Paradoks Kedukaan
Lukas 7:11-17
Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
- Lukas 7:16
Ketika melayani di suatu kota, saya mendapatkan banyak kesempatan memberikan pelayanan kedukaan. Adakalanya dalam satu hari bisa melayani 2-3 kedukaan sekaligus. Salah satu rangkaian pelayanan kedukaan adalah kebaktian penghiburan yang tujuannya untuk menyatakan penghiburan dari Tuhan dalam masa kedukaan. Penghiburan bukan semata-mata hanya untuk menenangkan hati, tetapi juga menyatakan kebenaran, bahwa Allah hadir di dalam kedukaan anak-anak-Nya. Dia menghibur mereka yang berduka dengan cara yang luar biasa.
Saat Tuhan Yesus mengembalikan nyawa anak muda tersebut, semua orang begitu takjub dan terheran-heran. Orang banyak merespons, “Allah telah melawat umat-Nya.” Mereka mengerti bahwa kebangkitan orang mati adalah wilayah yang hanya bisa dilakukan oleh Allah. Di saat kedukaan mereka bersedih, tetapi seketika berubah menjadi ketakjuban dan sukacita karena anak muda yang meninggal itu hidup kembali. R.C. Sproul mengatakan, “Jika ayat ‘Allah melawat umat-Nya’ adalah satu-satunya di dalam Perjanjian Baru, itu cukup untuk membuat kita menari sepanjang sisa-sisa hari kita, bahkan ketika menghadapi kematian.”
Anak muda yang dibangkitkan Tuhan Yesus di Nain melanjutkan kehidupan sebelumnya, tetapi setiap orang percaya yang meninggal akan dibangkitkan untuk memasuki kehidupan baru. Inilah penghiburan terbesar bahwa orang-orang yang kita kasihi di dalam Tuhan, memasuki kehidupan kekal melalui kematian. Kematian adalah “tanda koma” karena masih ada kisah lanjutan bersama Tuhan di surga. Kematian bukan terkubur sendirian dalam gelap, tetapi bersorak-sorai bersama orang-orang percaya di surga.
Bagi orang percaya kedukaan adalah sebuah paradoks (suatu pernyataan yang tampak bertentangan, tetapi benar dalam kenyataannya). Ketika kehilangan orang yang kita kasihi yang sudah di dalam Tuhan Yesus, kita tak perlu menutupi kesedihan dan tidak menyangkali bahwa kita sedang berduka. Namun, di sisi lain kita juga bisa menatap dengan penuh sukacita karena tempat orang yang meninggal di dalam Tuhan adalah penuh sukacita, aman, ada pemulihan total, dan yang terpenting adalah mereka bersama dengan Allah. Inilah paradoks kedukaan orang percaya, kita sedih karena kehilangan tetapi sukacita karena jelas tujuan akhirnya.
Refleksi Diri:
- Jika Anda pernah mengalami kedukaan, bagaimana respons Anda menerima kesedihan ditinggalkan orang yang Anda kasihi?
- Mengapa kita harus bersukacita atas meninggalnya orang yang sudah di dalam Tuhan Yesus?