Kuduskanlah Hari Sabat
Kejadian 2:1-3
Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
- Keluaran 20:11
Kekudusan hari Sabat—umumnya dipahami sebagai hari Minggu—akhir-akhir ini mulai mengalami penurunan. Hari perhentian yang Tuhan sudah tetapkan, akhirnya menjadi sekadar hari libur dan hari berkumpul bersama keluarga atau hari wajib untuk beribadah. Beberapa orang bahkan merasa tidak perlu beristirahat setelah satu minggu bekerja. Hari libur yang ada justru merupakan kesempatan untuk mencari keuntungan lebih. Mari kita melihat esensi dari hari Sabat ketika Allah menetapkannya.
Allah memberikan sebuah ritme kehidupan untuk diikuti oleh manusia. Ritme yang diteladankan oleh Allah mengharuskan adanya sebuah hari yang dikhususkan untuk beristirahat dan tidak bekerja. Hal ini sebenarnya mulai dirasakan oleh para generasi Z yang menyuarakan pentingnya work-life balance atau keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Esensi dari ritme kehidupan yang demikian adalah memercayai Allah yang akan memelihara ketika kita beristirahat. Hal ini juga dijanjikan oleh Allah sendiri ketika Dia memerintahkan Israel untuk memelihara hari Sabat (lih. Kel. 16:23-25).
Hari Sabat yang Tuhan tetapkan adalah sebuah realita rohani yang mengarahkan manusia kembali kepada-Nya. Manusia yang jatuh ke dalam dosa, perlu untuk mengarahkan hati kembali kepada Sang Pencipta. Untuk dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, hari Sabat mengarahkannya kepada perhentian yang rohani, yaitu ketika orang berdosa dapat berdamai dengan Allah melalui Kristus dan menikmati hadirat-Nya (Mat. 11:28-30, Ibr. 4:1-13). Pada akhirnya, hari Sabat mengarahkan pada realita Hari Terakhir di mana Allah dan manusia akan kembali hidup bersama (Yes. 14:3, 7, Why. 21:1-4).
Orang Kristen harus menguduskan hari Sabat sebagai hari perhentian untuk mengarahkan hati kepada Allah. Mari belajar memercayai pemeliharaan Tuhan atas hidup kita dan menikmati hadirat-Nya. Jangan takut untuk memiliki ritme istirahat dalam kehidupan sehari-hari kita dengan mengkhususkan hari Sabat untuk beribadah. Jangan mengurangi kekudusan hari Sabat dengan hanya berlibur dan jalan-jalan bersama keluarga. Sebaliknya, ajaklah keluarga Anda beribadah kepada Allah. Hargai karya Yesus yang sudah mendamaikan kita dengan Allah. Di dalam Kristus kita dapat menikmati pemulihan atas hidup kita.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda selama ini memandang hari Sabat? Apa yang Anda kerjakan di hari Sabat?
Apakah yang Anda hendak lakukan untuk menjaga kekudusan hari Sabat?