Bagikan artikel ini :

Bahaya Kerakusan

Lukas 16:19-25

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya mtidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”
- Lukas 12:15

Apakah perbedaan antara “makan untuk hidup” dengan “hidup untuk makan”? Mana yang menjadi prinsip hidup Anda?

Makanan adalah kebutuhan dasar hidup manusia yang telah ada semenjak dunia dijadikan (Kej. 1:29). Makanan juga adalah salah satu cara Allah untuk mengingatkan bahwa manusia akan selalu bergantung pada sesuatu di luar dirinya untuk dapat bertahan hidup. Lebih daripada itu, makanan bisa menjadi sesuatu yang kita idamkan. Kondisi mengidamkan suatu makanan bisa jadi merupakan perwujudan dari keinginan yang lebih dalam (Kej. 3:6). Kerakusan (gluttony) adalah keinginan yang berlebihan akan makanan. Manusia bisa makan berlebihan karena tersedianya makanan yang berlimpah dan/atau kehausan batin akan kenikmatan makanan tersebut. Dalam hal ini, makanan bukanlah menjadi alat untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi menjadi alat untuk memenuhi keinginan kita akan kenikmatan.

Kerakusan berbahaya karena bisa merusak relasi kita dengan sesama. Melalui bacaan Alkitab hari ini kita melihat bagaimana kerakusan berkaitan erat dengan ketidakadilan sosial. Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang yang begitu kaya dan sanggup makan minum begitu banyak, sementara di sebelahnya tinggallah orang miskin yang kelaparan sehingga harus mengais remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya tersebut. Selain itu, jemaat gereja mula-mula di Korintus juga jatuh ke dalam dosa kerakusan yang menyebabkan perpecahan di antara mereka (1Kor. 11:21). Karena kerakusan manusia lebih mementingkan kenikmatan bagi tubuhnya, padahal ia mungkin sadar ada banyak orang lain di sekitarnya yang kelaparan. Namun, ingatlah bagaimana Filipi 3:19 memperingatkan kita demikian, “Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.”

Marilah meminta kepada Tuhan Yesus untuk memberikan penguasaan diri supaya kita dibebaskan diri dari ikatan makanan atau minuman tertentu. Selain itu, mintalah juga hati yang peka terhadap orang-orang yang kelaparan dan berkekurangan. Kiranya kita dapat menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang-orang tersebut sehingga mereka dapat melihat dan merasakan kasih Allah memenuhi hidup mereka.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sering memasak atau membeli makanan secara berlebihan sehingga tersisa dan pada akhirnya terbuang?
  • Bagaimana cara Anda memperhatikan kebutuhan orang-orang di sekitar Anda, serta berbagi dengan mereka yang kesuliatan memenuhi kebutuhan dasar hidup?