Bagikan artikel ini :

Pamer

Zefanya 3:11-15

Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.”
- Yakobus 4:6

Kita hidup di zaman pamer. Orang-orang memakai topeng tebal untuk menggembar-gemborkan pencapaiannya atau menampilkan gambaran ideal tentang dirinya sendiri. Padahal zaman ini penuh dengan stres, depresi, dan berbagai isu kesehatan mental lainnya. Hal-hal ini bukannya membuat orang menjadi rendah hati, tetapi makin pamer.

Rupanya, keadaan ini tidak jauh berbeda dari keadaan umat Tuhan yang kita baca. Tidak banyak orang yang rendah hati, oleh sebab itulah mereka dikatakan “sisa Israel” (ay. 12-13a). Mengapa kerendahan hati dikaitkan dengan berbicara jujur dan lidah yang tidak menipu (ay. 13b)? Tentu saja karena orang-orang sombong dianggap sebagai penipu! Lihat saja foto-foto pamer yang ada media sosial. Apakah itu kenyataan yang sebenarnya dari mereka yang mengunggah foto? Seringkali tidak. Mereka ingin menampilkan keadaan yang lebih baik daripada yang sebenarnya. Entah berapa banyak orang yang sampai pinjam uang sana-sini untuk bisa membeli barang-barang branded atau jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang kemudian dipamerkan di akun media sosial mereka. Entah berapa banyak gadis (bahkan para pria) yang menggunakan filter untuk merubah wajah mereka agar kelihatan lebih cantik/ganteng sebelum ditampilkan di internet. Apa ini bukannya penipuan?

Sebaliknya, orang-orang yang rendah hati tidak perlu melakukan hal ini. Untuk apa? Mereka memang tidak merasa butuh memamerkan apa pun kepada orang lain. Mereka tahu keadaan mereka, baik kelebihan maupun keterbatasan, dan tidak masalah kalau orang lain mengenal mereka yang sesungguhnya.

Apakah ini berarti, kita tidak boleh mengunggah foto kita sedang berbahagia dan menggunakan filter? Tentu saja bukan itu maksudnya. Kita ingin membagikan kebahagiaan dan kenangan manis dengan cara mengunggah foto di media sosial. Kita bermain-main dengan filter untuk tujuan iseng saja. Jika memang hanya ini, tidak masalah. Namun acap kali, apa yang berawal dengan tujuan yang positif akan berubah menjadi negatif. Ada keinginan untuk menampilkan yang baik saja, yang berujung kepada menciptakan gambaran diri yang palsu.

Tidak ada gunanya menjadi congkak. Orang lain bahkan diri sendiri bisa ditipu. Tetapi Tuhan Yesus tahu keadaan kita sesungguhnya.

Refleksi Diri:

  • Apa gambaran diri yang ingin orang lain lihat tentang Anda? Apakah gambaran ini akurat dengan diri Anda yang sesungguhnya?
  • Apa motivasi Anda ketika mengunggah foto di media sosial? Apakah berbagi pengalaman atau menceritakan kebaikan Tuhan atau hanya untuk pamer?