Encounter With God?
Amos 4:12-13
TUHAN, siapakah yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak tercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
- Mazmur 15:1-2
Apa yang ada di bayangan Anda ketika mendengar kata “Encounter with God” yang artinya perjumpaan dengan Tuhan? Mungkin altar call di sebuah KKR sehabis khotbah yang bisa membuat Anda menangis? Atau praise and worship dengan lagu-lagu yang menggugah perasaan? Atau mendengar seminar teologi yang membuka pikiran Anda? Atau mendapat penglihatan dari Tuhan? Ketika mengalami mukjizat? Saat menjalani sakramen Perjamuan Kudus atau Baptisan?
Bagian yang kita baca menceritakan perjumpaan dengan Tuhan yang mungkin tidak pernah kita pikirkan. Di bagian-bagian sebelumnya, Tuhan telah memberitahukan penghakiman apa yang akan menimpa umat-Nya karena dosa-dosa mereka. Kini, di ayat 12, Tuhan mengatakan kepada mereka untuk mempersiapkan diri berjumpa dengan-Nya. Untuk apa? Perjumpaan seperti apakah itu? Tentunya bukan perjumpaan seperti yang kita bayangkan, melainkan perjumpaan dengan Tuhan yang akan menghukum.
Namun, di balik perjumpaan yang mengerikan ini, kita dapat melihat belas kasihan Tuhan. Dia bersedia berjumpa dengan umat-Nya meski mereka telah berdosa terhadap-Nya. Tuhan bisa saja mengirim malaikat untuk berjumpa dengan mereka. Tetapi tidak. Dia sendiri yang datang. Ini wajar. Jika Anda memiliki anak yang nakal dan perlu dihukum, tentu Anda akan menghukumnya sendiri, tidak menyuruh orang lain untuk melakukannya. Mungkin bahkan Anda akan marah jika orang lain menghukumnya.
Tidak selalu perjumpaan dengan Tuhan ditandai dengan perasaan tenang atau kebahagiaan seperti yang kita bayangkan. Kadangkala, perjumpaan dengan Tuhan yang menghajar kita akan memperdalam pengenalan kita akan Tuhan, sekaligus memperbaiki hidup kita. Perjumpaan itu bisa terjadi ketika Anda yang selama ini terlalu sibuk dan mengabaikan anak, tahu-tahu ia menjadi remaja dengan pergaulan yang tidak baik. Jika Anda seorang istri yang tidak memedulikan suami, tahu-tahu Anda melihat ia dekat dengan
wanita lain.
Masalahnya, maukah kita berjumpa dengan Tuhan dalam kondisi seperti ini? Ataukah kita hanya mau berjumpa dengan Tuhan seperti yang kita bayangkan?
Refleksi diri:
- Pernahkah Anda berjumpa dengan Tuhan yang menghajar Anda? Apa yang Anda rasakan?
- Bagaimana sekarang Anda ingin mengisi hidup setelah mengalami perjumpaan yang menghajar Anda?