi kehormatan yang paling rendah, dan disejajarkan dengan para pelacur. Karena itu mengapa ia disebut sebagai orang berdosa oleh orang Farisi.Kepada orang seperti inilah Tuhan Yesus berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (ay 5). Bisa dibayangkan betapa terkejutnya Zakheus. Tidak saja melihat dan berbicara kepadanya, tetapi Yesus bahkan berkenan untuk masuk dan menumpang dirumahnya.

Menerima undangan makan di rumah orang-orang semacam Zakheus, serta menikmati persekutuan- makan bersama mereka merupakan cara yang paling simpatik untuk menunjukkan pergaulan-Nya dengan mereka. Bila orang dikenal melalui pergaulannya, Tuhan Yesus sekedar ingin dikenal sebagai Sahabat orang-orang yang tak pernah berbuat baik, sampah masyarakat. Seberdosa dan serendah apapun Anda, Tuhan Yesus mau mengasihi dan menerima Anda.

Tuhan Yesus tidak pandang bulu dalam mencari dan menyelamatkan yang hilang. Ia bertemu dan bersinggungan dengan begitu banyak orang dari latar belakang yang berbeda-beda dan masalah berbeda-beda, tetapi semua sama layaknya untuk menerima keselamatan, karena Tuhan mengasihi semua manusia tanpa terkecuali. Dia tetap membuka kesempatan untuk bertobat bagi siapapun tanpa menimbang terlebih dahulu berat ringannya dosa atau pantas tidaknya seseorang untuk diselamatkan.

Pada zaman Perjanjian Baru, ada kelas-kelas dalam masyarakat, demikian juga pada zaman sekarang.Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, jika dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan, dsb.P.J. Bouman mengatakan bahwa penyebab terjadinya strata lapisan sosial ada dua, yaitu:

– Terjadi dengan sendirinya

Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.

– Terjadi dengan sengaja

Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Dilingkungan gereja maupun di luar gereja yang namanya strata, kelas, lapisan atau kelompok orang selalu terjadi, Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.

Tuhan Yesus menunjukan bahwa Ia menghargai dan menerima orang elite dan juga orang non elite. Itu sebabnya Gereja dikehendaki Tuhan Yesus agar bisa menerima dan menghargai setiap orang apa kaya atau miskin, pendidikan tinggi atau kurang pendidikan, terkenal maupun tidak, berpengaruh luas atau kurang, dst.

Jika Anda berpengaruh, berpendidikan tinggi, berharta banyak, terkenal dan berpengaruh , bisakah kita meneladani Tuhan Yesus dengan cara menghargai mereka yang dianggap tidak sekelas atau seleveel dengan saudara?Di sisi lain, jika Anda adalah orang kurang harta, kurang pendidikan, kurang berpengaruh dan terkenal, bisakah saudara belajar tidak minder karena Tuhan Yesus , Raja dan Tuan atas semesta alampun menghargai dan menerima Anda?

Senang rasanya kalau bisa makan bersama di satu meja makan yang besar, di mana satu meja ada 10, 20 bahkan lebih. Di meja makan itu saya tetap bisa tahu siapa yang usianya lebih tua sehingga tetap bisa memberi penghormatan, dan saya tahu siapa yang masih anak kecil sehingga bisa didahulukan, namun saya tetap duduk sama rendah di antara yang tua, muda, terhormat, berpendidikan yang berbeda level, kami semua setara, bisa makan bersama, tanpa kehilangan rasa hormat, dan tetap menghargai yang kecil. Ketika kita menghormati yang tua dan mendahulukan yang kecil, bukan berarti kita kehilangan kesempatan. Betapa indahnya jika kita orang percaya dan gereja Tuhan bisa mencontoh Tuhan Yesus. *** (HR)