Arsip tema sepekan

Bagikan artikel ini :

The Stones Will Cry Out (Batu-batu Akan Bersorak)

Lukas 19:28-44

BAHAN CARE GROUP

Umumnya sambutan diberikan kepada orang-orang yang dianggap spesial. Bisa karena relasi kita yang dekat, jabatan yang disandang orang-orang tersebut ataukah karena kita menanggap orang yang disambut tersebut adalah orang yang telah berjasa di dalam hidup kita. Nah, pertanyaan yang Anda diskusikan adalah pernahkan Anda menyambut seorang yang spesial atau khusus di dalam hidup Anda saat ini? Siapakah dia dan mengapa Anda menyambutnya? Apakah perasaan Anda saat itu?

EKSPLORASI FIRMAN

Pada bagian ini mengisahkan bagaimana Tuhan Yesus tahu waktunya sudah tiba, yaitu saat kematian dan pengorbananNya di atas kayu salib. Kisah pengorbanan Tuhan Yesus dimulai dengan memasuki kota Yerusalem, sebagai pusat kota penyembahan kepada Allah di mana ada Bait Allah berada. Hal ini juga menggenapi nubuatan Nabi Zakharia yang menyatakan bahwa sang raja akan datang ke kota Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai (Zak. 9:9-10). Tetapi Tuhan Yesus mengetahui juga bahwa kota ini juga yang menjadi kota kesedihan karena ada malapetaka yang akan hadir di kota ini (ayat 41-44).

Kedatangan Tuhan Yesus ke kota Yerusalem menimbulkan dua reaksi. Yang pertama, reaksi dari murid-murid Tuhan Yesus yang berjumlah banyak. Murid-murid di sini bisa menunjuk kepada kedua belas murid dan orang-orang yang telah mengalami dan melihat mujizat yang Tuhan Yesus lakukan. Mereka berkata: “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan, damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” (ayat 38). Seruan ini adalah seruan yang biasa dipakai pada perayaan Pondok Daun, menyambut sang raja datang dengan kemuliaan Tuhan (Maz. 118:26). Sambutan ini juga menunjukkan bahwa Yesus Kristus yang hadir tengah mereka adalah Mesias yang telah dinanti-nantikan untuk membebaskan mereka dari penindasan.

Di sisi lain, pihak kedua, kedatangan Tuhan Yesus ke kota Yerusalem ini juga menimbulkan reaksi dari beberapa orang Farisi, yang risih melihat sambutan orang banyak (murid-murid Tuhan Yesus) kepada Tuhan Yesus. Bagi mereka, sambutan ini terlalu berlebihan dan tidak sepantasnya diberikan kepada Tuhan Yesus yang adalah manusia biasa. Mereka risih melihat orang banyak menyambut Tuhan Yesus bak raja orang Yahudi yang hebat dan berkuasa. Mereka meminta Tuhan Yesus menegur murid-muridNya untuk diam dan tidak menyambut Tuhan Yesus seperti menyambut seorang raja. Tetapi justru Tuhan Yesus memberikan jawaban yang berbeda. Tuhan Yesus menyatakan: “Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak” (ayat 40). Menurut Matthew Henry, “Jika mereka ini diam, dan tidak memberikan puji-pujian terhadap kerajaan Mesias, jika Kristus tidak dipuji, maka batu-batu ini akan berteriak. Ini kemudian, secara harfiah digenapi ketika orang-orang mengolok-olok

Kristus di kayu salib dan bukannya memberikan puji-pujian bagiNya, dan murid-muridNya sendiri pun tenggelam dalam kesunyian yang mendalam, maka terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah.”

Dari kisah ini ada dua aplikasi yang kita bisa renungkan. Pertama, visi Kristus Yesus ke dalam dunia jelas dan terang. Dengan penggenapan nubuat nabi Zakharia ini, kita tahu bahwa Tuhan Yesus datang untuk menggenapi janji Allah bagi umatNya bahwa akan ada sang Mesias yang akan membebaskan mereka dan memberikan terang bagi keselamatan mereka (Yesaya 8:21-9:6). Bagi kita, kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini jelas dan terang, yaitu menjadi Juruselamat dan Pembebas (Mesias) bagi orang-orang yang terbelenggu oleh dosa dan memberikan damai sejahtera yang sejati.

Kedua, hati Yesus menangis terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Tangisan Tuhan Yesus tatkala melihat kota Yerusalem menunjukkan betapa hatinya juga ada bagi bangsa Israel. Tuhan sedih karena melihat bahwa orang-orang banyak tersebut tidak mengerti kalau Dia hadir ke dalam dunia membawa keselamatan. Walaupun orang banyak telah menyambut dan meninggikan Dia, tetapi orang banyak juga yang akan menyalibkanNya. Dia menangis karena melihat penolakan terhadap diriNya sebagai Mesias. Selain itu, Tuhan Yesus juga melihat akan kehancuran kota Yerusalem ini dan juga Bait Allah yang ada di kota Yerusalem. Sejarah akhirnya mencatat bagaimana bangsa Roma menghancurkan kota Yerusalem ini. Walaupun demikian, hati Tuhan Yesus adalah hati yang menangis untuk jiwa-jiwa di sana. Demikian pula dengan kita. Kita seharusnya menangis untuk jiwa-jiwa yang belum mengenal Tuhan Yesus. Penolakan terhadap kasih anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, akan mendatangkan kebinasaan. Tetapi bagi yang percaya, akan mendatangkan hidup kekal. Karena itu, mari kita terus berdoa bagi jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus sehingga mereka juga mendapatkan belas kasihan Allah.[SO]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apakah yang menyebabkan orang banyak menolak Tuhan Yesus?

Penerapan

Seberapa jauh kita melihat jiwa-jiwa yang belum percaya seperti Tuhan Yesus melihat mereka?

SALING MENDOAKAN

Akhirilah Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.