Perjalanan Kehidupan Seorang Pemenang
Setiap kita mudah terkagum melihat keberhasilan atau kehebatan seseorang. Kita pun sering berpikir, “Asyik sekali bisa menjadi seorang pemenang.” Tetapi tahukah kita berapa besar usaha perjuangan yang mereka lakukan untuk bisa berhasil menjadi pemenang? Seorang atlet untuk bisa naik ke podium utama, mereka harus berlatih setiap hari bahkan lebih keras dari orang lain, harus memperhatikan setiap kalori, protein makanan yang mereka makan, dan ada berbagai disiplin lainnya yang harus mereka taati. Sungguh, perjuangan yang tidak mudah. Namun, saat menang, tentu mereka akan mendapatkan banyak pujian.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita juga sedang menghadapi perlombaan, dan perlombaan ini wajib untuk kita ikuti (lih. Ibrani 12:1). Setiap anak Tuhan yang berhasil mengikuti perlombaan ini sampai akhirnya, akan ada hadiah yang diberikan kepadanya. Seperti yang dicatat dalam Kitab Wahyu, Yesus menjanjikan “upah” kepada setiap jemaat yang menang (2:7, 11, 17; 3:5, 12, 21). Bahkan di akhir Kitab Wahyu, Yesus menjanjikan berkat yang berlimpah kepada mereka yang menang, dikatakan “Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku” (21:7). Semua akan diberikan, hadiah-hadiah yang akan kita peroleh jika kita menang dalam perlombaan ini. Perlombaan apa yang kita harus kita ikuti saat ini?
Perlombaan Iman Yang Benar
Setiap anak Tuhan wajib mengikuti perlombaan iman yang benar. Seperti yang Paulus katakan kepada Timotius “Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar” (1Tim. 6:12). Hal yang sama diserukan Yesus melalui Yohanes kepada tujuh jemaat di Kitab Wahyu. Yesus meminta mereka untuk berjuang mempertahankan iman yang benar di dalam situasi dan kondisi yang sedang mereka hadapi. Saat itu, jemaat di tujuh gereja menghadapi tekanan sosial, budaya, keamanan, dan ekonomi. Mereka tinggal di lingkungan penyembah berhala (Why. 2:13) dan ada banyak pengajaran sesat yang muncul di sekitar mereka. Tantangan yang berat bagi mereka untuk teguh dalam iman. Oleh karena itu, ada di antara mereka yang terseret di dalamnya (Why. 2:14-15, 20). Ada juga di antara mereka yang tergelincir karena kenyamanan hidup yang membuat mereka terlena dan kompromi (Why. 2:4; 3:2, 16-17). Yesus mengetahui kondisi situasi mereka, Ia pun mendorong mereka untuk tetap teguh di dalam iman kepercayaan mereka kepada-Nya.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi situasi kita saat ini. Pandemi Covid-19 bukan hanya mengancam kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya, tetapi juga kerohanian kita. Iman kita sedang diuji, apakah kita mengasihi Dia, tetap setia, dan semangat mencari Dia? Tidak ada lonceng gereja yang dibunyikan, tidak ada yang melihat kehadiran kita saat ibadah, apakah kita bisa tetap beribadah dengan hati yang takut akan Tuhan, tetap rindu kepada-Nya? Internet yang semakin kencang dan kuota yang semakin besar, apakah membawa kita terlena ke dalam dunia media sosial atau membawa kita masuk ke dalam persekutuan dengan saudara seiman melalui zoom atau media lainnya? Yesus tahu kondisi dan situasi kita saat ini, Ia pun mendorong kita untuk tetap teguh di dalam iman kepercayaan kita kepada-Nya. Bagaimana supaya iman kita tidak goyah dan bisa menang menghadapi kondisi ini?
Rahasia Untuk Menang
Kondisi situasi yang kita hadapi ini sangat nyata dan benar-benar sulit untuk dijalani, namun tidak berarti kita tidak bisa melakukan sesuatu dan menang. Setiap kita bisa menjadi seorang menang dengan tetap setia berpegang teguh dalam iman yang benar, yaitu dengan cara:
- Mengarahkan pandangan kepada Yesus
Mata yang tertuju pada garis finish adalah hal yang penting bagi seorang atletik, jika mau menang. Coba bayangkan jika fokus mereka ke kanan, ke kiri, ke atas, ke bawah apa yang terjadi? Demikian juga, dengan pertandingan iman kita. Pada saat kita masuk ke gelanggang pertandingan iman, jika mata kita tertuju kepada dunia, yaitu: godaan dan segala permasalahannya, maka hati kita akan langsung terpikat dan menciut. Iman kita akan goyah dan jatuh tergelincir ke dalamnya. Sebaliknya, jika mengarahkan mata, hati, dan pikiran kita kepada Yesus, maka kita akan mendapat kekuatan dan keberanian untuk menghadapinya dan mendapatkan hikmat untuk melihat segala hal dengan sangat jelas. Karena itu, penulis Surat Ibrani mendorong orang percaya untuk mengikuti perlombaan yang diwajibkan ini dengan mata yang tertuju kepada Yesus (lih. Ibr 12:1-2). Artinya apa pun keadaan kita pastikan mata, hati, pikiran kita selalu melekat kepada Yesus, tetap memandang Dia, berharap, dan hanya menantikan pertolongan-Nya. Dengan berharap pada-Nya, Yesus akan memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Hati kita pun akan mendapatkan kekuatan, keberanian, damai sejahtera, dan sukacita di tengah situasi kondisi yang kita hadapi saat ini, sebab kita tahu di dalam situasi yang paling buruk sekali pun ada Yesus yang selalu menemani kita. Dengan demikian, kita akan keluar sebagai seorang pemenang, karena berhasil menaklukannya. Karena itu, maju terus dan tetap semangat. - Memiliki Firman Tuhan (Wahyu 3:10)
Agar bisa maju terus dan tetap semangat, kita perlu firman Tuhan. Firman Tuhan ini seperti vaksin yang akan membentuk antibodi untuk melindungi kita dari serangan “virus” yang menakutkan dan mematikan. Firman Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk bangkit melawan “virus-virus” itu. Kita diberikan hikmat kemampuan untuk melihat segala hal yang sedang kita hadapi dengan sangat jelas. Bahkan dari setiap masalah itu, kita bisa belajar sesuatu yang membangun, yang membuat kita semakin memahami arti kehidupan. Inilah kekuatan firman Tuhan, yang dirasakan Pemazmur. Firman Tuhan meneguhkan dia, saat hatinya berduka; memberikannya kelegaan, kebijaksanaan, pengetahuan, dan kemampuan menghadapinya, sehingga dia bisa menang dan bersukacita (lih. Maz. 119). Jadi firman Tuhan adalah vaksin yang luar biasa, yang menguatkan, memampukan kita untuk selalu memandang pada Yesus, dan bersama Yesus kita menang.
Dari sini kita dapat melihat, penentuan perjalanan kehidupan seorang pemenang dalam iman, bukan mengandalkan kemampuannya dan juga bukan dengan kepandaiannya sendiri, tetapi dengan mata yang selalu memandang pada Tuhan Yesus dan berpegang pada firman Tuhan sebagai dasar untuk kita selalu teguh di dalam-Nya.(NS)