Teologi pengucapan syukur
Teologi terkait erat dengan ucapan syukur. Teologi adalah pengetahuan akan Allah yang harus membawa manusia untuk mengucap syukur. Saat seseorang mengenal Allah, ia harus mengucap syukur. Jika ia gagal melakukannya, ia tidak dapat dikatakan seorang percaya. Mengucap syukur adalah lakmus yang membedakan antara orang percaya dan orang tidak percaya. Roma 1 menegaskan bahwa manusiadisebut fasik dan lalim bukan karena tidak mengenal Allah, tetapi “sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya” (Rm 1:21). Maka, tidak tahu berterimakasih (ingratitude) kepada Allah adalah dosa (Rm 1:18). Ortodoksi (doktrin yang benar) tidak terpisahkan dari ortopraxy (perilaku yang benar).
Dalam dalam hal apa kita bersyukur? Orang percaya harus belajar mengucap syukur atas segala sesuatu (Ef.5:20). John Gill(1697-1771), seorang teolog Puritan Inggris, dalam karyanyaA Body of Practical Divinity, pasal 13, menjelaskan dengan detail apa saja yang dimaksudkan mengucap syukur atas segala sesuatu. Saya rangkumkan pengajarannya sebagai berikut.
Pertama, kita mengucap syukur atas belas kasih Allah yang bersifat jasmani dan sementara. Yang pertama adalah keberadaan kita. Tidak ada yang dapat memberikan keberadaan selain Allah sendiri. Dia adalah Sumber segala yang diciptakan. “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis 17:28), yakni, keberadaan kita dari Dia dan ditopang olehNya (Mzm 100:3,4).
Kita juga bersyukur untuk hidup kita yang datang dari Allah. Allah “memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang” (Kis 17:25). Beberapa ciptaan memiliki keberadaan, tetapi tidak memiliki hidup,misalnya, batu, air, dsb. Ada yang hidup, tetapi tidak bergerak,misalnya, tumbuh-tumbuhan. Ada makhluk hidup yang bergerak, tetapi tidak berakal, misalnya binatang. Tetapi Allah memberikan kita roh, yang hidup dan berakal budi.
Selanjutnya kita bersyukur untuk pemeliharaan Allah atas hidup dan keberadaan kita. Ia menjaga roh kita. Ia memelihara jiwa kita. Kita patut memuji Dia yang memelihara semua ciptaan (Neh.9:5-6). Kita juga bersyukur atas kesehatan kita, dan pemulihan ketika kesehatan terganggu. Kesehatan adalah belas kasih Allah yang amat berharga yang tanpanya berkat-berkat lain tidak dapat dinikmati. Kita juga bersyukur, bukan hanya untuk kesehatan, tetapi juga untuk makanan dan pakaian, dan segala sesuatu yang dapat kita pikirkan(1Tim.4:4). Sepertinya, kebaikan satu ciptaan terkait erat dengan ucapan syukur atasnya. Bagi orang yang tidak tahu bersyukur, tidak ada yang baik. Bagi orang yang tahu bersyukur, segalanya baik dan bersyukur kepada Allah atasnya.
Kedua, kita bukan saja bersyukur atas belas kasih yang jasmani dan sementara, tetapi juga atas yang rohani dan kekal.Bersyukurlah atas Injil dan pelayanan Injil. Berbahagialah mereka yang mendengarkan hikmat Allah, yakni Injil (Ams 8:34). Maka bersyukurlah jika engkau dilahirkan di tanah dimana Injil dapat dikabarkan dengan bebas. Bersyukurlah untuk para pelayan Injil, para pendeta dan penginjil.
Bersyukurlah kepada Allah yang telah memilih kita untuk menerima keselamatan (Mzm 135:3-4), sebab pemilihan-Nya bukan berdasarkan perbuatan kita, tetapi semata-mata oleh anugrah-Nya (Rm 11:5). Bersyukurlah atas penebusan kita oleh anugrah-Nya (Mzm 103:1-4).Kita telah ditebus dari antara manusia, dari berbagai kaum dan bahasa. Kita telah dibeli dengan harga yang mahal, dengan darah Yesus Kristus. Kita telah ditebus dari berbagai-bagai belenggu:dari kesalahan dan dosa-dosa kita, dari Setan yang menawan kita, dari kutukan Hukum Taurat, dari neraka dan murka, dan dari setiap musuh jiwa kita. Dan penebusan-Nya adalah untuk selama-lamanya (Ibr 9:12).Bersyukur atas pengampunan dosa-dosa kita (Mzm 103:1-3), karena pengampunan-Nya bukan saja gratis tetapi juga utuh dan komplit (Kol.2:13).
Bersyukur atas pengangkatan kita menjadi anak-anak Allah yang Ia lakukan berdasarkan anugrah-Nya (Ef.1:3,5). Sebagai makhluk yang sepatutnya dimurkai, Ia telah menjadikan kita biji mata-Nya. Sebagai anak-anak-Nya kita memiliki kebebasan untuk akses kepada Allah, Bapa kita di surga. Kita memiliki hak atas warisan surgawi. Kita bersyukur atas pembaruan roh kita yang sepenuhnya berdasarkan anugrah dan belas kasih Allah. Dengan kelahiran baru kita akan melihat Kerajaan Allah (Yak.1:18; Yoh.1:13).
Kita juga bersyukur karena kemenangan atas musuh-musuh rohani kita, untuk anugerah yang memungkinkan kita bertahan dalam iman dan kesucian. Dosa dan kematian menghalangi kita. Namun kita bersyukur karena di dalam Kristus kita mampu melalui halangan-halangan tersebut (Rm 7:23,24;1 Kor.15:57). *** PD