Terlena Oh.. Terlena
Yosua 18:1-10
Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan ke oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?
- Yosua 18:3
Sebuah artikel di surat kabar berbunyi demikian, Pengendara Diingatkan Jangan Terlena di Jalan Lurus. Rupanya ini sebuah peringatan bagi pengendara mobil di jalur tol. Jalanan yang sepi bebas hambatan, dapat membuat pengendara terlena kewaspadaannya sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan tunggal justru di jalan tol yang sedang kosong. Kita pun terkadang bisa dibuat terlena dengan hidup yang tampaknya lancar dan aman, padahal mungkin jalan hidup kita sudah menjauh dari Tuhan.
Salah satu hal yang sering terjadi dalam kehidupan orang Israel adalah terlena. Ketika keadaan sudah enak dan nyaman mereka tidak melakukan kehendak Tuhan. Mereka sudah lama menduduki tanah Kanaan, tetapi permasalahannya adalah masih ada tujuh suku yang belum mendapat milik pusaka. Tanah perjanjian sudah diberikan Tuhan kepada orang Israel, tetapi mereka tidak menyelesaikan pembagian yang sudah Tuhan perintahkan. Kata “bermalas-malas” pada ayat emas berasal dari kata raphah, yang bisa berarti menjadi lemah, mengendur, menganggur. Mereka seperti sudah melupakan tugas tersebut, menjalani kehidupan seolah-olah tidak ada yang mengganjal.
Yosua lalu mengumpulkan mereka di Silo, membawa masalah ini di hadapan Tuhan, supaya mereka mengerti tugas yang merupakan kehendak Tuhan yang tidak boleh diabaikan. Ketika Yosua tahu orang Israel tidak berinisiatif selama bertahun-tahun, ia tidak terbawa arus di dalamnya ikut-ikutan malas, yang penting semuanya aman-aman saja. Yosua berinisiatif memulai kembali pergerakan dan menyelesaikan tugas tersebut.
Tuhan Yesus menyelesaikan kehendak Bapa di kayu salib, supaya kita pun dapat melakukan kehendak Bapa di dalam Kristus yang sudah menyelamatkan kita. Seperti yang dikatakan di Roma 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”
Setiap kita harus mengingat panggilan penting Tuhan di dalam hidup kita. Jangan terlena dengan kehidupan yang nyaman di dunia hingga kita mengabaikan panggilan Tuhan. Lakukan setiap hal dengan sebuah antusias untuk Tuhan, di dalam pekerjaan, pelayanan, keluarga, pendidikan, dll. Segera selesaikan panggilan Anda, jangan menunda, penuhilah janji-janji Anda kepada Tuhan. Anda selalu bisa memilih: malas-malasan atau berinisiatif. Jadilah inisiator yang menghadirkan perubahan mulai dari hal-hal yang sederhana dengan hidup berintegritas.
Refleksi Diri:
- Apakah pengaturan waktu dan kerja Anda sudah efektif saat ini dalam rangka menunaikan panggilan Tuhan?
- Apa komitmen Anda untuk melakukan panggilan Tuhan yang tertunda sampai hari ini?