Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Moving together (bergerak bersama)

Kisah Para Rasul 6:1-7

EKSPRESI PRIBADI

Peribahasa berkata, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh." Artinya, jika kita melakukan suatu pekerjaan bersama-sama akan memiliki kekuatan yang lebih besar daripada melakukannya sendiri-sendiri atau bersatu lebih kuat daripada terpecah belah. Demikian juga dengan gereja, jika anggotanya bersatu maka akan kuat dan sanggup menghadapi segala tantangan dan penganiayaan dari dunia ini. Namun kenyataannya di dalam gereja juga bisa muncul konflik yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan umat percaya sehingga menghambat pertumbuhan gereja (1Kor. 3:1-4). Hal ini terjadi karena gereja adalah kumpulan dari "orang-orang berdosa" yang sedang dalam proses pengudusan dan tidak imun terhadap konflik. Bagaimana cara mengatasi konflik yang muncul ditengah komunitas orang percaya? Mari kita belajar dari firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul 6:1-7.

EKSPLORASI FIRMAN

Tema kitab Kisah Para Rasul adalah keberhasilan pemberitaan Injil melalui kuasa Roh Kudus. Lukas hendak menunjukkan bahwa Injil bergerak dengan penuh kemenangan dari perbatasan Yudaisme yang sempit ke dunia kafir (non-Yahudi) ditengah tantangan dan penganiayaan. Roh Kudus yang memberi kuasa kepada para murid untuk bersaksi mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis 1:8). Melalui perpaduan karya Allah dan ketaatan para murid untuk bermisi, maka gereja mengalami pertumbuhan yang signifikan baik secara kualitas (mereka disukai semua orang) maupun kuantitas (tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan) (Kis 2:47). Mulai dari 12 murid, 120, 3000, 5000 dan bertambah banyak (Kis. 1:15; 2:41-42; 4:4; 5:14; 6:1,7). Dengan bertambahnya jumlah murid, maka muncul konflik diantara mereka (6:1). Bagaimana caranya para rasul mengelola konflik di dalam gereja mula-mula?

  1. Mereka mengindentifikasi masalah yang muncul di antara jemaat.
    Pengelolaan konflik secara baik dan benar adalah dengan berfokus pada masalah. Kita dapat melakukan identifikasi tentang akar masalah yang jadi penyebab konflik serta mencari langkah yang tepat untuk menyelesaikannya. Masalah yang dihadapi gereja mula-mula adalah:
    Pertama, jumlah murid makin bertambah (ay. 1a). Dengan bertambahnya jumlah anggota gereja, tentu lebih banyak waktu, tenaga dan perhatian yang harus dicurahkan untuk melayani kebutuhan mereka. Namun pada waktu yang sama jumlah pengerja atau hamba Tuhan sangat terbatas
    Kedua, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi berbahasa Yunani, karena merasa diperlakukan tidak adil, dimana pembagian makanan kepada para janda miskin dari kelompok mereka diabaikan (ay. 1b). Karena gereja perdana di Yerusalem terdapat dua kelompok orang Kristen Yahudi, yaitu orang Yahudi berbahasa Aram dari Palestina (mayoritas) dan orang Yahudi perantauan yang berbahasa Yunani yang bertobat setelah menghadiri perayaan Pentakosta di Yerusalem (minoritas). Adanya pembagian makanan kepada para janda menunjukkan bahwa gereja abad pertama melayani bukan hanya dalam hal rohani, tetapi juga dalam hal jasmani!
  2. Mereka bertindak menyelesaikan masalah berlandaskan kasih Kristus.
    Setelah mengetahui akar masalah yaitu "pengabaian pelayanan meja kepada para janda", maka langkah-langkah berikutnya yang para rasul lakukan adalah:
    Pertama, memberi mandat kepada orang lain untuk menangani pelayanan itu. Kemudian jemaat memilih tujuh orang dari kelompok minoritas untuk mengatur distribusi makanan (ay. 3). Ketika melihat tindakan yang penuh kasih itu, kelompok orang Yahudi berbahasa Yunani yang minoritas itu tidak lagi mengeluh dan bertengkar, sebaliknya mereka menyelesaikan konflik dan mengasihi saudara-saudara seiman lainnya. Rahasianya adalah karena mereka hidup dalam kasih karunia berlimpah-limpah.Demikian juga para hamba Tuhan perlu mendidik/ melatih jemaat sehingga mereka bisa bergerak bersama melayani (Ef. 4:11-12).
    Kedua, rasul-rasul tetap memfokuskan diri pada pengajaran firman Tuhan dan berdoa (ay. 2, 4).Kata kerja, "memusatkan pikiran" (ay. 4), (Yun.proskartereo), artinya suatu kesetiaan yang terarah dan tetap dengan memberikan banyak waktu kepadanya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan firman Tuhan bukan pekerjaan yang mudah, melainkan sesuatu yang berat dan membutuhkan konsentrasi penuh. Sebab itu jangan pernah menganggap bahwa pekerjaan seorang hamba Tuhan itu ringan dan mudah. Mereka perlu didukung melalui doa dan keterlibatan jemaat dalam melayani bersama. Ingatlah bahwa ada banyak tugas pelayanan di gereja dapat dilakukan orang lain, tetapi pemberitaan firman dan berdoa tidak dapat diwakilkan. Sebagai hamba Tuhan, sudahkah Anda berfokus pada tugas pemberitaan firman Tuhan dan berdoa? Dan sebagai jemaat, sudahkah Anda terlibat di dalam pelayanan bersama para hamba Tuhan?

Akhirnya konflik tersebut dapat diselesaikan dan setelah itu, "Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya" (ay. 7).Jadi, kesatuan jemaat dan pembagian tugas pelayanan dalam gereja akan berdampak terhadap pertumbuhan gereja. Tema gereja kita tahun ini, Act to impact. Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, "Apa yang sudah saya lakukan untuk membalas kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan saya? Sudahkah saya terlibat aktif di dalam pelayanan di gereja"? Mari kita bertindak untuk membawa dampak bagi banyak orang dan bagi kemuliaan Tuhan melalui komitmen janji iman dalam doa, daya dan dana kita. [SL]

APLIKASI KEHIDUPAN

(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)

Pendalaman

Gereja mula-mula pernah mengalami konflik, namun akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah konflik di internal mereka?

Penerapan

Langkah konkrit apa yang dapat Anda lakukan sebagai kontribusi agar gereja Anda dapat bertumbuh baik secara kualitas maupun kuantitas?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.