Pengetahuan Yang Membawa Kepada Pengenalan
Ada sebuah pepatah lama yang berbunyi demikian “Tak kenal maka tak sayang” yang berarti jika tidak mengenal seseorang maka kita tidak bisa mengasihi orang itu karena kita belum sampai ke tahap mengenalnya secara pribadi. Mengenal tentu sangatlah berbeda dengan mengetahui. Seseorang mungkin kita ketahui secara garis besar pada umumnya, misalnya nama, alamat, status yang terlihat di sosial medianya, hobi dan kesukaannya, rupa wajahnya, dan hal lainnya yang tampak dari luar. Namun, kita tidak mengenal siapa dia sesungguhnya dan sedalam-dalamnya.
Demikian juga ketika kita berbicara tentang pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus. Pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus bukan hanya sekadar kita mengetahui siapa TuhanYesus itu secara teori yang tampak dari luar dan tertulis di dalam Kitab suci, melainkan berbicara tentang suatu hubungan intim dengan Tuhan Yesus Kristus yang akan menghasilkan pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan Yesus Kristus dan menerima buah pertobatan dalam kehidupan kita dalam segala aspek kehidupan kita sebagai orang yang sudah mengenal Tuhan Yesus Kristus. Pengetahuan tentang Tuhan Yesus Kristus jika tidak sampai kepada pengenalan yang mendalam akan Dia akan membuat pengetahuan itu sangat subjektif dan sangat dangkal serta mungkin membuat kita mengetahui Tuhan yang keliru. Sebaliknya, jika pengetahuan itu sampai kepada tahap pengenalan yang mendalam dalam pengalaman hidup kita bersama dengan-Nya akan membuat pengetahuan yang menyeluruh dan mendalam tentang siapa Tuhan Yesus Kristus itu.
Dengan demikian ada dua hal yang dapat terjadi dalam proses relasi kehidupan manusia dengan Tuhan yaitu proses pengetahuan yang hanya berhenti sampai di pengetahuan tanpa adanya pengenalan yang mendalam akan Tuhan Yesus Kristus dan proses pengetahuan yang membawa manusia semakin ingin mengetahui dan mengenal Tuhan Yesus Kristus melalui perjalanan pengalaman kehidupannya dalam segala aspek.
Seorang yang Ingin Dikenal Harus Memperkenalkan Diri
Hal pertama yang perlu diketahui dalam proses pengenalan adalah bahwa pengenalan itu dimulai dengan adanya suatu keinginan untuk mengetahui lebih dalam tentang seseorang. Jika seseorang ingin mengenalmu, tentu kita perlu untuk bersikap terbuka dan bersahabat serta menunjukkan ketertarikan untuk berelasi dengannya. Tuhan sangat ingin dikenal oleh manusia yang dikasihi-Nya. Di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa berulang kali dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian baru yang menyatakan bahwa Allah dengan segala cara menunjukkan dirinya melalui alam ciptaan (Amsal 19:1). Rasul Paulus mengajarkan kita bahwa Tuhan menyatakan diri-Nya melalui hukum-Nya pada pikiran dan hati manusia (Roma 2:14-16). Puncak pernyataan perkenalan Allah adalah ketika Allah itu sendiri yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia melalui Tuhan Yesus Kristus yang diutus ke dalam dunia untuk dekat dengan manusia. Kehadiran Yesus Kristus menjadi bukti bahwa Allah sangat rindu dekat dengan manusia sebelum manusia ingin dekat dengan Tuhan. Pengenalan yang semakin mendalam dengan Tuhan melalui Yesus Kristus akan membuat kita semakin mengasihi-Nya, semakin percaya dan semakin memuji dan menyembah-Nya serta melayani-Nya. Allah melalui Yesus Kristus yang terlebih dahulu berinisiatif ingin membuka diri-Nya kepada manusia agar manusia semakin mengenal-Nya. Perkenalan Allah kepada manusia menunjukkan betapa seriusnya Allah mengasihi manusia ciptaan-Nya dan betapa rindunya Allah untuk dikenal oleh manusia semakin mendalam dan menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Allah yang memperkenalkan diri-Nya itulah yang menjadi pusat dari keselamatan manusia dan dari semua pengalaman kerohanian kita yang benar. Manusia tidak akan mampu mengenal Allah yang benar tanpa Allah yang memperkenalkan diri-Nya dalam kehidupan manusia. Penyataan identitas Allah itulah yang membuat manusia dapat mengetahui dan mengenal Allah secara pribadi dalam hidupnya.
Seorang yang Ingin Mengenal Harus Berespon
Ketika Allah dengan segala cara memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, maka setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya yaitu manusia berespon kepada Allah dengan cara membuka diri untuk menerima Allah hadir dan bekerja dalam segala aspek kehidupan manusia atau manusia menutup dirinya dan tidak meresponi penyataan dan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Dalam Alkitab, kita dapat menemukan tokoh-tokoh yang berespon secara positif penyataan Allah kepada manusia namun juga ada yang berespon secara negatif. Salah satu tokoh dalam Alkitab yang menarik untuk dibahas adalah Ayub. Kisah Ayub dalam Alkitab menggambarkan keintiman relasi seorang manusia dengan Allah. Di tengah tekanan yang besar yang dialaminya, ia dengan terbuka mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya kepada Tuhan, mulai dari mengeluh, mengasihani diri sendiri, berprasangka buruk, menuduh, dan kemudian ia belajar bersyukur kepada Tuhan untuk semua kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Di sisi yang lain, Tuhan tetap ada dalam kehidupan Ayub bahkan dalam titik terendah kehidupan Ayub sekalipun dan terus menyatakan kesetiaan-Nya, kasih-Nya dan kesabaran-Nya untuk menantikan iman Ayub kepada-Nya. Ayub meresponi semua kejadian dalam hidupnya kepada Tuhan dengan sebuah pernyataan “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan” (Ayub 1:21). Ini merupakan pernyataan Ayub yang bukan hanya mengetahui siapa Tuhan itu, namun lebih dalam lagi Ayub meresponi Tuhan yang hadir dalam hidupnya bahkan di dalam lembah kelam sekalipun hidupnya.
Di sisi yang lain, ada tokoh yang juga tidak meresponi penyataan Allah dalam hidupnya yaitu salah satu contohnya adalah raja Firaun. Ketika Allah telah menyatakan diri-Nya melalui banyak kejadian yang terjadi di sekitarnya, tetap saja Firaun mengeraskan hatinya dan tidak merespon kepada Allah yang telah menyatakan diri-Nya kepadanya.
Meresponi Allah yang telah menyatakan diri-Nya lewat berbagai cara bahkan melalui kehadiran-Nya sendiri ke dalam dunia itu menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai seorang Kristen (Amsal 9:10). Kita dapat meresponi kehadiran Allah dalam hidup kita dengan kita rindu mengetahui dan mengenal-Nya semakin dalam lagi atau kita dapat meresponi kehadiran Allah dalam hidup kita dengan kita tidak mempunyai kerinduan untuk mengetahui dan bahkan mengenal Dia yang sudah menyatakan diri-Nya kepada seluruh manusia. (HH)