Bergumul Untuk Mengampuni
Kolose 3:13-17
Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan
telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
- Kolose 3:13
Banyak yang bergumul dengan masalah mengampuni. Lama menyimpan dendam dan terus dipendam. Akibatnya hidup dalam kemarahan. Muka tegang dan kemudian berkembang menjadi kepahitan. Kepahitan karena ketidakadilan, kegilaan, fitnah, penderitaan yang diterima dari orang-orang yang ada di dalam hidup mereka.
Sudah terlalu lama ia diam, memendam, dan belakangan sudah mulai tak tahan. Lalu datang seorang hamba Tuhan dengan ringan berkata, “Ampuni!” Ngomong gampang! Coba ia yang alami. Coba kamu jalani. Coba kalian hadapi. Mungkin bisa mati berdiri!
Di dalam kehidupan, saya menemui dua tipe orang, yaitu orang yang datang menyelesaikan masalah dan orang yang datang membawa masalah. Jika menghadapi tipe orang kedua memang bikin pusing, sesak, sakit. Trus koq kita yang harus mengampuni? Lha ia sumber masalahnya. Memang Tuhan tidak tahu apa? Tahu! Lalu kenapa kita disuruh mengampuni? Karena mengampuni adalah dasar dari kehidupan orang percaya, bukti ketaatan dan iman.
Mengampuni adalah pilihan bukan perasaan. Ingat ya, kesulitan utama kita dalam mengampuni adalah karena perasaan tidak rela melakukannya. Padahal mengampuni bukan hanya untuk kebaikan orang yang diampuni, tetapi juga untuk kebaikan kita. Dengan mengampuni hidup kita lebih lega.
Saya mengamati bahwa kesulitan kita mengampuni adalah karena rasa tidak rela, kok enak aja diampuni setelah begitu banyak penderitaan yang ia buat terhadap saya. Itu yang membuat kita sulit mengampuni. Namun ketahuilah, akan lebih sulit lagi kalau kita tidak mau mengampuni. Menahan pengampunan itu menguras energi dan emosi.
Melalui ayat emas, Tuhan jelas mau kita mengampuni. Mengampuni bukan karya manusiawi. Mengampuni adalah karya Ilahi. Ketika mengampuni, kita belajar apa artinya taat pada perintah Tuhan. Aku mengampuninya karena Tuhan Yesus lebih dulu menyuruh saya mengampuni. Jadi, pengampunan itu urusan kita dengan Tuhan. Bukan kita dengan orang yang mau kita ampuni.
Saya tak mampu. Tapi saya mau belajar taat kepada-Mu, Yesus. Maka saya lepaskan pengampunan kepadanya.
Refleksi diri:
- Siapa orang yang kepadanya Anda bergumul untuk memberikan pengampunan?
- Apakah Anda sudah memilih untuk taat kepada Kristus dalam melepaskan pengampunan? Apa wujud pengampunan yang ingin Anda lakukan?