Mengampuni Sekalipun Tidak Melupakan
Matius 18:21-22
Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
- Matius 18:21
Kita mungkin sering mendengar nasihat demikian, “Kalau mengampuni itu harus melupakan juga.” Apakah benar bisa seperti itu? Kenangan yang menyakitkan biasanya membekas, sulit dilupakan.
Beata Mukarubuga wanita asal Rwanda, Afrika, melihat suami dan kelima anaknya dibunuh dalam suatu peristiwa peperangan. Ia terpaksa lari ke hutan, menggendong anak bungsunya dan hidup terkatung-katung selama tiga bulan. Beata berkata, “Kalau ada orang yang berbicara kepada saya tentang pengampunan, saya akan pergi.” Seorang bernama Mannaseh mengirim surat dari penjara mengakui dirinya yang membunuh suami dan anak-anak Beata. Ia memohon maaf. Beata menimpali, “Setelah pembunuhan massal itu, saya tidak mau memaafkan lagi.”
Petrus merasa pengampunan ada batasnya. Ia bertanya harus berapa kali seseorang mengampuni, apakah tujuh kali? Petrus sudah menaikkan standar yang ditetapkan para rabi, yaitu tiga kali menjadi tujuh kali. Luar biasa! Petrus bukan orang yang tidak mau mengampuni, tetapi kalau mengampuni harus dilakukan, ia merasa harus ada batasnya. Tidak ada orang yang siap disakiti terus menerus. Namun, jawaban Yesus mengagetkan sekali, “… Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Ini berarti pengampunan tiada batasnya. Sebagai anak Tuhan, kita harus mengampuni terus menerus sekalipun tidak bisa melupakan. Alasannya, kita adalah orang yang paling berdosa, yang tidak layak diampuni, tetapi Yesus mengampuni kita. Bahkan setelah menjadi percaya, seringkali kita jatuh ke dalam dosa, Dia tetap mengampuni lagi dan lagi.
Kembali ke kisah Beata. Beberapa tahun setelah menerima surat, ia mengunjungi si pembunuh di penjara dan mengampuninya. Dalam satu wawancara ia ditanya, “Apa alasanmu memberikan pengampunan?” Jawabnya, “Pengampunan saya didasarkan pada apa yang Yesus lakukan. Dia mengambil hukuman untuk setiap tindakan jahat sepanjang waktu. Salib-Nya adalah satu-satunya tempat kita menemukan kemenangan!”
Jika Anda masih menyimpan dendam dan kebencian, ingatlah salib Kristus yang telah mengampuni Anda. Pengampunan membutuhkan proses. Karena itu, mulailah melangkah dengan bersandar kepada Kristus untuk mengampuni. Mengampuni memang tidak menghapus kenangan buruk masa lalu, tetapi dengan mengampuni, Anda tidak terjebak ke dalam emosi dan perasaan benci karena sudah selesai dengannya.
Refleksi Diri:
- Siapa orang yang masih Anda sulit ampuni sampai hari ini?
- Apakah Anda mau mulai mendoakan supaya dimampukan Tuhan untuk mengampuni orang yang telah melukai Anda?