Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Submission for Christ’s Sake (Menundukan Diri Demi Kristus)

Efesus 5:21-22

BAHAN CARE GROUP

Egois adalah tantangan dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis, karena individu yang bersikap egois mungkin kurang peka terhadap kebutuhan dan pengalaman orang lain. Egois adalah hambatan dalam mencapai sebuah keharmonisan, karena keegoisan akan mendorong kita untuk selalu menang sendiri, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, dan bahkan dapat membuat seseorang bisa merendahkan orang lain.

Demikian dengan keluarga, jika di dalam sebuah keluarga setiap anggotanya memiliki sikap egois, maka sangat sulit untuk menciptakan sebuah keharmonisan di tengah keluarga. Diperlukan kerendahan hati dari setiap anggota keluarga agar bisa mencapai sebuah keharmonisan. Tetapi hal ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan mengingat sifat manusia yang selalu ingin menonjol dan diutamakan. Bagaiamana dengan Anda dan keluarga Anda?

EKSPLORASI FIRMAN

Di daam Efesus 5:21-33 mengajarkan bahwa pernikahan adalah gambaran hubungan Kristus dengan jemaat. Kristus berperan sebagai Kepala dan Jemaat adalah tubuh. Demikianlah pernikahan, dimana suami berperan sebagai kepala dan istri sebagai tubuh. Namun berbeda dengan fakta di dalam jemaat, dimana masih ada suami maupun istri yang kurang memahami peranannya sehingga seringkali menimbulkan masalah di dalam keluarga dan di dalam pernikahan.

Dalam pernikahan suami maupun isteri memiliki peranannya masing-masing. Dengan melakukan peranan masing-masing maka sebuah pernikahan akan menggapai apa yang namanya kebahagian dan keharmonisan. Hal ini ibarat sebuah musik orkestra dimana setiap pemain musik memainkan peranannya masing-masing sehingga menghasilkan musik yang indah dan enak di dengar. Demikian jugalah halnya dengan sebuah pernikahan, suami harus memainkan peranannya dan isteri juga harus memainkan peranannya. Oleh karena itulah peranan suami maupun isteri sangat penting dalam sebuah pernikahan.

  1. Saling Merendahkankan diri

Kata ‘merendahkan diri’ digunakan sebanyak 38 kali dalam Alkitab. Pemakaian kata ini memiliki beberapa pengertian yang tersirat. Pertama manusia secara alami memang cenderung untuk meninggikan diri. Kedua naluri meninggikan diri itu tidak baik sehingga Tuhan perlu perintahkan manusia untuk menjauhinya dan beralih kepada sesuatu yang baik yakni, merendahkan diri. Ketiga merendahkan diri itu bersifat aktif yang berarti orang percaya diminta dengan sadar merendahkan diri, dengan sadar mengerahkan daya dan upaya untuk membuat diri kita menjadi rendah. Dalam hal ini Paulus menggunakan kata tunduk atau takluk secara sukarela dan ini berarti dalam suatu cara mengasihi, penuh perhatian, memberi diri terhadap satu dengan yang lain. Suatu sikap sukarela tunduk pada kebutuhan yang lain adalah suatu contoh dari kasih yang mengorbankan diri yang mencirikan komunitas Kristen.

Hal merendahkan diri yang dimaksud disini adalah dalam kesadaran diri sendiri yang secara aktif menganggap orang lain juga penting sama seperti diri kita sendiri. Jadi merendahkan diri haruslah ada kemauan dari dalam diri setiap pribadi. Saling merendahkan diri satu sama lain ada di dalam lingkup takut akan Kristus. Hal ini hanya bisa terjadi ketika seseorang dipenuhi oleh Roh. Roh akan memimpin orang percaya untuk merendahkan diri satu sama lain. Merendahkan diri dapat berupa menerima ajaran, menerima nasehat dan menerima teguran.

Dalam kehidupan sehari-hari suami maupun istri harus belajar merendahkan diri satu dengan yang lain. Hal ini dapat berupa membuang gengsi, berani mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada orang lain.

  1. Saling Mengasihi

Dalam teks Efesus 5:22-33 suami diperintahkan supaya suami mengasihi isteri. Dalam bagian ini suami diperintahkan untuk mengasihi isteri seperti Kristus mengasihi jemaat. Kasih Kristus kepada jemaat juga nyata dalam hal kerelaanNya memberikan pengampunan. Demikian juga seharusnya dilakukan oleh seorang suami Kristen kepada istrinya, mengampuni dengan kerelaan. Kasih adalah sebuah komitmen yang menuntut suami untuk mengatasi hawa nafsu, keserakahan, kebanggaan, kekuatan, keinginan untuk mengendalikan, kemarahan dan kesabaran dan semua wilayah pencobaan yang dibicarakan oleh Alkitab. Semua itu menuntut kualitas komitmen yang ditunjukkan oleh Yesus dalam hubungan-Nya dengan jemaat.

  1. Saling Menghormati

Kata “tunduklah” memiliki arti bahwa istri sedang diperintahkan untuk tunduk kepada suami. Ketundukan ini bukan berarti inferioritas melainkan bahwa istri dapat mengenali bahwa suami adalah kepala dari rumah dan memberi respon kepada suami yang sesuai tanpa merebut otoritas suami. Dengan demikian tunduk dalam hal ini berarti kesadaran isteri bahwa suami adalah kepala dari rumah tangga, dan menghormati suami sebagai kepala yang memiliki otoritas dalam pernikahan, seperti Kristus adalah kepala. Paulus dengan jelas mengatakan bahwa isteri harus tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan. Jadi prinsip ketundukan isteri disini adalah tunduk seperti kepada Tuhan.

Ketika isteri berlaku taat maka ia sangat mendukung suaminya, baik dalam pekerjaan maupun dalam fungsinya sebagai kepala rumah tangga. Tetapi sebaliknya, jika istri tidak menaati suami, maka goncanglah harga diri suaminya.(SA)

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa makna menundukkan diri sebagaimana yang ditegaskan oleh Paulus?

Penerapan

Apa yang membuat kita sulit untuk merendahkan diri khususnya di dalam konteks keluarga?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.