Anugerah Allah dan Respons Kita
Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya. (2 Kor. 8:9)
Apa itu Anugerah Kristus?
Anugerah adalah tindakan kebaikan yang tidak layak diterima seseorang. Dalam hal keselamatan, Allah memberikan keselamatan kepada manusia berdosa yang tidak layak menerimanya (Rm.3:24). Akan tetapi, anugerah tidak hanya merupakan kecondongan dari sifat Allah tetapi pengaruh atau kekuatan atau kuasa atau tindakan Allah yang bekerja dalam kita dengan memberi kesanggupan pada kita melakukan sesuatu yang dikehendaki-Nya atau agar kita taat kepada-Nya. Jadi, anugerah Allah bersifat aktif dalam arti memberikan dampak praktis dalam hidup seseorang seperti kesanggupan untuk berbuat baik, kekuatan untuk menanggung penderitaan, atau berkerja lebih giat dalam pelayanan seperti yang diteladankan Rasul Paulus.
Anugerah seperti inilah yang tergambar dalam 2 Kor. 8: 9-12 dan 9:1-11. Dalam teks itu, Paulus memotivasi jemaat Korintus untuk meneladani jemaat Makedonia yang mendukung jemaat Yerusalem yang hidup dalam kekurangan. Padahal, jemaat Makedonia pun hidup dalam keterbatasan. Tidak hanya menjadikan jemaat Makedonia sebagai teladan, Paulus juga merujuk pada Yesus Kristus sendiri yang menyatakan kasih karunia dengan berkorban bagi mereka. Yesus Kristus adalah teladan sejati dalam hal menyatakan kasih karunia. Paulus mengontraskan antara keadaan Yesus Kristus dan keadaan mereka. Yesus Kristus yang kaya memiskinkan diri-Nya agar mereka yang miskin diperkaya.
Paulus menunjukkan betapa ajaibnya anugerah Kristus ketika menanggalkan segala kekayaan dan menjadi miskin. Ketika lahir, Ia dibaringkan dalam palungan (tempat makan ternak), Ia tumbuh besar di Nazaret sebagai tukang kayu yang hidup sederhana. Sepanjang pelayanan-Nya pun tak ada tempat untuk akomodasi yang layak (Mat.8:20). Sejak awal Dia sudah tahu bahwa suatu saat cawan pahit penderitaan dan kematian harus dihadapi-Nya. Pada akhirnya, Ia mati sebagai terhukum dengan cara paling hina: disalibkan. Surat Paulus kepada jemaat Filipi (Flp. 2:5-11) menjelaskan dengan baik “kekayaan” Kristus, yaitu status Kristus sebagai Allah dan kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa. Status itu berubah drastis ketika Ia berinkarnasi menjadi manusia. Ia menjadi miskin dan menjadi bukan siapa-siapa, melainkan hanya menjadi seorang hamba biasa. “Kemiskinan” Yesus adalah perendahan diri-Nya ketika Ia berinkarnasi menjadi manusia di atas bumi, “dibuat-Nya menjadi dosa” (2 Kor.5:21) dan ketaatan-Nya sampai mati disalibkan. Singkatnya, keagungan kasih karunia Kristus bagi manusia tampak nyata dalam pengorbanan-Nya yang total sejak lahir di Betlehem sampai mati di Golgota.
Mengapa Kristus melakukan hal itu? Ia melakukannya demi kita, agar melalui kemiskinan-Nya kita menjadi kaya. Dia dimiskinkan agar kita diperkaya. Apa kekayaan yang dimaksud? Keselamatan. Selain itu Paulus juga merujuk pada delapan kekayaan lain: Roh Kudus (2 Kor. 1:22; 5:5), pembaruan batiniah setiap hari (2 Kor. 4:16), kemuliaan yang kekal (2 Kor 4:18), kediaman kekal di surga (2 Kor.5:1), persekutuan dengan Kristus (2 Kor.5:8), ciptaan baru (2 Kor.5:17), pendamaian dengan Allah (2 Kor.5:18 dan pembenaran (2 Kor.5:21).
Respons terhadap Anugerah Allah
Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa anugerah Allah bersifat aktif dalam arti menyanggupkan kita untuk taat kepada-Nya, maka sebagai umat yang telah diselamatkan, tidak sepatutnya kita berdiam diri setelah menerima anugerah Allah. Kita yang sudah menerima dengan cuma-cuma patutlah memberi dengan cuma-cuma (Mat.10:8). Panggilan kita adalah mengikuti teladan Yesus dengan berlaku murah hati yang disertai dengan sukacita. Alasannya, apa yang kita miliki hakekatnya bukanlah milik kita sendiri tetapi pemberian Allah. Bahwa Allah adalah Pemberi segala sesuatu haruslah menjadi landasan kita untuk menyatakan kasih karunia pula dengan memberi sebagaimana nasihat Paulus kepada jemaat Korintus. Hanya dengan demikian kita bisa menyatakan tujuan Allah memberikan anugerah-Nya kepada kita yaitu agar kita dapat memuliakan-Nya.
Dalam 2 Korintus 9, motivasi kita untuk memberi sebagai respons terhadap kasih karunia itu bukanlah untuk memberi kembali kepada Allah atau sebagai cara kita menunjukkan rasa balas budi kita, melainkan merupakan respons terhadap apa yang telah Allah lakukan bagi kita pada masa lampau dan demontrasi keyakinan kita yang berkelanjutan pada janji-Nya di masa yang akan datang. Memberi adalah tindakan iman dalam menanggapi kasih karunia Allah. Dengan demikian, pemberian kita bukanlah keputusan untuk turut serta dalam proyek pelayanan gereja melainkan ungkapan fakta bahwa kita adalah gereja, yaitu bahwa kita adalah milik Allah dan saling memiliki satu sama lain saudara seiman. Terkait dengan harta, harus dipahami bahwa harta kekayaan adalah pemberian Allah, yang diberikan-Nya dengan cuma-cuma sebagai tanda kasih dan kesetiaan-Nya pada umat-Nya. Kita tidak bisa membanggakan diri dan mengklaim hal itu sebagai hasil jerih lelah kita. Oleh karena itu, bagi orang yang percaya kepada-Nya, kita belajar dari teladan jemaat Makedonia yang murah hati karena kesadaran betapa besar kasih karunia yang telah kita terima.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, dua hal seharusnya menjadi respons kita atas anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Pertama, kita menerima anugerah itu dengan penuh sukacita, bersyukur atas karya pengorbanan-Nya yang menyelamatkan kita. Kedua, kita meneladani Kristus dalam hal kemurahan hati-Nya menyatakan anugerah. Teladan kemurahan hati-Nya menjadi motivasi utama kita untuk bermurah hati pula.* (BSB)