Bebas Dari, Bebas Untuk
Dalam surat kepada jemaat Galatia khususnya pasal 5, Rasul Paulus mengangkat tema kebebasan. Ia menggambarkan kehidupan kita yang lama sebagai perhambaan dan Kristus sebagai pembebas. Penekanan kebebasan di sini bukanlah kebebasan dari dosa tetapi dari hukum Taurat. Apa yang Kristus lakukan adalah membebaskan hati nurani kita dari rasa bersalah akan dosa, dari tirani hukum Taurat, dari upaya sia-sia untuk menunaikan hukum Taurat dengan harapan berkenan pada Allah. Melalui Kristus, kita mendapat jalan maksud untuk diterima Allah. Kita sekarang adalah anak-anak Allah.
Konsekuensi dari kebebasan itu adalah kita harus berdiri teguh dan jangan mau lagi diperhamba lagi oleh ide bahwa kita bisa diterima Allah melalui ketaatan kepada hukum Taurat. Kristus telah memenuhi semua tuntutan hukum Taurat. Dia mati karena ketidaktaatan kita dan dengan demikian menanggung kutukan menggantikan kita. Dia telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan menjadi orang yang terkutuk (Gal 3:13). Dia telah mematahkan kuk perhambaan itu. Oleh karena itu, kita harus berdiri teguh dalam kebebasan itu.
Bebas Dari
Salah satu isu yang dilawan Rasul Paulus adalah sunat (Gal 5:2-4). Guru palsu mengatakan bahwa orang Kristen harus disunat. Tampaknya ini hal sepele, tetapi bagi Rasul Paulus, ini berimplikasi doktrinal. Sunat bermakna teologis, menjadi lambang dari keyakinan bahwa keselamatan diperoleh dengan perbuatan baik sebagai wujud ketaatan pada hukum Taurat. Tanpa sunat dan memelihara hukum Taurat, maka tidak ada keselamatan. Dengan demikian, guru palsu itu menyatakan bahwa iman kepada Kristus tidaklah memadai. Sunat dan taat hukum Taurat adalah syarat tambahan yang wajib sifatnya.
Rasul Paulus terang-terangan menolak hal itu. Sunat adalah lambang perhambaan hukum Taurat. Keselamatan hanya ada di dalam Kristus, melalui anugerah yang diterima dengan iman. Tentu ini tidak berarti bahwa orang Kristen boleh berperilaku semau-maunya saja, dengan mengabaikan perbuatan baik dan ketaatan pada hukum Allah.
Bebas Untuk
Dalam Gal 5:5 tertulis “Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.” Hidup orang Kristen bukan saja hidup dalam iman, tetapi hidup dalam Roh kudus. Roh kuduslah yang tinggal dalam kita menghasilkan perbuatan kasih (lihat Gal 5:22-23). “Hanya iman yang bekerja oleh kasih” (Gal 5:6). Yang dimaksud oleh frase ini adalah iman yang menyelamatkan adalah iman yang berkarya, iman yang tampak dalam perbuatan kasih. Tidak ada iman yang benar dan sejati tanpa perbuatan kasih yang tulus. Inilah kebebasan yang dimaksud. Selanjutnya, apa implikasinya? Apa saja yang tercakup dalam kebebasan itu? Apakah kebebasan orang Kristen berarti anarki?
Pertama, kebebasan itu bukanlah kebebasan untuk berkanjang di dalam dosa (5:13). Kebebasan orang Kristen adalah kebebasan dari dosa, bukan untuk berdosa.
Kedua, kebebasan itu bukanlah kebebasan itu untuk memperdaya sesama (5:15). Kita jangan menganggap mereka sebagai aset atau benda untuk dipakai demi keuntungan kita, tetapi kita dipanggil untuk memperlakukan mereka sebagai pribadi untuk dikasihi dan dilayani. Di dalam kasih, kita satu sama lain adalah hamba. Ini paradoks yang luar biasa. Dari satu sisi, kebebasan kita adalah kebebasan dari perhambaan dosa tetapi di sisi lain kita menjadi hamba bagi sesama.
Ketiga, kebebasan itu bukanlah kebebasan untuk mengabaikan hukum Taurat (5:14). Meskipun kita tidak bisa mendapat keselamatan dengan melakukan hukum Taurat tetapi kita tetap menaati Taurat sebagai wujud kasih kita kepada Allah dan karena Roh kudus memberi kesanggupan kepada kita untuk melakukannya.
Kesanggupan untuk hidup menjauh dari dosa, mengasihi sesama dan menaati Taurat adalah kesanggupan dari Roh kudus. Inilah yang didalami lebih lanjut dalam 5:16-26. Hanya Roh kudus yang sanggup menaklukkan keinginan daging, membebaskan kita dari perhambaan Taurat dan menghasilkan buah Roh dalam hidup kita. Jadi, kesanggupan kita hidup dalam kebebasan yang telah diberikan Allah melalui karya Kristus dapat terjadi semata-mata bergantung pada kuasa Roh kudus. Sepanjang hidup kita, terjadi pertempuran antara “daging” (hawa nafsu untuk berdosa) dan “Roh” (Roh kudus yang memperbarui dan melahirbarukan kita). “Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.” (Gal 5:17).
Berjalan bersama Roh
Apa yang harus kita lakukan untuk dapat mengalahkan “daging” dan menghasilkan buah Roh? Jawaban singkatnya adalah kita harus menyalibkan daging dan berjalan bersama Roh (Gal 5:24-25).
Pertama, kita harus menyalibkan daging. “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (5:24). Perhatikan, penyaliban itu adalah sesuatu yang dilakukan oleh kita, bukan untuk kita. Kitalah yang harus menyalibkan daging. Dengan kata lain, Gal 5:24 tidak membahas hal yang sama dengan Gal 2:20. Dalam ayat itu, dinyatakan bahwa kita telah disalibkan bersama Kristus. Tetapi dalam 5:24, kitalah yang mengambil tindakan menyalibkan hawa nafsu kita. Kitalah yang mematikan perbuatan-perbuatan dosa. Inilah yang disebut pertobatan (repentance).
Sejauh mana pertobatan itu berhasil bergantung pada kesungguhan pertobatan itu. Jika dosa masih terus mendera kita, maka mungkin itu disebabkan oleh pertobatan kita yang setengah hati atau kita tidak memelihara pertobatan itu. Kita masih bermain-main dengan dosa. Ibarat setelah menyalibkan daging kita, kita masih kembali ke tempat kejadian penyaliban dan ingin “menikmatinya” kembali. Sesuatu yang aneh, tetapi itulah yang terjadi. “Seperti anjing kembali ke muntahannya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya” (Ams 26:11).
Kedua, kita harus berjalan bersama Roh (Gal 5:16, 25). Rasul Paulus menggunakan dua frase berbeda tentang pekerjaan Roh kudus dalam hidup kita. Pertama, “dipimpin oleh Roh” (5:18) dan kedua, “berjalan bersama Roh” (5:25, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan “dipimpin oleh Roh” juga). Frase pertama dalam bentuk pasif. Frase kedua dalam bentuk aktif. Memang Roh yang memimpin, tetapi kitalah yang melangkah berjalan. Jadi di satu sisi secara pasif, kita tunduk pada kuasa Roh tetapi pada saat yang sama, kita harus melangkah secara aktif bersama Roh sebagai Penuntun jalan. Berjalan bersama Roh artinya dengan sengaja berjalan di jalan dan menurut arah yang ditetapkan Roh. Roh memimpin tetapi kita melangkah dijalan-Nya dan bersama-Nya.
Kesimpulan
Kristus telah membebaskan kita dari dosa dan dari ikatan kewajiban melakukan hukum Taurat. Kita adalah manusia merdeka. Tetapi di sisi lain, kita adalah hamba Allah. Kita harus berjalan di jalan Allah, bersama Roh kudus. Tidak ada cara gampang dan instan untuk mengalahkan “daging” dan hidup dalam Roh. Oleh karena itu, penting bagi kita bertobat setiap hari. Bertobat dalam arti menyadari dosa-dosa kita dan meninggalkannya. Semua itu di luar kesanggupan kita, tetapi Roh kudus memberi tuntunan sekaligus kekuatan agar kita sanggup melangkah hari demi hari di dalam derap dan jalan-Nya.**(BSB).