Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

Challenge to Take Action (Tantangan untuk Bertindak)

Hakim Hakim 7:7-11; 19-22

BAHAN CARE GROUP

Banyak pria, ayah atau suami Kristen menjadi minder karena merasa memiliki hanya sedikit kemampuan jika dibandingkan dengan istrinya atau orang lain. Akibatnya ia kurang berani bertindak dalam memimpin keluarganya untuk melakukan kehendak Tuhan. Di sisi lain ada orang yang terlalu percaya diri dan berani bertindak, tanpa bertanya dulu kepada Tuhan atau tidak mengandalkan Tuhan. Jika ia berhasil, ia menjadi sombong karena berpikir semua keberhasilan itu hasil kerja kerasnya sendiri. Sebaliknya jika mengalami kegagalan ia menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan. Di antara dua ekstrim di atas, Anda termasuk yang mana? Apakah Anda orang yang minder dan takut bertindak ataukah orang yang terlalu percaya diri dan gegabah dalam bertindak? Bagikan pengalaman Anda dalam CG Anda.

EKSPLORASI FIRMAN

Tema Hakim-Hakim adalah kemurtadan dan pembebasan. Konteks pasal 6-8 adalah berbicara tentang kemenangan Gideon dan umat Israel melawan bangsa Midian. Kemenangan tersebut bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Tuhan, yang selalu menyertai dan memberi kemenangan kepada Gideon yang berani bertindak melakukan perintah-Nya (Hak. 6:12-16; 7:15, 22). Jika Tuhan berkenan memakai Gideon menjadi alat bagi kemuliaan-Nya, kita pun dapat dipakai Tuhan selama kita berani bertindak dan menyerahkan hidup kita dipakai Tuhan. Apa yang dapat kita pelajari dari Gideon?

Pertama, Gideon percaya kepada Tuhan. Tuhan mau memakai orang biasa untuk melakukan pekerjaan yang luar biasa. Syaratnya, percaya kepada Tuhan. Gideon dipakai Tuhan karena ia percaya kepada Tuhan. Namun sebelum dipakai Tuhan, ia harus bersedia diproses atau dibentuk olah Tuhan. Mengapa Gideon harus menjalani suatu proses pembentukan? Dua alasan: (1) Karena pada saat ia dipanggil, ia menyalahkan bahkan meragukan kesetiaan Tuhan. "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami?... Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian" (Hak. 6:13). (2) Karena ia merasa minder dan merasa tidak berdaya. "Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku" (Hak. 6:15). Dua kali malaikat Tuhan berusaha meyakinkan Gideon bahwa Tuhan menyertainya (Hal. 6:12,16). Dari sana iman Gideon mulai bangkit dan melalui tanda yang diberikan (Hak. 6:17, 36-40), akhirnya Gideon percaya kepada Tuhan (6:22-24; 7:2,7). “Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: "Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka." Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati." Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan” (Hak. 6:22-24).

Kedua, Gideon bersandar kepada Tuhan (Hak. 7:2,7). Setelah percaya Tuhan, kini ia belajar bersandar kepada Tuhan. Tuhan tidak ingin Gideon dan pasukannya menjadi minder dan takut bertindak. Ataupun terlalu percaya diri, tanpa mengandalkan Tuhan dalam menghadapi para musuh. Tuhan mau Gideon punya keberanian sekaligus tetap rendah hati mengandalkan Dia

dalam memimpin bangsa Israel melawan musuh. Ketika ia mengumpulkan 32.000 tentara (Hak. 7:3) untuk menghadapi tentaran Midian yang berjumlah 135.000 (Hak. 8:10), Tuhan berfirman: "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian” (Hak. 7:2). Dari 32.000 disaring jadi 300 orang menghadapi 135.000 musuh. Sungguh tidak masuk akal bagi pasukan militer saat ini bukan? Tetapi dengarkan alasan yang Tuhan kemukakan berikut ini: “…jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku” (ay. 2). Dari sini kita belajar bahwa Tuhan benar-benar ingin Gideon dan Israel bersandar bukan kepada kekuatan mereka melainkan Tuhan. Karena itu, kemenangan Gideon dan Israel mutlak karena kuasa dan pertolongan Tuhan.

Ketiga, Gideon taat kepada Tuhan. Ketaatan Gideon terlihat dari ia meruntuhkan mezbah baal dan mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan (6:25-32). Ia menyeleksi pengikutnya dari 32.000 menjadi 300 orang. Ia segera bertindak, menyerbu para musuh begitu diperintahkan Tuhan (7:19,15-25). Hasilnya, “Tuhan membuat pedang yang seorang diarahkan kepada yang lain, lalu larilah tentara itu sampai ke Bet-Sita ke arah Zerera sampai ke pinggir Abel-Mehola dekat Tabat” (Hak. 7:22). Tuhan sungguh dapat diandalkan, karena janji-Nya, kuasa dan kasih-Nya tidak pernah berubah. Ia memakai pasukan yang kecil (300 orang) untuk mengalahkan 135.000 orang. Ini sungguh tidak masuk akal bagi kita, tetapi masuk akal jika kita menyerahkan diri dipakai Tuhan. Pemazmur berkata, “Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita” (Mzm. 108:14).

Sebagai pria, ayah, suami atau calon suami, pada hari ayah ini, kita ditantang untuk memiliki keberanian, iman dan ketaatan seperti Gideon untuk berani bertindak melakukan perintah-perintah Tuhan. Sebagai anak, kasihilah orang tua kita. Sebagai suami, ambilah tindakan berani memimpin keluarga kita. Jadilah suami dan imam yang baik buat keluarga. Jadilah suami dan ayah teladan yang baik bagi istri dan anak-anak dalam hal iman, kasih, kebaikan, bertanggung jawab mencari nafkah untuk menghidupi keluarga kita. Semoga Tuhan menolong kita.[SL]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Sama seperti Gideon, bagaimana sikap Anda jika menghadapi para musuh yang relatif lebih kuat dan lebih mampu baik dalam kehidupan dalam keluarga atau dunia kerja? Apa yang Anda akan lakukan?

Penerapan

Sebagai suami atau ayah, langkah konkrit apakah yang Anda lakukan untuk memiliki iman dan ketaatan kepada Tuhan dan perintah-perintah-Nya dalam memimpin keluarga Anda?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.