Dari Aku Ke Dia
Matius 16:24-26
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
- Matius 16:24
J.C. Ryle, penulis abad ke-19 mengatakan, “Ambisi, harga diri, dan kesombongan diri terletak jauh di lubuk hati semua orang dan sering kali di dalam hati, dimana mereka paling tidak dicurigai.” Kehidupan yang berpusat pada si aku seringkali tersembunyi. Orang lain mungkin tidak melihatnya, padahal si aku inilah yang menginginkan takhta dan pusat perhatian.
Sebagai orang percaya, kita juga tidak luput dari ke-aku-an diri. Bukankah kita seringkali ingin menjadikan diri sendiri sebagai yang utama? Kita melakukan apa yang menjadi kehendak kita, tanpa memedulikan kehendak Tuhan. Kita mencari panggung dengan segala cara supaya orang lain memuji kita, tanpa berpikir untuk memuliakan Tuhan. Kita juga bisa ogah-ogahan melayani Tuhan, apalagi kalau terasa tidak menguntungkan buat kita.
“Menyangkal” dalam Perjanjian Baru adalah pemisahan yang disengaja dari hubungan dengan orang tertentu. Terjemahan lain juga bisa berarti meninggalkan. Kata ini disematkan kepada Petrus ketika ia menyangkal Yesus. Petrus menyangkal bahwa dirinya mengenal Yesus atau memiliki hubungan dengan-Nya. Jika kita kaitkan dengan apa yang Yesus katakan, menyangkal diri berarti mengatakan tidak (menolak) pada kehendak diri yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Perkataan Yesus di ayat emas berbicara soal hubungan dengan pribadi Kristus. Dia tidak berkata, “setiap orang yang mau lebih saleh” atau “setiap orang yang mau ikut agama Kristen” atau “setiap orang yang mau jadi lebih baik,” melainkan “setiap orang yang mau mengikut Kristus”—hidup di dalam hubungan dengan Kristus—harus menyangkal diri dan memikul salib.
Menjadi pengikut Kristus tidak mungkin mendua fokus. Namun, apakah berarti tidak boleh memiliki keinginan pribadi? Tentu tidak, setiap kita pasti memiliki keinginan: ingin makan enak, ingin pergi rekreasi yang menyenangkan, ingin ngopi yang nikmat, dll. Manusia diciptakan Tuhan memiliki selera dan keinginan. Sementara menyangkal diri berbicara tentang menggeser pusat hidup kita, dari si aku, menjadi Tuhan Yesus. Jadi, segala sesuatu yang kita lakukan haruslah berpusat kepada Kristus. Yang sesuai kehendak-Nya dilakukan, yang tidak sesuai kehendak-Nya jangan dilakukan. Jika seseorang hidup untuk diri sendiri dan tidak menyangkal diri, orang itu sesungguhnya tidak pernah mengakui Kristus.
Refleksi Diri:
- Mengapa kita perlu menyangkal diri sebagai pengikut Kristus?
- Apa hal-hal yang seringkali membuat Anda sulit untuk menyangkal diri?