Lady Wisdom Dan Madame Folly
Seorang rekan gereja pernah mengatakan kepada saya bahwa Kitab Amsal merupakan jalan masuk terbaik untuk menjangkau orang belum percaya. Menurut beliau, Kitab Amsal bersikap netral terhadap persoalan teologis. Tentu saja, saya tidak mengkritik niat baik maupun klaim beliau bahwa Kitab Amsal dapat digunakan sebagai jalan masuk penginjilan. Yang saya soroti adalah pemikiran bahwa Kitab Amsal bersikap netral terhadap persoalan teologi. Bahwa Kitab Amsal adalah kitab yang ‘sekuler.’ Apa gunanya Amsal kalau hanya memberi nasihat untuk hidup semata-mata? Anda bisa mencari quote-quote yang lebih kekinian di Instagram.
Meski tak langsung nampak, kitab ini adalah kitab yang sangat teologis. Kitab Amsal terdiri dari dua bagian besar, yakni pasal 1-9 dan 10-31. Pada umumnya, bagian kedua-lah yang mendapatkan perhatian besar karena dari sini kita menemukan banyak peribahasa. Tidak heran orang dapat beranggapan bahwa Kitab Amsal adalah buku peribahasa yang ‘sekuler.’ Namun fokus Kitab Amsal berada di bagian pertama.
Pasal 1-9 bukan berbentuk kumpulan peribahasa tetapi sebuah cerita, yakni cerita hidup kita. Salomo, sang penulis, menempatkan dirinya sebagai ayah. Kita, pembacanya, seperti seseorang muda yang akan memulai petualangan bernama Hidup. Bayangkan seorang ayah yang duduk di kursi goyang memanggil Anda, anaknya. “Hai, anakku…” (1:8) panggilnya.
Salomo mengingatkan Anda bahwa Anda akan bertemu dengan orang jahat, serta berpesan agar Anda tidak menempuh jalan mereka (1:1-19). Tetapi ini jauh lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Hidup ini penuh dengan liku-liku, dan manusia sejatinya mudah sekali dipengaruhi oleh kelompoknya. Khususnya di zaman modern seperti ini, mudah sekali dipengaruhi oleh orang-orang yang salah. Social media, misalnya, seringkali memaparkan gaya hidup yang tidak jauh dari hidup materialistis dan semau gue.
Jadi bagaimana? Salomo, sang ayah, hanya bisa memberi nasihat tetapi tidak bisa menemani Anda. Untungnya, pada ayat 21-33, Salomo menyebutkan Seseorang yang harus Anda ikuti, yakni Sang Hikmat. Di sinilah kita menemukan bahwa hikmat bukan sekedar konsep abstrak, tetapi sesosok Pribadi. Sebutan yang sering dipakai oleh penafsir untuk Sosok ini adalah Lady Wisdom. Tentu saja sebutan ‘Lady’ di sini ini tidak berarti bahwa Hikmat berjenis kelamin perempuan. Ungkapan ‘ibu pertiwi’, misalnya, tidak sedang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jenis kelamin perempuan. Bahasa Ibrani mengenal apa yang disebut grammatical gender dimana seluruh kata benda dikelompokkan dalam tiga kategori: maskulin, feminin, dan netral. Hikmat (Chokmâh חָכְמָה) dalam Bahasa Ibrani bergender feminin.
Sebagaimana Sang Hikmat digambarkan sebagai sesosok wanita, pembaca Kitab Amsal digambarkan sebagai pria. Di dalam setiap panggilan “hai, anakku,” kata Ibrani yang digunakan (ben בֵּן) yang secara spesifik berarti anak laki-laki. Tidak hanya mengikuti Sang Hikmat, Salomo pun menyuruh Anda, putranya, untuk mencintai dan menjalin hubungan dengan Sosok misterius ini.
Masalahnya, ada orang ketiga di sini: Si Bebal. Wanita inilah yang dijuluki Madame Folly oleh para penafsir. Si anak laki-laki, dalam hal ini Anda, berada di antara dua wanita. Apakah Anda akan mencintai Lady Wisdom atau Madame Folly?
Mudah bagi kita untuk menjawab, “tentu saja Lady Wisdom.” Tetapi coba Anda perhatikan pasal 9. Rupanya Lady Wisdom dan Madame Folly sangat mirip! Pertama, kedua-duanya memiliki rumah di tempat tinggi (9:3, 14). Kedua, mereka sama-sama memanggil, “siapa yang tidak berpengalaman, singgahlah kemari!” (9:4, 16). Ketiga, mereka sama-sama menyediakan dan menawarkan makanan (9:2, 5, 17-18). Namun, perbedaan keduanya pun sangat tajam. Manakala Lady Wisdom menyiapkan sendiri hidangan untuk orang-orang yang diundangnya (9:2). Madame Folly, sebaliknya, tidak menyiapkan apapun karena makanan yang ia hidangkan adalah hasil curian (9:17). Hasilnya? Siapapun yang masuk ke rumah Lady Wisdom dan makanan hidangan yang disajikan-Nya akan hidup (9:11), tetapi mereka yang masuk dan makan bersama Madame Folly akan mati (9:18). Apa yang ingin Salomo tunjukkan di sini? Salomo ingin mengatakan bahwa Madame Folly sangat pandai menjebak kita dengan berpura-pura menjadi Lady Wisdom.
Siapakah sebenarnya Lady Wisdom dan Madame Folly? Dikatakan bahwa rumah mereka berada di tempat-tempat tinggi. Di Timur Tengah Kuno, satu-satunya bangunan yang boleh dibangun di tempat tinggi adalah kuil-kuil dewa. Inilah sebabnya para penafsir meyakini bahwa Lady Wisdom tidak lain dan tidak bukan adalah TUHAN sendiri! Bagaimana dengan Madame Folly? Ia adalah dewa-dewa palsu yang menjerat kita untuk berpaling dari TUHAN.
Kisah mengenai menjalin hubungan dengan Lady Wisdom atau Madame Folly sebenarnya menggambarkan relasi kita dengan Allah yang benar atau dengan ilah-ilah palsu. Siapakah Madame Folly Anda? Uang? Popularitas? Status? Pencapaian akademis? Hati-hati. Jangan-jangan Anda sedang berhubungan dengan wanita lain !-DO-