Partisipasi Dalam Misi Allah
Jika kita membandingkan jumlah orang Kristen di dunia dengan pengaruh kekristenan terhadap dunia, maka kita merasakan ketimpangan. Menurut World Christian Database tahun 2019, 35% penduduk dunia beragama Kristen. Sekalipun pemeluknya paling banyak, dampaknya terhadap nilai-nilai kehidupan masa kini sangat kecil. Memang tidak semua orang yang dimasukkan sebagai orang Kristen adalah orang yang sudah lahir baru, yang dianggap dapat mewujudkan nilai-nilai Kristen dalam hidup sehari-hari. Namun orang yang telah lahir baru pun seringkali terlihat tidak mampu untuk hidup dengan dampak positif yang signifikan bagi dunia di sekitarnya.
Salah satu hal yang mungkin menjadi penyebab hal ini adalah pandangan umum yang menyatakan bahwa kekristenan adalah iman yang bersifat personal saja. Dibalik pandangan ini ada suatu keyakinan bahwa dunia ini jahat karena sudah dicemari oleh dosa. Karena itu, orang Kristen perlu menjaga diri bahkan menjauhkan diri agar jangan sampai tercemar. Pandangan semacam ini akan membatasi iman Kristen pada hal-hal yang sangat personal dan privat: hidup menjauhi dosa, membaca Firman Tuhan dan berdoa secara teratur, bersekutu dalam komunitas gereja serta menyampaikan berita Injil secara langsung kepada orang lain.
Kesalehan pribadi seperti di atas tentu amat baik dan pertumbuhan iman memang tidak bisa terlepas dari hal-hal fondasional tersebut. Yang disayangkan adalah jika pertumbuhan iman dan pergerakan hidup orang percaya dibatasi hanya pada wilayah kesalehan pribadi sehingga tidak ada atau minim koneksi dengan dunia ciptaan Allah. Atau, kalaupun ada, lebih kepada hidup bermoral yang harus dijalani orang percaya: bekerja rajin dan jujur, berbuat baik kepada orang lain. Akibatnya, dampak terhadap diri orang percaya itu sendiri maupun terhadap dunia menjadi terbatas pula.
Bagaimana kehadiran orang percaya bisa membawa pengaruh menggarami dunia yang lebih besar lagi? Michael W. Goheen dan Jim Mullins dalam buku mereka The Symphony of Mission, mengatakan bahwa pertama-tama orang percaya perlu mengenal metanarasi Alkitab dari awal Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru. Narasi ini dimulai dari penciptaan yang baik dan mandat yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk mengusahakannya. Kegagalan manusia untuk menaati Tuhan merusak kapasitas manusia untuk melakukan mandat tersebut dengan baik. Dengan cara-Nya yang ajaib, Allah bekerja selama berabad-abad untuk memulihkan ciptaan-Nya, yang berpuncak pada karya Anak-Nya di dunia. Setiap orang yang ditebus-Nya diberi kemampuan, lalu diundang dan diperintahkan untuk hidup di dalam misi Allah dalam sejarah dunia untuk memulihkan ciptaan.
Ketika umat percaya menaati panggilan ini, mereka menjadi alat untuk menyatakan kemuliaan, pemeliharaan maupun kasih Allah atas ciptaan-Nya. Bagaimana hal ini dilakukan? Di dalam buku tersebut, Michael Goheen memberikan tiga pergerakan besar yang harus bekerja bersama bagaikan sebuah simfoni orkestra. Setiap gerakan dikaitkan dengan tiap Pribadi Allah Tritunggal, sehingga misi Allah merupakan misi yang trinitarian. Idealnya, ketiga pergerakan ini perlu dilakukan setiap orang Kristen, dan dilakukan dengan sengaja dan terarah.
Pergerakan pertama adalah penatalayanan, yakni bagaimana orang percaya menyatakan kemuliaan Bapa melalui karya tangan mereka mengelola ciptaan (Kej. 1-2, 1Kor. 10:31, Ef. 5:1-2). Inilah panggilan pertama Allah kepada manusia, yakni melalui kerja, untuk membongkar semua potensi yang disediakan-Nya di dalam dunia ciptaan. Contohnya adalah apa yang dilakukan para ilmuwan dalam memahami dunia hewan yang akan membawa pada kebesaran Allah yang menciptakan dengan begitu teratur dan menunjukkan hikmat-Nya yang luar biasa. Seorang ibu yang mengajarkan anaknya membaca akan memperlihatkan kemuliaan Allah yang bersedia berkomunikasi dengan kita. Para pebisnis yang memberikan tempat bekerja bagi karyawannya akan memperlihatkan kemuluiaan Allah sebagai Pemelihara ciptaan. Guru yang mengajar murid berkebutuhan khusus akan menjadi refleksi atas kemurahan dan pemeliharaan Allah yang luar biasa. Kreativitas-Nya akan tercermin melalui karya lukis sederhana dari anak sekolah dasar. Kuasa pemulihan-Nya akan terefleksi melalui pekerjaan para tenaga medis yang memulihkan orang sakit. Upaya reformasi struktur sosial, ketimpangan ekonomi, akan mencerminkan karya pemulihan Allah atas efek dosa manusia. Melalui karya tangan manusia yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dunia akan melihat keagungan dan kehadiran Allah dalam keseharian manusia.
Pergerakan kedua adalah pelayanan, yakni bagaimana orang percaya menyatakan keagungan dan pengorbanan Kristus melalui pelayanan yang diberikan kepada dunia dengan kasih dan pengorbanan. Contohnya adalah ketika orang percaya bergegas menolong orang yang menderita kecelakaan atau bencana alam, seorang atlet Kristen yang berjuang habis-habisan di gelanggang olahraga, seorang sastrawan yang menggugah pembaca sedemikian rupa melalui kepahlawanan para tokoh di dalam ceritanya. Orangtua yang berjuang keras membesarkan anaknya yang mengalami kebutuhan khusus, atau anak yang memelihara orangtuanya sedemikian rupa, akan menggugah kasih dalam diri orang lain. Apa yang dilakukan oleh umat percaya mula-mula untuk menerima orang-orang yang sakit dengan risiko tertular menjadi suatu kisah heroik tersendiri. Melalui semuanya, kita mendorong hati manusia untuk melihat nilai luar biasa dari pengorbanan penuh kasih. Suatu hari mereka akan melihat hal serupa dilakukan Kristus bagi manusia berdosa. Ketika umat Tuhan begitu tergugah oleh kasih Kristus sehingga mereka mengorbankan uang, waktu, kenyamanan, reputasi dan harta mereka demi melayani orang lain, maka umat Tuhan telah berpartisipasi dalam misi Allah dan membuat sebuah gerakan simfoni yang indah.
Pergerakan ketiga adalah pemberitaan Firman Tuhan, yakni bagaimana pada akhirnya orang-orang dapat mendengar siapakah Allah Tritunggal dan apa yang dilakukan Kristus bagi orang berdosa. Pemberitaan Firman terutama menjadi karya Roh Kudus yang menggunakan bahasa manusia untuk berkarya dalam diri orang belum percaya. Tanpa pergerakan ketiga, maka pergerakan pertama dan kedua sulit dipahami. Manusia membutuhkan berita Injil secara verbal yang akan mengaitkan semua perbuatan baik dengan Injil yang mengubahkan. Mereka perlu tahu bahwa perbuatan baik kita bukan muncul dari diri kita, tetapi pertama-tama dilakukan oleh Allah terlebih dahulu.
Ketika kita secara pribadi dan bersama-sama mengerjakan ketiga pergerakan ini dengan serius dan kesadaran penuh, maka kehadiran kita menjadi kehadiran yang holistik dan berdampak luas, menjadi partisipasi kita dalam misi Allah untuk memulihkan ciptaan-Nya dan membawa orang belum percaya untuk mengenal Dia lebih dalam.[TDK]