Bagikan artikel ini :

The Lost

Injil Lukas 15 mencatat tiga perumpaan tentang sesuatu yang hilang, yaitu domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang. Hilang di sini menggambarkan sesuatu benda yang tidak berada di tempat yang seharusnya. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dengan tujuan untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya, akan tetapi manusia memberontak dan melawan Allah sehingga keterpisahan antara Allah dan manusia terjadi; membuat manusia terhilang. Hilang juga dapat memiliki pengertian sebuah proses menuju kebinasaan. Manusia berdosa tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, manusia yang berada di luar Kristus menuju proses kebinasaan kekal.

Di dalam konteks Lukas 15:8-10 dicatat tentang perumpamaan dirham yang hilang. Ada seorang perempuan yang memiliki sepuluh keping uang perak dan kehilangan satu. Setiap keping perak bernilai satu dinar, kira-kira sama dengan upah harian seorang buruh. Pada zaman Romawi abad pertama Drakhma artinya koin perak yang merupakan salah satu pecahan mata uang Romawi. Dalam konteks pada waktu itu biasa digunakan sebagai hiasan di kepala seorang wanita. Jika kita memperhatikan dengan teliti perumpamaan dalam Lukas pasal 15, ada hal menarik ketika “yang hilang” di temukan yaitu ada sukacita (ay. 7, 10, 32).

Allah sendiri yang berinisiatif untuk mencari manusia yang terhilang, manusia yang tidak memiliki pengharapan, manusia yang tidak memiliki masa depan. Allah tahu bahwa manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Hal ini yang kita temukan dalam Injil Lukas pasal 15. Allah juga berinisiatif datang kepada manusia berdosa. Di dalam konteks Lukas pasal 19, orang Farisi memandang orang-orang seperti Zakheus memiliki reputasi yang buruk dan sebagai orang berdosa. Dalam konteks Perjanjian Baru orang-orang seperti pemungut cukai, pelacur, perampok, dipandang sebagai orang berdosa, demikian juga dengan mereka yang bergaul dengan orang berdosa. Ketika Tuhan Yesus masuk ke Kota Yerikho dan mengajak Zakhesus turun dan menumpang dirumahnya, banyak orang bersungut-sungut. Tetapi yang menarik bahwa Tuhan Yesus tidak peduli dengan pandangan orang banyak, Ia taat kepada Bapa-Nya dan melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Tuhan Yesus melihat jiwa orang berdosa seperti Zakheus juga perlu diselamatkan. Sehingga akhirnya dengan pernyataan yang jelas dan tegas Tuhan Yesus mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk. 19:10).

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa, karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Artinya bahwa tidak ada seorangpun yang benar. Kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh karena karya dan penebusan Tuhan Yesus Kristus di atas kayu salib. Hanya Anugerah Allah yang membawa kita kembali kepada Bapa, seperti lirik yang dituliskan oleh John Newton:

Amazing grace, how sweet the sound
That saved a wretch like me
I once was lost, but now am found
Was blind, but now I see

Pernakah kita kehilangan sesuatu atau barang yang sangat berharga? Apa yang kita lakukan? Bukankah kita akar berusaha mencari? Apakah kita menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang terhilang itu? Allah tidak ingin seorangpun terhilang, karena itu Ia mengutus Anak-Nya Yesus Kristus mencari manusia yang terhilang. Mengapa? Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, manusia sangat berharga di mata Allah, manusia adalah milik kepunyaan Allah.

Yesus adalah Gembala yang baik dan mengenal domba-domba-Nya. Firman-Nya, “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya” (Yeh. 34:16). Bersyukurlah untuk anugerah Allah yang besar mencari kita manusia yang terhilang, hiduplah bagi Dia yang begitu mengasihi kita.**JF