Bagikan artikel ini :

Pandangan Yang Tertuju Kepada-Nya

Mazmur 88

Mengapa, ya TUHAN, Kaubuang aku, Kausembunyikan wajah-Mu dari padaku?
- Mazmur 88:15

Mazmur 88 terasa penuh pertanyaan, ketakutan, dan kesendirian. Pemazmur banyak kali tidak mengerti akan penderitaan yang dialaminya. Ia juga merasa Tuhan ingin membuat dirinya menderita seperti itu. Tuhan terasa jauh darinya. Sungguh Mazmur yang penuh kepedihan. Di dalam semua perasaan yang dihadapi, pemazmur selalu datang kepada Tuhan. Ia tetap berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan (ay. 2-3, 10, 14). Pemazmur berkali-kali berseru, berteriak, dan berdoa, bahkan di waktu pagi, siang dan malam. Ia berusaha mendekat kepada Tuhan. Waktu Anda sedang bergumul, di saat semua seakan gelap, menakutkan, sunyi, datanglah terus kepada Tuhan, lagi dan lagi.

Melalui pergumulannya, pemazmur memiliki kerinduan yang besar untuk memuliakan Tuhan. Jika situasi sulit hidupnya diubahkan oleh-Nya, ia berpikir tentu Tuhan akan dimuliakan karena perbuatan-Nya. Namun, yang terjadi bukanlah demikian. Penderitaan yang dialaminya tidak pernah selesai dan membawanya ke liang kubur (ay. 4-10). Kita pun kadang berpikir demikian. Seandainya Tuhan menolong menyelesaikan penderitaan kita, bukankah nama Tuhan akan dimuliakan? Mari berpikir dari sisi Tuhan, bukankah sebetulnya mudah sekali bagi-Nya untuk mengubahkan situasi hidup seseorang dan nantinya orang tersebut akan memuliakan-Nya? Kita harus memahaminya demikian: Tuhan tetap mulia dan layak dimuliakan apa pun situasi sulit hidup kita, berubah atau tidak. Kemuliaan Tuhan tidakselalu dinyatakan dengan keadaan yang berubah. Sekalipun situasi tidak berubah, Tuhan tetap bisa dimuliakan ketika kita bisa bertahan menghadapi situasi tersebut dengan pertolongan Tuhan.

Mazmur 88 ini ditutup dengan ratapan kesendirian dan kesukaran yang dihadapi pemazmur. Kita tidak tahu titik akhir penderitaan kita. Kita pasti merindukan setiap permasalahan selesai, tetapi adakalanya kita perlu terbuka di hadapan Tuhan. Bagaimana pun akhir ceritanya, kita akan tetap menyembah-Nya.

Ketika membaca seluruh Mazmur 88, pandangan saya akhirnya tertuju kepada Tuhan Yesus. Dia mengalami penderitaan, para sahabat dan kenalan-Nya meninggalkan-Nya. Dia berseru kepada Bapa, tetapi tetap harus menjalani salib. Yesus menerima kegelapan yang paling gelap yang pernah dialami manusia saat Dia menanggung dosa. Namun, penderitaan-Nya tidak berujung pada sebuah tragedi. Pada akhirnya, Tuhan dimuliakan karena Yesus bangkit dan hidup selamanya. Inilah yang membedakan hidup kita di dalam Yesus. Sekalipun kita membawa penderitaan sampai akhir hayati, kita akan dengan penuh sukacita menjalani
kehidupan kekal karena Kristus membawa terang surgawi.


Refleksi Diri:

  • Apa yang biasanya Anda lakukan ketika menghadapi penderitaan yang begitu berat?
  • Mengapa Tuhan tetap layak dimuliakan, sekalipun situasi penderitaan Anda tidak berubah?