Dari-Mu, bagi-Mu
1 Tawarikh 29:1-18
Ya TUHAN, Allah kami, segala kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagi-Mu rumah bagi nama-Mu yang kudus adalah dari tangan-Mu sendiri dan punya-Mulah segala-galanya.
- 1 Tawarikh 29:16
Daud bukan orang yang sempurna. Semasa hidupnya ia berkali-kali gagal. Yang paling populer tentu kisah perselingkuhannya yang berlanjut pada pembunuhan terencana. Namun di akhir hidupnya, Daud menunjukkan kematangan pribadinya. Ia memiliki perspektif yang benar tentang Allah dan dirinya sebagai manusia.
Pertama, Daud menyatakan bahwa Tuhan adalah Allah yang Mahabesar dan berkuasa (ay. 10-12). Allah adalah Sumber segala berkat (ay. 12, 14). Allah yang mengangkat dan meninggikan dia. Kedua, Daud menyadari siapa dirinya. Ia hanyalah “orang asing di atas bumi” dan “bayang-bayang”. Tanpa Tuhan, hidupnya tidak ada harapan (ay. 15). Daud bukan siapa-siapa. Ia dulu hanyalah seorang gembala dari dua-tiga ekor domba, yang bahkan oleh ayahnya sendiri tidak terlalu dianggap. Karena itu, ketika Daud mempersembahkan jumlah yang besar untuk membangun rumah Tuhan, ia tidak merasa itu pemberian dari hasil jerih lelahnya.
Seorang bapak berumur menjelang lima puluh, berjuang keras dari umur sembilan belas untuk meraih sukses. Ia sudah kehilangan orangtuanya sejak kecil. Ketika mencapai kesuksesan, ia membanggakan perjuangan dan kerja kerasnya. Berbeda dengan bapak lain yang memiliki perspektif kesuksesan dari sudut pandang berbeda. Sukses bagi dirinya diraih karena anugerah Tuhan. Tentu saja manusia harus berjuang tetapi kemampuan dan kesempatan datangnya dari Tuhan. Itulah perspektif yang benar. Perspektif manakah yang Anda miliki tentang keberhasilan?
Daud memberi persembahan dalam jumlah yang sangat besar untuk pembangunan rumah Tuhan. Alasannya ada pada perspektifnya tentang keberhasilan.
Sukses adalah anugerah. Karena itu segala hasil dari kesuksesan tersebut harus dipersembahkan kembali kepada Sang Sumber anugerah. Ia tidak merasa rugi di dalam memberi karena dulunya ia tidak memiliki apa-apa. Jika karena pemberian itu hartanya berkurang lima puluh persen maka sebenarnya ia sudah punya lima puluh persen lebih banyak dari sebelum ia menjadi kaya.
Hendaklah Anda memiliki perspektif yang benar akan keberhasilan. Biarlah melalui keberhasilan kita, kita sadar semuanya itu bersumber daripada Yesus dan digunakan bagi kemuliaan-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sadar bahwa kesuksesan dan keberhasilan yang Anda peroleh, semuanya itu bersumber dari Allah?
- Apa yang Anda lakukan untuk mengembalikan keberhasilan yang Anda dapatkan kepada Tuhan Yesus?