Penolakan Membawa Kebinasaan
Markus 11:27-12:12
Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain.
- Markus 12:9
Menyetujui atau menolak adalah pilihan bebas manusia. Namun, setiap pilihan ada konsekuensinya. Berat ringan konsekuensi tergantung seberapa penting pilihan yang diberikan. Salah memilih makanan, sengsara sementara waktu. Salah memilih teman hidup, sengsara seumur hidup. Salah memilih Tuhan, sengsara sampai kekekalan. Di dalam bacaan firman Tuhan hari ini orang-orang Yahudi salah memilih. Mereka memilih menolak Yesus Kristus, Mesias Putra Allah. Konsekuensinya fatal: kebinasaan.
Yesus dan murid-murid-Nya tiba kembali di Yerusalem. Mereka disambut oleh para pemuka orang Yahudi–imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan tua-tua, yang mempertanyakan otoritas Yesus Kristus (ay. 27-28). Ini adalah akal busuk dari mereka untuk menolak Yesus. Yesus tahu niat mereka maka Dia menjawab pertanyaan mereka dengan satu pertanyaan, “Baptisan Yohanes itu dari sorga atau dari manusia?” (ay. 30). Para pemuka orang Yahudi bingung bagaimana harus menjawab, bukan karena tidak tahu jawabannya, tetapi takut akan konsekuensi dari jawaban tersebut. Mereka telah terperangkap oleh akal busuk mereka sendiri. Saat mereka menjawab tidak tahu, Yesus juga tidak perlu menjawab pertanyaan mereka (ay. 33). Dia kemudian memberikan perumpamaan tentang penggarap kebun anggur untuk menyatakan konsekuensi dari penolakan mereka. Tuhan adalah pemilik kebun anggur dan para pemuka Yahudi hanyalah para penggarap saja (ay. 1). Para hamba yang diutus dan dipukul mereka adalah para nabi Tuhan (ay. 2-4). Dan anak pemilik kebun anggur adalah Yesus Kristus, Putra Allah, yang diutus Bapa. Ia pun akan ditangkap dan dibunuh mereka (ay. 7). Namun, konsekuensi dari penolakan dan pemberontakan mereka adalah sungguh berat, karena Dia akan datang dan membinasakan mereka (ay. 9-12).
Setiap manusia, termasuk kita orang-orang Kristen harus meresponi panggilan Allah dengan penuh ketaatan karena penolakan membawa kebinasaan. Kebenaran ini bukan saja berlaku bagi mereka yang berbeda agama atau keyakinan, tetapi juga bagi mereka yang mengaku sebagai orang Kristen. Janganlah mengeraskan hati seperti para pemuka agama Yahudi. Sebaliknya, rendahkanlah hati meresponi panggilan Tuhan Yesus Kristus dengan ketaatan.
Refleksi Diri:
- Bagaimana para pemuka agama, orang-orang yang saleh, dapat mengeraskan hati? Apakah Anda memiliki kerendahan hati meresponi panggilan Tuhan?
- Apa wujud ketaatan Anda terhadap panggilan Tuhan Yesus Kristus?