Supremasi Kristus
Membicarakan Kristus tidak akan pernah membosankan karena penuh dengan perdebatan. Diantara semua doktrin yang ada dalam kekristenan, salah satu yang terus-menerus mendapatkan serangan dari berbagai kalangan adalah tentang siapa Kristus. Menurut buku “Kristus Yang Tiada Tara”, sentralitas Yesus terlihat menonjol dalam tiga bidang: Yesus adalah pusat dari sejarah, Yesus adalah fokus dari Kitab Suci, dan Yesus adalah inti dari misi.
Perdebatan mengenai identitas Kristus bersumber dari pengakuan atas diri-Nya yang tercatat dalam Alkitab. Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah (Mat. 27:43; Yoh. 10:36; 19:7), menyamakan diri-Nya dengan Allah Bapa (Yoh. 10:30; 14:9), menyatakan diri-Nya dapat mengampuni dosa (Mat. 9:2; Mrk. 2:5; Luk. 10:30; 14:9), dan masih banyak lagi klaim Yesus yang kontroversial tentang diri-Nya sendiri. Itu sebabnya respon dari orang-orang Yahudi dan ahli-ahli Taurat adalah menuduh Yesus telah menghujat Allah (Mat. 9:3; Mrk. 2:7 Yoh. 10:33).
Beberapa orang berusaha melihat berbagai kemungkinan tentang siapakah Yesus berdasarkan klaim atas diri-Nya tersebut. Berbagai pengakuan Yesus tersebut mendorong orang mengambil kesimpulan apakah pengakuan-Nya benar atau salah. Jika benar, maka Yesus adalah seperti yang diklaim-Nya berdasarkan catatan Alkitab, tetapi jika pengakuan-Nya tidak benar, maka ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
Pertama, Yesus mungkin seorang Gila. Argumentasi ini didasarkan anggapan bahwa apa yang disampaikan oleh Yesus tidak benar dan Yesus tidak sadar atau tidak tahu bahwa yang disampaikan-Nya itu salah. Hanya orang gila yang tidak memiliki kesadaran bahwa sesuatu yang dilakukan atau disampaikan itu salah.
Kedua, Yesus mungkin seorang Pendusta. Argumentasi ini didasarkan anggapan bahwa Yesus bisa jadi secara sengaja menyampaikan identitas-Nya secara salah. Sesungguhnya Dia adalah manusia biasa, tetapi Dia mengaku Anak Allah; Yesus tidak bisa mengampuni dosa tetapi mengaku bisa mengampuni dosa. Dengan demikian Dia adalah seorang pendusta karena dengan sengaja memberikan keterangan palsu di depan orang banyak.
Ketiga, Yesus mungkin seorang Bodoh. Argumentasi ini didasari atas akibat yang dialami oleh Yesus karena pengakuan-Nya. Dia tahu bahwa pengakuan-Nya adalah salah, tetapi Dia tetap mempertahankan pengakuan-Nya, hingga Dia harus menerima siksaan, hujatan sampai kematian. Dia bodoh karena Ia mati untuk pengakuan yang salah.
Ketiga argumentasi di atas sangat lemah, karena tidak ada seorang pun di dunia yang pernah dan mampu membuktikan bahwa Yesus adalah seorang gila (atau hilang ingatan), atau membuktikan selama Yesus hidup di dunia Dia pernah berdusta atau melakukan kebohongan kepada para murid atau orang yang mengikuti-Nya. Pilatus yang menghukum mati Yesus pun 3x berkata bahwa dirinya tidak mendapati kesalahan apa pun pada Yesus (Yoh. 18:38b; 19:4, 6). Dan… apakah Yesus orang yang bodoh? Tentu tidak, karena Dia memiliki para pengikut yang militan dan membawa perubahan dalam kehidupan, bahkan Yesus menjadi idola bagi beberapa tokoh besar agama yang pernah ada, seperti Mahatma Gandhi.
Salah satu supremasi Kristus terlihat dengan jelas ketika Dia berkata: “Akulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6). Pernyataan ini menunjukkan tiga hal tentang supremasi Kristus dalam kehidupan.
Pertama, Yesus adalah Jalan. Ini berarti Yesus menjadi jalan keselamatan melalui kematian-Nya di kayu salib. Ketika dosa memasuki kehidupan manusia, hal utama yang dirusak adalah relasi antara Allah dan manusia. Dosa memisahkan manusia berdosa dengan Allah yang Kudus. Kematian Yesus mendamaikan relasi yang rusak tersebut. Yesus tidak berkata: “Aku tahu jalan ke surga”, tetapi Dia berkata: “Akulah Jalan itu”. Ini selaras dengan peran-Nya sebagai Imam Besar Agung yang menjadi perantara antara manusia berdosa dengan Allah yang Kudus. Pribadi-Nya dan karya-Nya di kayu salib, menjadi satu-satunya jalan kepada Bapa dan tidak ada yang lain (Kis. 4:12), karena kematian-Nya telah membuka jalan bagi kita untuk menerima anugerah keselamatan dari Allah.
Kedua, Yesus adalah Kebenaran Absolut. Yesus adalah personifikasi dan perwujudan dari kebenaran sebab Dia berkata, “Akulah kebenaran itu,”. Ketika Yesus berkata “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku” (Yoh. 14:7), Dia ingin menyampaikan kepada para murid bahwa mengenal Yesus adalah sama dengan mengenal Bapa. Ketika Yesus berkata: “Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia”, Dia ingin menyatakan tentang perwujudan Bapa dalam diri-Nya, sebab bagi orang Yunani, Allah tidak terlihat dan keberadaan Yesus adalah perwujudan keberadaan Allah yang tidak terlihat itu. Kebenaran yang Absolut (Allah) bisa dikenal karena yang Absolut telah menjadi konkret dalam sejarah melalui pribadi Yesus.
Ketiga, Yesus adalah Hidup. Kehidupan adalah sesuatu yang paling berharga bagi manusia sehingga Yesus pernah berkata: “apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?”. Yesus datang supaya manusia memiliki kehidupan (Yoh. 10:10) dan hasil utama dari karya penyelamatan Kristus adalah kehidupan kekal bagi manusia yang percaya kepada-Nya (Yoh. 3:16; 5:24). Melalui Yesus, relasi manusia yang rusak dipulihkan; manusia mendapatkan kebebasan dari perbudakan dosa dan pada akhirnya ada jaminan akan hidup kekal.
Setiap kali kita merayakan kematian dan juga kebangkitan Kristus, biarlah mata kita terbuka akan supremasi Kristus dalam hidup kita. Kristus adalah Jalan, Kristus adalah Kebenaran dan Kristus adalah Kehidupan. Marilah kita menaruh pengharapan dan kepercayaan kita hanya kepada-Nya.