Bagikan artikel ini :

Maju Tak Gentar, Membela Yang Bayar?

Pengkhotbah 7:7

Siapa loba akan keuntungan gelap, mengacaukan rumah tangganya, tetapi siapa membenci suap akan hidup.
- Amsal 15:27

Ketika KPK menyerukan gerakan anti-gratifikasi dan anti-suap, kita semua berseru mendukung. Tapi… tunggu dulu. Bagaimana dengan kita sendiri? Jangan-jangan kita pun menerima hal-hal berkaitan dengan uang suap atau uang pelicin!

Raja Salomo mengatakan dalam ayat bacaan bahwa ketika kita menuntut uang suap atau bentuk materi apa pun dari orang lain untuk melakukan apa yang menjadi keperluannya dengan kata lain memeras ini membuat kita sebagai orang beriman, yang seharusnya berhikmat, menjadi tak ada ubahnya seperti orang bodoh. Dengan kata lain, meminta pelicin membuat kita tak ada ubahnya seperti orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Demikian pula dengan menerima suap. Menerima suap merusak hati nurani sehingga tidak hanya melakukan yang jahat, kita menciptakan standar kebenaran sendiri menurut keuntungan yang kita terima. “Maju tak gentar, membela yang bayar” demikian pelesetannya.

“Pemerasan” dan “suap” yang Salomo maksudkan bermakna luas. Seorang dokter menerima uang dari perusahaan farmasi atau obat untuk menjual produk mereka melalui resep-resep yang ia buka bagi pasien-pasiennya yang belum tentu menderita penyakit yang cocok dengan obat tersebut. Ini pun suap. Berapa banyak perudungan yang terjadi di
sekolah karena pelakunya berasal dari keluarga donator kaya yang menyogok sekolah untuk membebaskan anaknya dari hukuman? Berapa banyak favoritisme yang dilakukan oleh guru-guru dan dosen-dosen sehingga mereka tidak memberi nilai sesuai dengan kemampuan? Padahal nilai-nilai ini sangat penting bagi masa depan anak didik mereka. Berapa banyak calon-calon pegawai kompeten yang menjadi pengangguran karena perusahaan tidak memilih atau mempertahankan tenaga kerjanya berdasarkan prinsip meritokrasi, tetapi berdasarkan perasaan suka atau tidak suka (like-and-dislike)?

Anda mungkin mengelak, “Ah, apa salahnya menerima keuntungan lebih dari perusahaan obat? Ini kan hakku?”; “Apa salahnya punya murid favorit?”; “Apa salahnya memilih pegawai yang aku sukai? Ini kan hakku sebagai bos! Aku tidak melanggar hukum!”

Ya, itu hak Anda, dan Anda tidak melanggar hukum. Namun, ingatlah bahwa mempunyai hak untuk melakukan sesuatu, bukan berarti itu hal yang benar untuk dilakukan (“Just
because you have the right to do something, doesn’t make it the right thing to do.”)

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah menerima suap atau gratifikasi dalam bentuk apa pun? Bagaimana perasaan Anda dan apa yang Anda lakukan? Apakah hal ini membuat Anda kompromi terhadap kebenaran?
  • Apa yang seharusnya Anda lakukan ketika godaan-godaan seperti ini muncul?