Bagikan artikel ini :

Jangan Malu Bersaksi Tentang Injil

2 Timotius 1:3-18

Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
- 2 Timotius 1:8

Setiap manusia pasti pernah mengalami perasaan malu. Rasa malu pertama kali dialami oleh Adam dan Hawa di taman Eden setelah melanggar perintah Tuhan. Sesudah memakan buah terlarang, mereka menjadi malu karena tahu diri mereka telanjang, padahal sebelumnya tidak merasa malu. Sebagai keturunan mereka, semua manusia di dunia dapat dihinggapi rasa malu sebab tidak ada manusia di dunia ini yang tidak bernatur dosa.

Malu bisa memberikan efek positif atau negatif. Namun sebagai orang percaya, janganlah kita malu bersaksi tentang Injil. Di dalam Injil ada berita sukacita, yakni Yesus mati dan bangkit untuk menyelamatkan umat manusia berdosa. Semua orang membutuhkan berita Injil sebab tanpa Yesus manusia akan menuju kematian kekal.

Paulus menasihati Timotius supaya jangan malu bersaksi tentang Kristus. Jangan pula karena Paulus sedang dipenjara membuat Timotius menjadi malu. Mungkin karena pemerintah Romawi sangat masif menindas orang Kristen, Timotius juga menjadi ciut hatinya. Paulus mengingatkan Timotius bahwa Roh Kudus akan menyertainya dalam bersaksi. Allah tidak memberikan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan keberanian yang membuat hati menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Roh Kudus dapat menolong Timotius sehingga karunia yang ia miliki dapat digunakan dengan efektif.

Paulus juga memberikan contoh dari keluarga Onesiforus. Onesiforus tidak malu akan keberadaan Paulus yang dipenjara. Mereka berulang kali menengok Paulus sehingga hatinya disegarkan. Paulus sendiri sekalipun berada di dalam penjara, tidak berhenti bersaksi tentang Kristus. Ia bahkan berkata, “Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan sebagai guru. Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; kerena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.” (ay. 11-12).

Rasa malu yang diikuti takut bisa dialami siapa saja saat memberitakan Injil.Namun ingatlah selalu bahwa kebutuhan Injil sangat mendesak bagi orang-orang yang belum mengenal Yesus, termasuk di dalamnya mungkin keluarga, sahabat atau kolega Anda.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah dibayang-bayangi rasa malu disertai takut saat bersaksi tentang Kristus?
  • Maukah Anda menyerahkan diri ke dalam pimpinan Roh Kudus agar berani bersaksi tentang Kristus? Bagaimana langkah konkritnya?