Kehilangan Sang Jantung Hati
Kidung Agung 3:1-5
Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan.
- Yehezkiel 34:12
Semakin penting suatu hal bagi seseorang, semakin besar kekhawatirannya terhadap hal tersebut. Seorang atlet yang mau bertanding, malam hari sebelum pertandingan biasanya kesulitan tidur karena mengkhawatirkan segala hal yang akan terjadi keesokan hari. Bagaimana kalau ia kalah sesudah berlatih sekian lama?
Demikian pula dengan Gadis Sulam. Baru saja ia mengatakan bahwa kekasihnya adalah miliknya (Kid. 2:16), kini ia ketakutan akan kehilangan kekasihnya. Semakin penting, semakin dekat, semakin berharga sang raja di hatinya, semakin si gadis memikirkannya. Di dalam mimpi buruknya, ia melihat sang raja lenyap dari pandangan matanya. Meski penuh ketakutan, ia memberanikan diri untuk bangkit mencari jantung hatinya. Singkat cerita, ia menemukannya.
Rasa takut yang berlebihan memang bukan hal yang baik. Namun dalam batas-batas wajar, rasa takut kehilangan pasangan kita justru sangat berguna. Justru aneh kalau sepasang kekasih tidak merasa takut kehilangan satu sama lain. Tandanya tidak ada cinta di dalam diri mereka. Karena si gadis sangat mencintai sang raja, ia mencarinya dengan sungguh-sungguh dan tidak akan kembali ke pembaringannya sampai menemukannya. Sikap yang perlu diteladani. Ketika orang yang kita kasihi terhilang entah kemana, kita harus mencarinya.
Keterhilangan secara fisik memang menakutkan, tapi lebih mengerikan lagi keterpisahan batiniah. Dua orang tinggal bersama-sama dalam jarak dekat, tapi telah kehilangan hati satu sama lain. Yang satu hilang di tengah rimba pekerjaan, yang satu lagi hilang di tengah sibuknya mengurus anak. Ada pula yang bahkan terhilang di tengah sibuknya pelayanan gerejawi. Yang lebih celaka lagi, kehilangan seperti ini seringkali tidak disadari dan tidak menimbulkan rasa takut. Suami istri yang sudah terbiasa dengan keterhilangan seperti ini mungkin sekali tidak merasakan perlunya mencari jantung hatinya.
Alkitab dipenuhi dengan kisah bagaimana Allah mengutus anak-Nya, Tuhan Yesus, mencari sampai menemukannya kembali umat-Nya yang terhilang. Ia tidak akan berhenti sebelum menemukan jantung hati-Nya. Bagaimana dengan Anda? Jangan bermimpi “mencari jiwa-jiwa yang terhilang” jika jantung hati Anda yang terhilang belum Anda cari!
Refleksi Diri:
- Berapa kali dalam seminggu Anda menghabiskan waktu berkualitas bersama pasangan? Kapan dan di mana Anda biasanya berbicara dari hati ke hati?
- Apa yang membuat Anda kehilangan hati satu sama lain? Kesibukan? Masalah-masalah yang belum terselesaikan? Ego pribadi?