Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Ku tak mau percuma

Mazmur 90

EKSPRESI PRIBADI

Dahulu kala ada seorang kaisar yang mengatakan pada seorang penunggang kuda, bahwa jika dia bisa menjelajahi daerah seluas apapun, maka kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yang sanggup dijelajahinya itu. Kontan si penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya dan melesat secepat mungkin utk menjelajahi dataran seluas mungkin. Dia melaju dan terus melaju, melecuti kudanya agar lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Ketika lapar dan letih, dia tidak berhenti untuk makan dan minum krn dia mau memiliki tanah yg mahaluas. Akhirnya tiba ia pada suatu tempat setelah berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi ia sudah sangat lelah dan hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku paksa diri begitu keras utk menguasai tanah yg seluas ini ? Kini aku sudah sekarat, hampir mati dan aku hanya butuh tanah seluas 2 meter utk menguburkan diriku sendiri." Ia menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya adalah sebuah kesia-siaan belaka. Banyak hal yang membuat hidup menjadi percuma ketika kita melakukan perkara yang sia-sia. Pernahkah Anda mengalami hal yang demikian ?

EKSPLORASI FIRMAN

Mazmur 90 merupakan ungkapan doa Musa berupa syair yang ditulis di masa akhir 40 tahun di padang gurun saat memimpin Israel menuju Tanah Perjanjian. Dalam doanya ini, Musa memaparkan pentingnya menghitung hari-hari kehidupan. Seperti yang ia ungkapkan dengan gamblang dalam permohonannya kepada Allah, "ajarlah kami menghitung hari-hari kami…" (ay. 12). Bagi Musa, menghitung hari-hari kehidupan jauh lebih penting dari sekadar menghitung kekayaan, kebaikan, prestasi, kesalahan orang lain, piutang, dsbnya.

Kesementaraan hidup

Musa mengontraskan antara keberadaan Allah dengan keberadaan manusia. Allah adalah kekal. Keberadaannya tidak berawal dan juga tidak berakhir (ay. 1-2). Seluruh keberadaan bersumber dari Allah yang telah menciptakannya. Itulah sebabnya, Allah tidak bergantung kepada keberadaan lain di luar Diri-Nya, termasuk manusia. Ada atau tidak ada manusia, Allah adalah Allah. Bertolak belakang dengan keabadian Allah, hidup manusia ada dalam keterbatasan. Keberadaannya terikat oleh ruang dan waktu, yang membawanya terus melaju ke depan dengan begitu cepat tanpa pernah dapat kembali. Itulah sebabnya, tidak ada seorangpun yang bisa menghambat pertambahan waktu. Umur semakin bertambah dan di sisi lain jatah masa hidup semakin berkurang, hingga keberadaannya di dunia berakhir melalui kematian. Kehidupan berjalan hanya sementara di dunia ini. Pemazmur melukiskan kesementaraan hidup seumpama terhanyut oleh banjir, seperti mimpi, debu, rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu (ay 3, 5, 6; bdk ay. 10; Yak 4:14; Yes 40:6-7). Ke-empatnya memiliki karakteristik yang sama, yaitu rapuh dan rentan tersapu ke dalam ketiadaan.

Pemazmur mengingatkan kita agar selalu menyadari dan memberikan perhatian yang serius terhadap kenyataan bahwa waktu hidup di dunia ini sangatlah terbatas (bdk Pktbh 7:2). Jangan sampai kita baru menyadarinya setelah tidak ada waktu lagi dan semuanya sudah terlambat. Biarlah kita bersikap seolah-olah waktu hidup kita terbatas dan segera akan berakhir, maka kita tidak akan sesuka hati dan sembarangan menjalani kehidupan ini. Kita akan memandang hidup sebagai sebuah kesempatan yang berharga, yang selalu disadarinya hanya datang satu kali saja dan mungkin tidak akan terulang lagi. Maka, kita menjalani hari demi hari dengan cara yang berbeda dari orang yang tidak menyadari bahwa hidupnya terbatas. Waktu demi waktu yang kita lewati menjadi sangatlah berharga yang tidak ingin berlalu begitu saja dengan sia-sia.

Kebutuhan hati yang bijaksana

Pemazmur bukan hanya menyadari bahwa hidup adalah sementara, namun sarat dengan penderitaan dan kesusahan (ay. 10). Seolah-olah, dua kenyataan ini tidak terpisahkan satu dengan yang lain. Setiap manusia tidak bisa melarikan diri dari belenggu kenyataan tersebut. Maka, dalam hal ini yang dibutuhkan adalah bagaimana menyikapi kenyataan tersebut dengan bijak dan bukan dengan kebodohan (bdk Ef 5:15-16). Itulah sebabnya, pemazmur berharap agar ia beroleh hati yang bijaksana. Ia tidak meminta kekayaan. Ia tidak mengharapkan popularitas. Sebab dengan hati bijaksanalah, ia bisa menjalani hidup dengan penuh makna. Seperti ketika menghadapi kenyataan hidup yang singkat dan sarat dengan penderitaan, ia tidak meresponinya dengan keluh kesah dan mengisi hidupnya dengan sungut-sungut, yang menjadikan hidupnya bergulat dengan kesia-siaan (ay. 7-10). Justru ia menyadari bahwa Ia harus kembali kepada Allah. Sebab hanya Dialah yang dapat mengubah keadaannya (ay. 13-17). Tidak hanya itu, Musa menyadari bahwa penderitaan dan kesengsaraan yang memenuhi hidupnya yang singkat itu disebabkan oleh dosa yang membuat hidupnya berada di bawah gelombang murka Allah yang bergejolak (bdk Bil 14:1-23; Ul 2:14). Maka, yang harus ia lakukan adalah, bagaimana ia belajar hidup takut akan Allah. Inilah yang menjadi fokus utama dan prioritas hidupnya. Ia tidak ingin hari-harinya dilewati begitu saja tanpa ketaatan kepada Allah.

Kiranya, kita pun menyikapi hidup yang singkat ini secara bijak. Maka kita tidak akan terobsesi untuk mengejar perkara yang bernilai sementara, yang juga akan lenyap seiring dengan berakhirnya hidup. Tetapi memusatkan perhatian kepada perkara yang bernilai kekal, yaitu hidup menyenangkan hati Allah dan berkarya nyata bagi kemuliaan-Nya (2 Kor 4:11; bdk Kol 3:2). Ingatlah selalu bahwa jam kehidupan hanya di putar sekali. Tidak ada seorang pun yang tahu akan berhenti. Sekaranglah waktunya bagi kita untuk bekerja di ladangnya, agar hidup tiada percuma![DA]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Mengapa sangat penting bagi Anda untuk menyadari bahwa Allah adalah kekal dan hidup manusia adalah fana ? Apa dampaknya bagi hidup Anda ?

Penerapan

Seandainya waktu Anda di dunia ini tinggal "satu bulan" lagi, apa yang akan Anda lakukan ? Berikanlah alasan mengapa Anda melakukannya !

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.