Tujuh pengertian sabat
Pertama, hari Sabat adalah hari Tuhan Allah sendiri, tidak ada orang yang boleh ikut campur dan berbagian di dalamnya. Allah Tritunggal menciptakan segala sesuatu, setelah enam hari dan semuanya jadi, hari ketujuh Ia istirahat. Bukan berarti Allah tidak bekerja. Ia berhenti dari pekerjaan penciptaan. Akhir dari pekerjaan penciptaan adalah awal dari pekerjaan memelihara ciptaan. Itu sebab Tuhan Yesus katakan, "Bapa-Ku bekerja sampai hari ini."
Kedua, hari Sabat yang tidak jelas, karena belum diberikan Taurat, belum diberikan suatu ketentuan bagi orang-orang yang dicipta. Sejak Adam sampai Musa, tidak jelas apakah orang memelihara hari Sabat atau tidak.
Ketiga, hari Sabat yang diperintahkan di dalam Keluaran 20. Di dalam Sepuluh Hukum hanya ada satu hukum mengenai hari, yaitu selama tujuh hari, engkau bekerja enam hari dan berhenti satu hari. Ini cara Tuhan, Ia memberikan cara ini kepada bangsa Israel supaya mereka memelihara hari Sabat, karena mereka pernah menjadi budak di tanah Mesir, sekarang Tuhan melepaskan mereka dan memberikan Sabat kepada mereka. Jadi, hari Sabat orang Israel adalah karena mereka pernah menjadi budak di tanah Mesir. Pelepasan dari Tuhan itu menjadi simbol keselamatan; dan keselamatan itu bukan saja memberhentikan kita dari berbuat dosa, mengampuni kita dari semua dosa yang sudah diperbuat, tetapi membuat kita memperoleh hubungan perdamaian kembali dengan Tuhan, mendapatkan istirahat rohani kita di pangkuan Tuhan.
Keempat, hari Sabat yang tertulis di dalam Kitab Yeremia, "Pada hari itu orang tidak lagi mengatakan, aku pernah diperbudak di Mesir, tetapi orang akan mengatakan, aku pernah di tawan di Babel." Mereka memelihara dan merayakan hari Sabat karena mereka pernah ditawan di Babel dan Tuhan telah melepaskan mereka kembali ke Tanah Perjanjian. Jadi, di sini yang penting bukan harinya, tetapi alasan mereka memelihara hari Sabat itulah yang penting, yaitu karena Tuhan campur tangan melepaskan mereka dan Tuhan memberikan sejahtera kepada mereka, dengan mengeluarkan mereka dari belenggu yang mereka alami.
Kelima, hari Sabat dari Tuhan Yesus Kristus. Disebut sebagai Paradoxical Sabbath, karena menurut orang Yahudi, Yesus melanggar hari Sabat karena Dia bekerja, tetapi menurut orang Kristen, Yesus tidak melanggar hari Sabat. Orang Yahudi hanya mengerti hari Sabat dan Hukum Keempat secara harfiah sehingga mereka tidak dapat mengerti ketika Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat itu, yang sesungguhnya Ia sedang memberikan pengertian yang benar tentang hari Sabat. Pertama, Yesus mengerjakan pekerjaan mujizat pada hari Sabat untuk membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan Allah (istilah mujizat dalam Alkitab adalah tanda / tanda Allah). Ia menyembuhkan orang lumpuh dengan mengatakan, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dengan kuasa Allah yang bekerja menjadi tanda bahwa Dia adalah Allah. Yesus juga mengatakan dosamu sudah diampuni. Bagi orang Farisi ini penghujatan terhadap Allah karena hanya Allah yang punya hak untuk mengampuni dosa. Yesus menjawab, "Manakah lebih mudah mengatakan, dosamu sudah diampuni atau bangun dan berjalanlah?" Yesus menyuruh orang itu bangkit dan berjalan untuk membuktikan bahwa Dia memiliki kuasa Allah. Kedua, ketika orang Farisi menuduh bahwa Yesus melanggar hari Sabat, Yesus memberikan sebuah prinsip, "Hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat." Manusia yang dicipta oleh Tuhan dapat memperoleh peristirahatan, itu menjadi yang utama, bukan peristirahatan menjadi yang utama. Tuhan adalah satu-satunya pengatur dan penguasa hidup kita. Kita diciptakan oleh Tuhan dan diberi daya cipta untuk menciptakan hal-hal yang lain. Kita diatur oleh Tuhan dan diberi kekuatan untuk mengatur segala sesuatu. Jadi kita menjadi tuan atas segala sesuatu yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Kita diatur oleh Tuhan, lalu kita mengatur segala sesuatu yang kita miliki. Maka hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Justru manusia melalui hari Sabat mendapatkan kebebasan. Dan kalau ikatan Taurat itu adalah perintah dari Tuhan, maka itu adalah ikatan yang membebaskan. Orang Israel sudah menjadi budak di Mesir, lalu Tuhan melepaskan mereka dan memberikan Sabat kepada mereka. Itu sebab manusia lebih penting daripada harinya.
Keenam, hari Sabat yang ada di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yaitu hari Minggu. Hari Sabat orang Yahudi adalah hari Sabtu, sedangkan kebaktian orang Kristen adalah pada hari Minggu. Karena Tuhan Yesus bangkit pada hari Minggu, maka orang Kristen berbakti di hari Minggu. Hari Minggu adalah hari pertama, pagi-pagi mereka menemukan kuburan Yesus kosong dan itu dikonfirmasi oleh malaikat, "Mengapa mencari orang hidup ditengah-tengah orang mati?" Kebangkitan-Nya menjadi suatu era baru, karena dosa sudah dilenyapkan kuasanya, kuasa gelap dikalahkan, hukuman kutukan sudah ditanggung. Sekarang kita boleh beristirahat di dalam Tuhan Yesus yang telah melepaskan kita dari dosa, yang memberikan jaminan, memberikan perdamaian, dan memberikan hidup yang baru, karena Dia sudah mati dan bangkit bagi kita. Di dalam Perjanjian Lama, Allah telah melepaskan orang Israel yang dulunya diperbudak di Mesir, di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus telah melepaskan kita yang dulunya di bawah kuasa dosa. Jadi, arti hari Sabat adalah pelepasan dari belenggu, dari perbudakan, dari kerja berat di bawah dosa. Kita menikmati Sabat berarti kita menikmati perdamaian, sejahtera sentosa, dan peristirahatan, karena Kristus bangkit pada hari yang pertama dan hari itu menjadi harinya Tuhan, maka kita bekerja enam hari dan berhenti pada hari Minggu dan datang kepada Tuhan.
Ketujuh, makna Sabat yang sebenarnya sudah tertulis di dalam Pentateukh dan dikutip dalam Kitab Ibrani, "peristirahatan itu" (that Sabbath) adalah suatu perhentian yang bukan "hari," karena tidak disebut "hari Sabat" melainkan "that Sabbath." Tuhan berkata kepada bangsa Israel, "Nenek moyangmu telah mencobai Aku selama 40 tahun di padang belantara, mereka tidak beriman, bersungut-sungut, dan tidak pernah bersyukur. Itu sebab Aku bersumpah demi Aku, Aku tidak akan membawa mereka masuk ke dalam peristirahatan itu, Aku tidak akan memimpin mereka masuk ke dalam perhentian itu." Jadi bukan mengenai hari, melainkan mengenai peristirahatan itu. Peristirahatan itu betul-betul diberikan kepada kita dari hati Tuhan. Tuhan memimpin kita hingga pada suatu hari kita akan berhenti dari segala kelelahan, sakit penyakit, dan kita sudah selesai di dunia, kita akan masuk dalam peristirahatan itu untuk bersama dengan Yesus Kristus sampai selama-lamanya, menikmati dan mengalami perdamaian abadi.
Ringkasan dari buku Stephen Tong, Iman dan Kehidupan Orang Kristen: Sepuluh Hukum Allah (Surabaya: Momentum, 2017), hal. 300-312.