Dari Pelaminan Ke Rumah Tangga
Kidung Agung 3:6-11
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
- Efesus 5:33
Semua orang tahu bahwa pernikahan, sebagaimana kelahiran, merupakan titik dimulainya kehidupan yang baru. Perbedaan keduanya adalah kelahiran memulai satu kehidupan dari satu jiwa, sementara pernikahan memulai satu kehidupan dari dua jiwa. Tak heran pesta pernikahan biasanya dilangsungkan besar dan meriah.
Begitu juga yang dilakukan oleh Raja Salomo ketika menikahi Gadis Sulam. Sebagai calon pemimpin keluarga, Salomo habis-habisan mempersiapkan pestanya. Berbeda dengan zaman sekarang dimana biasanya justru calon istri yang antusias menyiapkan segala sesuatu, sementara calon suami hanya “terserah” saja. Mungkin karena, tidak seperti pria, pada umumnya wanita sejak kecil selalu bermimpi “menjadi putri satu malam.”
Terlepas dari segala kemeriahan yang sang raja persiapkan, kita melihat sikap tanggung jawabnya. Memang, cinta dan pernikahan seharusnya memunculkan kualitas-kualitas terbaik dalam diri seseorang. Seorang bocah yang semau gue mendadak menjadi pria yang gentleman dan dapat diandalkan. Seorang daddy girl yang manja dan selalu minta uang jajan kepada ayahnya mendadak menjadi wanita dewasa yang mulai cakap mengatur keuangan. Inilah persiapan yang seharusnya dilakukan melebihi persiapan gaun pengantin, undangan, dan tempat pesta, yaitu persiapan menjadi pribadi yang dewasa. Sayang sekali seringkali justru persiapan-persiapan pesta satu malam tersebut yang lebih difokuskan.
Pernikahan ideal terjadi ketika dua orang yang berkomitmen untuk hidup bersama, memiliki kepribadian yang dewasa. Bayangkan saja jika dua anak kecil bertubuh orang dewasa menikah, kemudian ditambah harus mengurusi satu atau lebih anak kecil yang sesungguhnya, pernikahan tersebut pasti runyam. Muncul pertanyaan: bagaimana jika Anda (atau pasangan Anda) terlanjur menikah dengan orang yang tidak dewasa?
Puji Tuhan, Dia selalu menyediakan anugerah-Nya! Kita adalah manusia yang berproses. Memang dua pribadi yang belum dewasa akan menghadapi banyak masalah dalam pernikahan. Namun, kehidupan pernikahan merupakan konteks yang disediakan Tuhan Yesus untuk menempa kita menjadi pribadi dewasa. Kita bisa melihat bagaimana hubungan Tuhan dengan umat-Nya. Ia mengambil umat Israel sebagai istri-Nya bukan ketika mereka sudah sempurna, melainkan saat masih tegar tengkuk. Syukurilah pernikahan Anda karena melaluinya Anda sedang dibentuk oleh Tuhan.
Refleksi Diri:
- Di dalam relasi Anda dengan pasangan, siapakah yang lebih banyak memikul tanggung jawab?
- Ketika timbul konflik, siapakah yang lebih sering mengalah dan siapa yang lebih sering menyalahkan?