Bagikan artikel ini :

Yesus 'Lebih Besar' Dari Siapapun

Biografi adalah salah satu genre sastra yang banyak diminati orang. Melalui biografi, kita bisa tahu kepiawaian dan teladan yang bisa kita ikuti dalam hidup sehari-hari. Banyak orang menghabiskan banyak waktu untuk membaca dan mempelajari kehidupan tokoh-tokoh besar, baik tokoh level dunia atau nasional, tokoh di bidang hukum, politik, kekristenan dan sebagainya. Mempelajari kehidupan Yesus seharusnya menjadi suatu pengalaman yang luarbiasa, bukan hanya karena tercatat dalam kitab suci, tetapi juga dapat dilihat betapa luar biasanya Yesus dibandingkan tokoh-tokoh lain, termasuk tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama. Sekalipun Injil bukanlah biografi lengkap Yesus seperti yang kita kenal, namun melalui Injil kita mendapatkan bagaimana Yesus sebagai manusia sejati jauh lebih besar dari siapapun.

Yesus lebih besar dari Adam. Adam selaku manusia pertama gagal menaati perintah Allah dan jatuh dalam godaan. Yesus selaku manusia berhasil menghadapi pencobaan oleh Iblis dan menang dan Dia terus menang dalam ketaatan kepada Bapa-Nya sampai akhir (Ibr. 4:15). Kalau ketidaktaatan Adam menyebabkan seluruh manusia ikut jatuh dalam dosa, maka ketaatan Kristus membawa manusia yang menerima-Nya juga menerima kebenaran-Nya. (Roma 5:18-19)

Yesus lebih besar dari Abraham. Abraham menaati Allah dengan pergi meninggalkan semua kenyamanannya untuk menjadi bapa sebuah bangsa, yakni Israel. Dia menjadi bapa orang beriman. Yesus menaati Bapa-Nya dengan meninggalkan kemuliaan Surga untuk menjadi manusia dan mati di kayu salib dan membangun sebuah umat yang baru, yakni umat yang ditebus oleh darah-Nya (Filipi 2:5-8 dan Wahyu 5:9-10). Ketika Yesus bercakap-cakap dengan orang-orang Yahudi, Dia ditanya apakah Dia lebih besar dari Abraham. Yesus menjawab bahwa Abraham bersukacita ketika melihat hari-Nya dan sebelum Abraham ada, Yesus sudah ada. (Yoh. 8:53-58)

Yesus lebih besar dari Yakub. Ketika Yesus berjumpa dengan seorang wanita di Sumur Yakub di Samaria, dan berjanji akan memberikan air hidup, wanita itu bertanya apakah Yesus lebih besar dari Yakub. Yesus menjawab bahwa apa yang diberikan oleh Yakub hanya sementara, tetapi apa yang diberikan oleh-Nya adalah kekal. (Yoh. 4:10-14)

Yesus lebih besar dari Yusuf. Ketika Yusuf membuka jati dirinya sebagai perdana menteri Mesir di hadapan saudara-saudaranya, dia tetap bersedia mengampuni kesalahan keluarganya (Kej. 50:20). Yesus mengampuni musuh-musuh-Nya ketika Dia tergantung di atas kayu salib (Luk. 23:34).

Yesus lebih besar dari Musa. Musa dianggap nabi dan pemimpin Israel yang luar biasa. Dia menjadi pemberi hukum-hukum Allah, pembebas Israel dan pembuat mukjizat. Tetapi Dia menubuatkan akan ada nabi yang muncul dari kaum Israel yang harus didengarkan (Ulangan 18:18-19). Yesus adalah nabi itu, yang menggenapi dan memberi penafsiran sempurna atas hukum-hukum Allah, menjadi pembebas bagi umat manusia yang baru dan melakukan berbagai mukjizat ajaib untuk membuktikan kebenaran-Nya.

Yesus lebih besar dari Daud. Yesus memang disebut Anak Daud dan lahir dari keturunan Daud, tetapi Daud memanggil Mesias sebagai ‘tuanku’ dan mengakui keturunannya lebih besar dari dirinya (Matius 22:42-45). Daud memiliki kerajaan yang hebat dan agung tetapi terbatas. Anak Daud memiliki kerajaan yang kekal dan tak terbatas (Daniel 7:13-14, Matius 26:64).

Yesus lebih besar dari Salomo. Putra Daud ini terkenal oleh karena hikmat bijaksana dan kekayaannya. Ratu dari Selatan datang spesial untuk mengagumi kehebatan Salomo (1 Raja-raja 10:1-9). Namun demikian Yesus adalah Sang Hikmat itu sendiri dan kekayaan-Nya adalah kekayaan Surgawi yang jauh melampaui kekayaan duniawi. Tidak heran jika Yesus pernah berkata bahwa Seseorang yang lebih besar dari Salomo hadir di situ, yakni Yesus sendiri (Matius 12:42).

Yesus lebih besar dari Yunus. Sekalipun sempat melarikan diri dari panggilan Tuhan, Yunus akhirnya kembali untuk mengkhotbahkan keselamatan dari Tuhan dan menghasilkan pertobatan Niniwe. Yesus tidak pernah melarikan diri dari tugas-Nya dan keselamatan dari Tuhan dijalankan melalui Diri dan pengorbanan-Nya. Jika Yunus ada di perut ikan tiga hari tiga malam dan kemudian kembali untuk memberitakan keselamatan, maka Yesus ada di perut bumi tiga hari tiga malam dan kemudian bangkit untuk mengalahkan maut dan menjamin keselamatan umat-Nya (Yunus 1:17, Matius 12:40).

Yesus lebih besar dari Yohanes Pembaptis yang disebut Yesus sebagai nabi terbesar. Yohanes juga adalah nabi Perjanjian Lama terakhir. Sekalipun demikian, ia melihat Yesus sebagai Yang Lebih Besar sehingga membuka tali kasut-Nya pun dirasakan olehnya tidak layak. Yohanes Pembaptis membaptis dengan air, tetapi Yesus membaptis dengan Roh Kudus (Matius 3:11).

Yesus lebih besar dari kurban Perjanjian Lama manapun. Di Perjanjian Lama, kurban hanya bisa membereskan satu masalah, tetapi Yesus menjadi Kurban Yang Sempurna, satu kali saja untuk semuanya dan untuk selamanya (Ibrani 7:27).

Yesus lebih besar dari imam besar manapun. Imam besar setahun sekali bisa masuk ke ruang mahakudus untuk menjadi pengantara antara Allah dan umat Allah yang berdosa. Imam besar juga tidak bisa memahami pergumulan umat Allah satu persatu. Namun Yesus masuk ke ruang mahakudus sekali untuk selamanya menjadi pengantara sempurna antara Allah dengan umat Allah (Ibrani 9:11-14). Dia juga adalah Imam yang dapat mengerti pergumulan-pergumulan umat-Nya (Ibrani 4:15).

Yesus lebih besar dari malaikat. Banyak orang terkesima ketika membicarakan tentang malaikat yang tidak kelihatan tetapi dianggap memiliki kemampuan luar biasa. Yesus jauh lebih tinggi dari para malaikat (Ibrani 1:4) dan suatu hari semua kuasa di langit dan di bumi akan berlutut kepada Yesus (Filipi 2:10).

Yesus memiliki nama yang jauh lebih tinggi dari nama siapapun yang ada di bawah kolong langit, termasuk para pemimpin kerohanian, politik, militer siapapun (Filipi 2:9). Dengan pernyataan itu, jelas Yesus jauh lebih besar dari siapapun dan apapun.

Ketika manusia sering mencoba mencari nama dan meninggikan diri sendiri, atau manusia mencoba mendekatkan diri pada nama-nama atau pribadi-pribadi tertentu yang dianggap berpengaruh dan menjamin keamanannya, orang percaya justru harus semakin mendekatkan diri pada Yesus yang memberikan jaminan keamanan pasti sampai kekekalan. Orang percaya juga boleh belajar dari kehidupan, teladan keberhasilan maupun pembelajaran kegagalan dari tokoh-tokoh yang pernah hidup, tetapi jangan sampai kita tidak mempelajari tentang Pribadi Yesus yang jauh lebih besar dan sempurna dari tokoh-tokoh itu dan meneladi-Nya. (TDK)