Bagikan artikel ini :

Biduan Cinta

Kidung Agung 8:6-7

Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
- Kejadian 2:24

Tiada penulis dapat menuturkan kisah cinta sedahsyat dan semanis kisah sepasang kekasih di dalam kitab bacaan ini sampai-sampai dimasukkan ke dalam kanon Alkitab dengan nama “Kidung Agung”. Siapakah gerangan sepasang kekasih ini?

Kebanyakan penafsir, baik dari kalangan Kristen maupun agama Yahudi, melihat sepasang kekasih ini sebagai gambaran alegoris Tuhan dan umat-Nya, entah sebagai Israel (penafsir Yahudi) maupun Gereja (penafsir Kristen). Namun, di balik tradisi alegoris tersembunyi sebuah pemikiran bahwa Tuhan tidak mungkin mengurus hubungan suami-istri. Seolah-olah Tuhan hanya mengurus yang “kudus” dan hubungan suami-istri tidak cukup kudus.

Saya jadi teringat isu tahun lalu mengenai KUHP yang sempat heboh dikritisi, “Berhakkah negara ikut campur urusan ‘selangkangan’?” Terlepas dari apakah negara berhak atau tidak, apa salahnya kalau Tuhan mengurus masalah ini? Bukankah Tuhan yang mendirikan institusi pernikahan? Hanya ada dua institusi yang didirikan Tuhan: keluarga dan gereja. Menariknya, yang terdahulu didirikan adalah keluarga.

Bagi Tuhan, hubungan suami-istri begitu penting, bahkan lebih penting daripada hubungan anak dengan orangtua. Ayat emas mengindikasikan bahwa akhir dari hubungan anak dan orangtua adalah ketika sang anak menikah dan harus meninggalkan orangtuanya. Namun, kapankah hubungan suami-istri berakhir? “Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita.” Akhir hubungan suami-istri adalah akhir hayat! Jika ada kitab yang berisi nasihat-nasihat ayah kepada anaknya (Ams. 1:8-19), mengapa tidak boleh ada kitab yang berbicara mengenai hubungan suami istri?

Tuhan tahu umat-Nya memiliki tendensi melihat hubungan suami-istri sebagai sesuatu yang tidak penting, di luar ranah “rohani.” Ini adalah strategi Iblis agar orang Kristen menganggapnya tabu dibicarakan di mimbar gereja, lebih-lebih jika menyangkut seks. Itulah sebabnya Tuhan mengaruniakan sebuah kitab yang khusus berbicara tentang kehidupan berpacaran, pertunangan, dan pernikahan.

Jadi, kisah siapakah Kitab Kidung Agung? Kisah cinta Salomo dan gadis Sulam. Namun, ini juga adalah kisah yang ingin Tuhan temukan dalam hidup setiap suami-istri yang telah mengucapkan janji pernikahan di hadapan-Nya, termasuk Anda dan pasangan Anda.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana selama ini Anda mamandang hubungan suami-istri?
  • Apakah Anda memisahkan hubungan ini dari kerohanian Anda? Jika iya, mengapa?