Bagikan artikel ini :

Bukan Kuda Tetapi Keledai

Matius 21:1-11

Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
- Matius 21:5

Kuda adalah simbol keperkasaan dan kuasa bagi raja-raja dan pemimpin-pemimpin dunia. Napoleon, George Washington, Alexander Agung, dan pahlawan-pahlawan dari berbagai belahan dunia dan masa, sering diceritakan bersama kuda-kuda mereka yang gagah perkasa. Kuda tertentu bahkan memiliki peranan penting bagi kesuksesan sang pahlawan sehingga ia dikenal dengan namanya. Napoleon mempunyai kuda yang bernama Morengo, Alexander Agung punya Bucephalus, dan Lu Bu serta Guan Yu, pahlawan-pahlawan dalam cerita klasik Tiongkok, San Guo, punya Chi Tu (Kelinci Merah). Dengan simbol demikian maka tidak mengherankan ketika pahlawan-pahlawan memasuki negeri atau kota yang mereka taklukkan, mereka masuk dengan menunggangi kuda diiringi beribu-ribu tentara di belakangnya.

Gambaran ini berbeda ketika Yesus Kristus memasuki kota Yerusalem. Dia tidak menunggang kuda putih yang gagah perkasa. Yesus menunggang seekor keledai beban yang muda dan berbeda dengan kuda, tidak bernama sama sekali. Menurut standar dunia, apa yang dilakukan Yesus adalah tidak lazim. Namun, bagi orang Israel menunggang seekor keledai adalah biasa dan wajar. Menunggang seekor keledai adalah umum, bukan saja bagi orang biasa di Israel, tetapi juga bagi raja-raja dan pemimpin-pemimpin Israel pada zaman itu. Dapat dikatakan, berbeda dengan raja-raja dari negeri lainnya, raja-raja Israel tidak diperbolehkan menunggang kuda (bdk. Hos. 14:4). Misalnya, Saul, Daud, Salomo, tidak menunggang kuda, tetapi keledai.

Dengan menunggang keledai memasuki kota Yerusalem, Yesus menyatakan diri-Nya adalah Mesias yang dijanjikan. Dia bukan seperti pemimpin dunia yang menunggang kuda dan memerintah dengan tangan besi. Yesus seperti raja-raja Israel yang akan memerintah dengan penuh damai sejahtera. Yesus bukan seperti para pemimpin dunia yang bermegah atas kereta kuda mereka, tetapi Dia adalah raja Israel yang hanya bermegah atas nama Tuhan (bdk. Mzm. 20:8).

Bagi kita yang dianugerahi Tuhan sebagai pemimpin, teladani sikap Yesus yang memimpin umat dengan kasih dan lemah lembut, tapi juga tegas dalam pengajaran. Jadilah pemimpin yang melayani, yang dengan sikap rendah hati tidak mencari pengakuan dari manusia melainkan yang membiarkan orang yang dipimpinnya mengakui keberadaan dan kemuliaan Tuhan.

Refleksi Diri:

  • Sebagai pemimpin, apakah Anda memimpin dengan menunggangi kuda yang perkasa atau keledai yang lemah lembut seperti Yesus Kristus?
  • Saat Anda melayani, apakah kita bersedia melayani dengan rendah hati dan tanpa mencari nama dan pengakuan dari sesama?