Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Living above mediocrity

Wahyu 3:14-22 [16]

EKSPRESI PRIBADI

Pernahkah Anda mendengar tentang kaizen? Wikipedia menjelaskan kaizen merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan, pengembangan, atau penyempurnaan terus-menerus". Filosofi ini berangkat dari fakta bahwa tantangan kehidupan tidak menolong seseorang menjadi lebih baik secara otomatis. Oleh karena itu, manusia harus fokus pada upaya perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Semangat kaizen-lah yang mengantarkan Jepang dari negara terbelakang menjadi salah satu negara paling maju di dunia hari ini.

Filosofi dibalik semangat kaizen didasari oleh kesadaran bahwa kita tidak boleh merasa puas diri. Kita tidak boleh merasa sudah cukup. Bahwa dibutuhkan intentional effort untuk berkembang semakin baik dari hari ke hari. Dengan demikian, Kaizen sedikit banyak didasari oleh kesadaran akan hukum entropi - kecenderungan segala sesuatu dalam alam semesta ini menurun kualitasnya. Oleh sebab itulah dibutuhkan usaha serius untuk menjadi lebih baik. Puas diri tidak akan memimpin seorang pun kepada kehidupan yang lebih baik. Jika kita secara sengaja berusaha terus menjadi lebih baik, kita pasti lebih buruk.

Sharingkan apa yang Anda pikirkan mengenai filosofi kaizen?

EKSPLORASI FIRMAN

Firman Tuhan dalam Wahyu 3:14-22 menunjukkan bahwa ada sesuatu di Laodikia yang membuat Tuhan begitu murka sampai Dia berkata akan "memuntahkan mereka dari mulutNya". Apa tepatnya yang menyebabkan kemarahan Tuhan kepada Laodikia? Dari ayat 17, kita tahu bahwa kemarahan Tuhan muncul karena orang Laodikia merasa diri kaya, berhasil dalam usaha menjadi sukses dan merasa tidak kekurangan apa-apa lagi. Merasa diri cukup. Cukup baik. Cukup kaya. Cukup berusaha. Puas diri. Itulah semua alasan mengapa murka Tuhan terjadi.

Ada satu istilah untuk dosa ini, yaitu mediokritas (mediocrity). Dalam kamus, mediokritas berarti "kualitas menengah ke bawah". Atau, dalam arti yang lebih sederhana, biasa-biasa, kualitas rata-rata, tidak berbeda. Inilah dosa jemaat di Laodikia. Mereka hidup seadanya. Tidak menuntut diri menjadi lebih baik.

Pengikut Kristus di Laodikia melakukan pelayanan mereka. Pelayanan mereka tampaknya berhasil. Kekristenan nampaknya menjadi sangat populer. Masalahnya, mereka hanya menganggap persekutuan sesama orang percaya sebagai tempat untuk beroleh hiburan dan dipuaskan. Orang-orang terpandang datang ke gereja dengan kereta berlapis emas. Ibadah mereka penuh semangat. Mereka membangun persekutuan dan ibadah yang paling modern dan kontemporer pada jaman itu. Fasilitas gereja mereka pun sangat baik. Semua orang dapat melihat dengan segera betapa mereka berkembang dan menjadi besar. Namun, mereka berhenti di titik itu. Mereka merasa puas diri, dan tidak lagi menuntut diri menjadi lebih baik.

Mengapa Tuhan sangat membenci mediokritas? Karena Tuhan tidak menciptakan manusia untuk hidup dalam rutinitas. Manusia diciptakan dengan kemampuan untuk terus berkembang. Tuhan berkata kepada Laodikia, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Serupa dengan orang Laodikia, beberapa orang bisa berpikir, "Pelayanan kita sudah jauh lebih baik daripada tahun-tahun lalu. Hamba Tuhan sudah cukup. Gereja juga sudah lebih ramai dan maju. Setiap minggu ibadah sudah padat. Dibanding gereja lain, gereja kita lebih bagus. Cukuplah."

Tuhan rindu orang percaya terus mempunyai kegairahan dan keantusiasan untuk menggapai yang lebih dan lebih lagi dalam Tuhan. Tuhan tidak suka dengan keadaan yang seadanya. Yesus adalah Tuhan yang menerima kita apa adanya, tetapi tidak membiarkan kita hidup seadanya.

Jim Collins di buku terlarisnya "Good to Great: Why Some Companies Make The Leap...and Other's Don't" sempat menulis, "Good is the enemy of great (Baik adalah musuhnya hebat)". Artinya, apabila kita ingin hebat (great), maka kita tidak boleh merasa sudah cukup baik (good). Begitu kita merasa sudah cukup baik, dengan segera kita akan enggan untuk memperbaiki diri. Dengan kata lain, merasa sudah cukup baik bisa meninabobokan kita, sehingga kita tak akan pernah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih hebat dan luar biasa. Hari ini kita tahu bahwa puas diri adalah sebuah dosa yang sangat Tuhan benci.

Bagaimana dapat berkembang dari pribadi yang biasa menjadi luar biasa? Kita harus menolak untuk hidup biasa-biasa. Ini soal pilihan kita. Kita harus memilih untuk menolak keadaan saat ini yang mungkin dirasa cukup baik. Menyadari bahwa puas diri, merasa diri cukup baik, adalah sebuah kegagalan memahami hati dan spirit Tuhan. Merasa puas diri akan membawa kita pada kegagalan dan kehancuran.  Jika kita tidak berusaha untuk naik, kita pasti akan turun. Tidak tempat di antara keduanya. There is no place in-between. [WOW]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Berikan nilai dari skala 1 sampai 10, seberapa semangat Anda berkobar dalam kehidupan rohani dan kehidupan keseharian anda? [1 = sangat dingin, 5 = suam-suam kuku, 10 = sangat berapi-api] Sharingkan dan berikan alasannya.

Penerapan

Sharingkan di area kehidupan mana Anda ingin menuntut diri untuk lebih baik dan apa yang rindu Anda lakukan

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.