Tradisi atau perintah Allah?
Markus 7:1-8
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
- Markus 7:7-8
Tradisi manusia dan perintah Allah. Apa bedanya? Dalam teks yang kita baca, Tuhan Yesus menyatakan perbedaan antara tradisi manusia dan perintah Allah. Pertama, jelas dikatakan bahwa tradisi adalah adat istiadat nenek moyang. Berbagai perintah manusia yang diteruskan turun-temurun. Sedangkan perintah Tuhan berasal dari Tuhan itu sendiri. Kedua, tradisi menjadi sarana umat beragama untuk beribadah kepada Tuhan, tetapi orang yang sudah menunaikan tradisi tidak berarti sudah beribadah kepada Tuhan. Sedangkan menunaikan perintah Allah adalah ungkapan sikap hati orang yang beribadah kepada Allah. Orang yang beribadah kepada Allah akan menunaikan perintah Allah. Dari penjelasan ini, apakah Anda bisa memutuskan manakah yang harus lebih ditaati: perintah Allah atau tradisi manusia? Saya yakin Anda tidak memilih jawaban yang salah.
Persoalannya, manakah yang lebih menekan kita? Perintah Allah atau tradisi manusia? Anda mulai bimbang, bukan? Mungkin Anda menjawab perintah Allah. Apa benar? Bukankah tradisi manusia lebih menekan karena ada sanksi sosial jika kita tidak taat? Minimal ada perasaan malu menghantui kita saat tidak menunaikan tradisi di lingkungan terdekat. Sedangkan jika tidak taat perintah Allah, kita hanya dicap berdosa, itu pun kebanyakan hanya diketahui antara kita dengan Tuhan.
Tuhan Yesus mengkritik orang Farisi dan ahli Taurat yang lebih mementingkan tradisi manusia daripada perintah Allah. Alih-alih menunjukkan kedekatan kepada Tuhan, perilaku demikian justru membuka borok kemunafikan mereka. Mereka lebih mementingkan citra diri di hadapan manusia daripada di hadapan Allah.
Dalam kehidupan Anda, apakah ada tradisi sosial atau keagamaan yang menghalangi Anda untuk hidup sebagai orang Kristen yang tulus di hadapan Allah? Tradisi yang saya maksud bisa berarti lebih luas daripada sekadar kebiasaan atau keyakinan masyarakat, tetapi termasuk keyakinan atau kebiasaan pribadi yang menjauhkan Anda dari ketaatan pada perintah Allah.
Mari meninjau kembali kehidupan kekristenan Anda. Sudahkah Anda mengutamakan Tuhan Yesus sebagai Sang Gembala, pemimpin kehidupan Anda? Saat Anda mengutamakan Yesus, Dia akan menambahkan segalanya, termasuk damai sejahtera dan sukacita.
Refleksi Diri:
- Apakah ada tradisi yang menghalangi Anda untuk melakukan perintah Tuhan?
- Tindakan konkret apa yang bisa Anda lakukan untuk lebih mengutamakan Yesus dibanding tradisi?