Bagikan artikel ini :

Jangan Jadi Pragmatis

Ayub 23:1-17
Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.
- Ayub 23:12

Ayat di kitab Ayub ini adalah jeritan dari seorang yang tidak mengerti kenapa penderitaan, kehilangan, caci maki, dan penghinaan ia alami. Padahal Ayub menuruti perintah-Nya, mengikuti jalan-Nya, dan tidak menyimpang, tapi kenyataan yang dialaminya sungguh memilukan.

Jika hal ini terjadi pada diri kita, sanggupkah kita tetap percaya dan meyakini janji Tuhan? Ketika tekanan, penderitaan, kehilangan demi kehilangan datang, apakah kita bisa tetap fokus memandang kepada Tuhan? Apakah kita tetap memegang kebenaran firman Tuhan?

Dalam kondisi tertekan, manusia cenderung jadi pragmatis (menghalalkan segala cara) yang penting tujuan utamanya tercapai. Tidak peduli dengan cara menjilat, bermuka dua, bahkan muka sepuluh juga hayuk aja, asal tujuannya gol. Yang penting hasilnya tercapai, apa pun akan saya lakukan. Wow, mengerikan!

Orang yang pragmatis tidak tahu etika. Cenderung bengis dan sadis. Omongannya tidak bisa dipegang. Tindakannya juga tidak terduga. Mereka adalah tipe: pagar makan tanaman, mengunting dalam lipatan. Dan kita terkejut, tidak menyangka kok bisa? Sangat bisa. Karena itu, kita harus berhati-hati.

Mengapa seseorang bisa menjadi pragmatis? Karena pusat hidupnya bukanlah Tuhan, tetapi dirinya sendiri. Fokusnya bukan Tuhan, tetapi keadaan dan kondisi pribadinya. Orang seperti ini akan cepat berubah keputusan sesuai dengan keadaan.

Jangan sampai kita jadi orang pragmatis. Belajarlah dari kisah hidup Ayub. Ayub luar biasa, seorang pejuang iman. Ia berani menghadapi kenyataan walaupun berbeda dengan harapan. Ia tetap berusaha hidup sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan dan tidak menyalahkan Tuhan atas kondisi yang dihadapinya. “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” (Ayb. 1:22). Tujuannya hanya untuk Tuhan, bukan karena keadaan atau kondisinya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sedang tergoda untuk menjadi pragmatis? Mau jadi kacang lupa kulit? Sedang berpikir untuk mengunting dalam lipatan? Ayo Ber-to-bat! Daripada jadi pragmatis, mending jadi romantis. Daripada tersenyum sinis, mending tersenyum manis.

Refleksi Diri:

  • Keadaan bisa buat orang jadi pragmatis. Sudahkah Anda tetap berfokus pada Tuhan saat menghadapi keadaan yang sulit?
  • Apa yang Anda teladani dari Ayub ketika menghadapi situasi kehidupan yang menekan?