Empat Turunan
Keluaran 20:1-17
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
- Keluaran 20:5
Ayat ini dan beberapa ayat lain menyebut ancaman hukuman lintas generasi terhadap orang yang melanggar hukum Tuhan (Kel. 34:6-7, Bil. 14:18, Yer. 32:18). Apakah Allah sedemikian kejam sehingga cucu dan cicit ikut menanggung dosa yang mereka tidak perbuat? Mengapa Yehezkiel 18:20a justru menyatakan hal sebaliknya? “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya.”
Peringatan ini diberikan kepada orang-orang yang berlaku fasik sama seperti orangtua, kakek-nenek atau buyutnya. Generasi penerus akan mendapat hukuman jika mereka melakukan dosa yang sama yang diperbuat generasi pendahulunya. Namun, Yehezkiel mengajarkan bahwa jika seseorang bertobat dari jalan fasik pendahulunya maka ia tidak akan mengalami penghukuman Tuhan (Yeh. 18:14-20). Dengan demikian, Keluaran 20:5 dan ayat-ayat yang semacam itu menegaskan bahwa siapa pun tidak bisa menghindar dari tanggung jawab pribadi dengan beralasan bahwa orangtua yang mengajari dirinya dosa yang diperbuatnya. Allah akan menghukum generasi berikutnya jika mereka terus melakukan dosa yang diajarkan generasi pendahulu. Dengan kata lain, ayat-ayat ini tidak bicara tentang nasib yang ditakdirkan, yang tidak bisa berubah karena diturunkan, tetapi justru bicara tentang kebebasan kita untuk mengambil sikap yang benar jika pendahulu kita bersikap salah.
Ayat-ayat ini bicara tentang pentingnya keteladanan dan warisan kebenaran firman Tuhan kepada generasi penerus kita. Jika kita menjadi teladan yang baik dan mengajari mereka firman Tuhan, maka mereka akan mengalami hidup dalam damai sejahtera Tuhan. Sebaliknya, jika kita menjadi teladan yang buruk, maka bukan saja kita yang akan mengalami hukuman Tuhan, generasi penerus kita pun akan mengalami yang sama. Bagaimana kalau di masa lalu Anda tidak mendapat teladan yang baik dari orangtua? Anda harus berani mengambil sikap sendiri untuk berani hidup berbeda. Berani mengambil langkah untuk hidup benar.
Refleksi diri:
- Apa keteladanan yang telah Anda wariskan kepada generasi penerus Anda? Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
- Jika Anda sebagai anak, bagaimana Anda akan mengambil tindakan memutuskan contoh keteladanan yang kurang baik?