Menang telak karena ketaatan mutlak
Alkitab dan perjalanan iman Kristen menempatkan dua istilah penting yang seringkali dipakai sebagai referensi awal bagi setiap peristiwa/kejadian, yakni berkat dan kutuk. Berkat dalam bahasa Ibrani berasal dari kata בְּרָכָה (berakah) dan berfungsi menggambarkan YHWH dalam relasi-Nya dengan manusia berkaitan dengan perjanjian. Kata ini seringkali dikaitkan dengan karunia atas material (Ul. 11:26; Pkh 10:22; 28:20, Yes. 19:24) dan juga karunia rohani (Bil. 6:26), serta sebagai petunjuk dan motivasi untuk mengejar kehidupan di dalam berkat itu sendiri.Pemakaian "berkat" sebagai kata kerja banyak ditemukan dalam keseluruhan Alkitab dengan berbagai macam konteks pemakaiannya, yang pada akhirnya menunjukkan YHWH sebagai pemberi berkat utama pada umat manusia.Sedangkan kutuk dalam bahasa Ibrani berasal dari kata קָלַל (qalal) yang merujuk kepada penghukuman atau penghakiman YHWH atas pelanggaran terhadap perjanjian.Berkat seringkali dipertentangkan dengan kutuk (bdk. Kej 27:12; 23:5; 28:2; 33:23) dan keduanya ada dalam covenant relationship (ikatan perjanjian) YHWH dengan umat-Nya.
Berkat dan kutuk secara lebih luas dipakai dalam keseluruhan Perjanjian Lama (PL), secara khusus dalam kitab para nabi sebagai dasar pemberitaan/pengharapan. Konteks PL melihat perjanjian yang melibatkan berkat dan kutuk di dalamnya sebagai pembentukan YHWH bagi Israel yang dipilih-Nya sebagai hak waris dan tanah serta pengukuhan kerajaan Daud dan keturunannya. Abraham, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Daud, dan tokoh-tokoh lainnya terlibat dalam perjanjian dengan berkat istimewa dari YHWH dan kutuk ketika tidak melakukan perjanjian oleh karena ketidaktaatan. Ketaatan menjadi kunci bagi setiap nabi, raja, rakyat, hingga keturunannya untuk mendapatkan berkat YHWH.
Konsep berkat dan kutuk ini bergerak hingga masa Perjanjian Baru (PB), dimana adanya new covenant (perjanjian baru) melalui kehadiran Yesus Kristus. Dalam bahasa Yunani kata berkat εὐλογία dan kutuk κατάρα tidak sekadar berkaitan dengan materi seperti dalam PL. Konteks PB melihat kedua hal ini sebagai hubungan spesial Allah dengan manusia. Ada substansi yang sama mengenai berkat dan kutuk dalam PL dan PB melalui kehidupan manusia yang berkaitan dengan keselamatan, yaitu Allah sebagai YHWH dan Israel sebagai umat-Nya (bdk. 2 Kor 6:16-18, Ibr. 8:10, Why. 21:2-3). Yesus adalah perantara dari perjanjian baru (Ibr. 9:15; 12:24) sekaligus sumber berkat dari perjanjian baru ini (1 Kor. 1:30; Ef. 2:11-22; Ibr. 13:20-21).
Kematian sebagai sanksi terberat dari kutuk telah ditebus secara tuntas melalui kematian-Nya di kayu salib.Paulus memakai konsep kebenaran ini untuk ajaran mengenai keselamatan. Kutuk karena gagal menaati taurat (Gal. 3:10) digantikan oleh Yesus yang menjadi kutuk (Gal. 3:13) bagi umat yang percaya kepada-Nya, untuk menanggung hukuman dari Tuarat(Ul. 21:23).
Secara keseluruhan, berkat dan kutuk menjadi tema dan konsep yang penting dalam kehidupan manusia dan relasinya dengan Allah. Konsep ini merupakan tuntunan Allah dengan menyadarkan manusia akan ketidakmampuannya menaati perjanjian secara sempurna sehingga membutuhkan anugerah Allah. Alkitab menghadirkan konsep covenantal relationship YHWH dan bangsa Israel, yang mana Israel dituntut untuk setia dengan mengasihi Dia dan menaati seluruh perintah-Nya. Pola ini bergerak hingga keseluruhan PL dan PB yang pada akhirnya dalam keberdosaan dan ketidakmampuan manusia, Kristus hadir ke dunia ini dan mati di kayu salib menghancurkan kutuk dan sekaligus menjadi sumber berkat dalam kasih serta keadilan-Nya bagi umat manusia.
Saat ini, berkat secara permanen melalui karya keselamatan Kristus menyelesaikan pola berkat-kutuk sehingga seseorang yang menerima Yesus dan mengasihi Dia tidak lagi berada di bawah kutuk namun berada dalam hidup kekal selamanya. Pada masa sekarang, Kristus menginginkan hal yang serupa untuk kita lakukan sebagai umat pilihan-Nya yaitu kesetiaan serta kasih kita kepada-Nya yang dibentuk melalui proses ketaatan. Kemenangan dalam hidup akan terjadi dan kita rasakan sebagai umat pilihan-Nya, ketika kita menjalani hidup dengan taat yang mutlak pada perintah-Nya. Sebaliknya, tidak akan ada kemenangan yang terjadi tanpa ketaatan yang total pada Kristus Yesus. Dalam pertumbuhan iman kita sebagai orang percaya, ketaatan menjadi sebuah kesempatan yang indah bagi kita untuk dapat terus berelasi dengan Dia, menikmati karya dan kasih-Nya yang memberi kemenangan sejatidalam kehidupan kita sekalian. Soli Deo Gloria! [DA]