Bagikan artikel ini :

Ego Sebesar Dunia

Kidung Agung 6:4

dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus.
- Efesus 5:21

Nama kecil, ego besar” (small name, big ego) adalah sebutan untuk orang-orang yang reputasinya tidak mengikuti egonya. Mungkin tidak banyak orang seperti ini yang kita kenal karena budaya timur cenderung menutupi egonya demi sopan santun, khususnya terhadap orang asing. Kemungkinan orang dengan ego terbesar adalah orang yang sangat Anda kenal, yakni pasangan Anda (dan mungkin begitu pula yang dipikirkan pasangan Anda).

Kualitas baik Raja Salomo banyak kita ketahui. Sebagai raja, ia tidak mempertahankan ego (setidaknya terhadap kekasihnya). Sekilas info tentang Salomo, ia adalah raja seluruh Israel sebelum pecah. Karena itu ia menyebut istrinya seperti Tirza (salah satu kota di Israel Utara) dan Yerusalem (ibukota Yehuda Selatan). Salomo adalah raja yang membangun bait Allah, bandingkan dengan Daud yang tidak bisa melakukannya. Ia adalah raja paling kaya dan berhikmat di bumi (1Raj. 10:23) sehingga kerajaan-kerajaan lain membayar upeti kepadanya. Di bawah pemerintahannya, Israel menjadi adikuasa.

Namun, apa yang Salomo lakukan setelah istrinya mengabaikannya? Ia tidak berpikir, berani-beraninya gadis penjaga kebun anggur itu mengabaikan seorang raja! Dia pikir dirinya siapa? Kita bisa membayangkan para pembesar Salomo menghasutnya untuk menceraikan istrinya yang kurang ajar, seperti yang dilakukan pembesar Ahasyweros ketika Wasti tidak mengindahkannya (Est. 1:13-22). Betapa kagetnya mereka ketika melihat raja malah memilih menanggalkan jubah kebesarannya, mengenakan pakaian gembala, dan meninggalkan istananya. Bukannya berkata, “Ngapain aja kamu kok kemarin nggak buka pintu?!” Ia malah memuji tulus istrinya yang telah menyakitinya! Salomo, raja terbesar sepanjang sejarah Israel, punya 1001 alasan untuk mempertahankan egonya, tetapi ia justru melepaskannya demi istrinya.

Kristus juga melakukan hal yang sama. Dia menanggalkan kesetaraan-Nya dengan Allah, mengenakan kemanusiaan yang lemah, dan meninggalkan sorga untuk salib (Flp. 2:6-8)? Bayangkan kalau ego Kristus sebesar ego kita, entah bagaimana keadaan kita sekarang.

Kita bukanlah raja sehebat Salomo, mengapa kita memilih untuk mempertahankan ego dengan mendiamkan pasangan, mengucapkan kata-kata menyakitkan atau terus mengungkit-ungkit kesalahannya? Salah satu alasan terbesar pengampunan tidak bisa diberikan adalah ego yang terlampau besar.

Refleksi Diri:

  • Bagaiman respons Anda ketika ego Anda dilukai? Mendiamkan pasangan? Berkata-kata kasar? Mengungkit masa lalu? Sulit mengatakan maaf?
  • Apa yang dapat Anda lakukan agar ego tidak menguasai Anda?