Bagikan artikel ini :

Sukacita Sejati

Yohanes 15:9-17

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
- Yohanes 15:11

Setiap orang pasti rindu mengalami sukacita sejati. Namun, kita perlu memahami bahwa ada perbedaan antara sukacita dengan bahagia. Bahagia adalah suatu perasaan atau emosi sesaat yang muncul tergantung dari apa yang terjadi dalam hidup kita dan bersifat eksternal. Sedangkan sukacita adalah emosi bersifat internal, yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal eksternal karena bergantung kepada Tuhan. Jadi, meskipun situasi eksternal tidak mendukung untuk seseorang bersukacita, misalnya dalam situasi ekonomi sulit atau kehilangan pekerjaan, ia masih bisa bersukacita karena mendapatkannya dari Tuhan.

Dua ayat sebelum ayat emas dengan jelas mengatakan, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggalah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” (ay. 9-10). Kedua ayat ini dituliskan dengan tujuan agar kita mengalami sukacita sejati. Bagaimana caranya? Kuncinya adalah “tinggal di dalam Kristus”. Artinya, kita belajar untuk percaya dan taat kepada Yesus. Richard Foster di dalam bukunya Celebration of Discipline, mengatakan, “Sukacita datang dengan jalan menaati Yesus Kristus dan sukacita itu diakibatkan oleh ketaatan kepada Kristus. Tanpa ketaatan, sukacita itu hampa dan palsu.”

Sukacita sejati akan dirasakan oleh anak-anak Tuhan yang memiliki relasi intim dengan Tuhan dan berkomitmen untuk taat pada setiap perintah-Nya. Pada waktu kita tinggal di dalam Yesus, Sang pokok anggur yang benar, dan Dia tinggal di dalam kita, maka kita akan menjadi ranting-ranting-Nya yang akan menghasilkan banyak buah (Yoh. 15:5). Sukacita adalah salah satu buah Roh Kudus sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus pada Galatia 5:22-23.

Apakah Anda rindu untuk mengalami sukacita sejati? Sadarilah, ada banyak hal yang menghalangi kita dari sukacita sejati, misalnya kekerasan hati, tidak mau berelasi dengan Tuhan atau merasa kita dapat memperoleh sukacita dengan kemampuan diri sendiri. Semua ini justru akan menjauhkan Anda dari sukacita sejati. Ayo, rajinlah membangun relasi dengan Tuhan Yesus lewat doa-doa dan firman-Nya. Biarlah firman itu tinggal di dalam hati Anda. Hanya melalui relasi intim dengan Tuhan kita akan mengalami sukacita sejati.


Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah mengalami sukacita sejati?
  • Apa yang Anda lakukan agar mengalami sukacita sejati?