Jadilah Menurut Kehendak-Mu
Matius 26:36-46
“Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
-Matius 26:42b
Senin 11 April 2022, terjadi demonstrasi mahasiswa di berbagai daerah, termasuk di ibukota Jakarta. Satu peristiwa mengenaskan dan menyedihkan terjadi pada diri seorang pegiat kebhinekaan, Ade Armando. Ia berniat hadir untuk memantau demonstrasi yang sedang berlangsung, tetapi malah menjadi bulan-bulanan massa. Ade dipukuli oleh oknum yang tidak suka kepadanya sampai mukanya babak belur. Ia juga ditelanjangi, celananya diperosoti. Jika berandai-andai, seumpama sehari sebelumnya Ade mengetahui bahwa dirinya bakalan dihajar bertubi-tubi, dipermalukan dan ditelanjangi, apakah ia tetap akan pergi memantau demonstrasi? Kemungkinan besar ia tidak akan jadi datang, lebih baik menghindar. Atau kemungkinan kedua, ia tetap datang ke sana dengan pengawalan ketat, supaya terhindar dari bahaya tersebut. Intinya, secara insting manusia jika sudah tahu akan celaka maka ia akan menghindar. Manusia cenderung menghindari hal yang merugikan dirinya.
Pernahkah Anda memikirkan perasaan Tuhan Yesus saat berada di taman Getsemani? Dia mengetahui semua yang akan terjadi kepada diri-Nya saat turun ke dunia. Yesus tahu akan jadi bulan-bulanan manusia yang berdosa. Dia akan disiksa, dipermalukan, ditelanjangi, bahkan dibunuh. Betapa sakit dan memalukan, apalagi harus terpisah dengan Allah Bapa. Yesus sangat bisa untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri, demi kenyamanan diri. Dia sebetulnya sangat gentar untuk menghadapi salib. Doa Yesus di Getsemani adalah permohonan sekaligus penundukan diri. Yesus di dalam kemanusiaan-Nya memohon jika sekiranya mungkin Dia tidak menjalani salib, tetapi di saat bersamaan Dia menundukkan diri kepada Bapa. Dia akhirnya tetap berkata, “Jadilah kehendak-Mu” sampai tiga kali. Jika diperhatikan, kalimat serupa muncul dalam perikop ini dengan pergerakan: dari kegentaran pada ketaatan, dari ketaatan pada keteguhan.
Saat berdoa pasti kita menyatakan kehendak kita. Di dalam doa yang sama, kita juga sering menyatakan, “Jikalau Engkau kehendaki… jadilah menurut kehendak-Mu.” Namun, apakah kita menyadari bahwa “jadilah menurut kehendak-Mu” tidak selalu enak buat kita. Terkadang kita bisa dibuat terkejut dengan kehendak-Nya. Adakalanya sangat bertolak belakang dengan kehendak kita, bahkan mengganggu kenyamanan kita. Apakah kita siap mengatakan “Jadilah menurut kehendak-Mu”? Ikutilah kehendak Allah tanpa keraguan karena kehendak-Nya tidak pernah salah.
Refleksi Diri:
- Mengapa Anda harus taat pada kehendak Bapa, bukan kehendak diri sendiri?
- Apa komitmen nyata Anda untuk mengikuti kehendak Tuhan dalam hidup?